Allah berfirman , yang artinya ," … Dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui " (Qs. Al-Baqarah : 184). Salah satu hikmah puasa adalah menjadikan system imunitas dan kesehatan tubuh menjadi lebih baik. Puasa menyebabkan tubuh menjadi lebih sehat karena didalamya terjadi detoksifikasi lebih efektif. Detoksifikasi adalah pembuangan toksin (racun) dalam tubuh yang masuk melalui makanan (minuman). Dimana terjadi pemecahan jaringan lemak menjadi energi selama puasa, sekaligus dikeluarkan toksi yang terakumulasi di jaringan lemak. Detoksifikasi adalah proses normal tubuh mengeliminasi atau memurnikan racun melalui kolon, ginjal, paru-paru, kelenjar limpa dan kulit. Proses ini dipercepat saat berpuasa, ketika makanan tidak lagi memasuki tubuh, maka tubuh akan mengubah simpanan lemak menjadi energi. Nilai lemak rata-rata 3.500 kalori per pon. Suatu nilai yang cukup untuk memberikan energi bagi aktivitas harian. Penelitian Reihm S (AS, 1982) menyatakan bhw pengurangan konsumsi energi atau puasa menjadi 80% dari normal , dapat menurunkan insiden tumor payudara, paru-paru, limpa dan tercapainya umur lebih panjang.
Saudaraku, manusia memerlukan asupan makanan dan minuman untuk menjaga kelansungan kehidupan. Makan dan minum bukan hanya sekedar mengatasi haus dan lapar. Asupan ini membuat kinerja pencernaan dalam tubuh terus bekerja. Mengkonsumsi makanan dan minuman memerlukan kuantitas dan kualitas serta waktu yang pas agar kesehatan lebih terjaga. Namun , memperlambat waktu asupan makanan ternyata berdampak positif terhadap kesehatan. Riset membuktikan bahwa menghentikan dalam waktu tertentu proses pencernaan dengan berpuasa akan menimbukan efek positif. Selain puasa Ramadhan, puasa senin kamis juga baik untukkesehatan.
Simpanan lemak terjadi karena glukosa dan karbohidrat tidak digunakan sebagai sumber energi, untuk pertumbuhan, dan tidak diekskresikan. Saat simpanan lemak digunakan untuk energi selama berpuasa, proses ini diikuti pelepasan zat kimia berasal dari asam lemak ke dalam sistem yang kemudian dieliminasi melalui organ-organ pembuangan. Zat kimia berbahaya seperti DDT dan bahan kimia berbahaya lain umumnya disimpan dalam deposit lemak, yang akan dilepaskan bersama dengan pelepasan asam lemak tersebut diatas.
Pengujian feses, urin dan keringat pada orang berpuasa telah menemukan DDT di setiap spesimen tersebut. Oleh karena itulah pada hari-hari pertama orang berpuasa, tubuhnya menjadi panas karena terjadi penggerusan terhadap sel lemak, sel hati yang tidak vital dan toksin. Saat terjadi pelepasan toksin, jika hebat akan muncul panas, muntah, diare, banyak kencing, dan sakit kepala.
Sebaiknya orang puasa yang merasakan hal-hal seperti ini jangan malah membatalkan puasanya. Padahal seharusnya puasa terus dilanjutkan agar proses detoksifikasi dapat diselesaikan. Kita tidak perlu khawatir akan menderita penyakit akibat berpuasa, karena puasa itu tidak mungkin menyebabkan seseorang menderita penyakit-penyakit tertentu.
Saudaraku, Keterlambatan makan dan minum dalam waktu relatif lama dapat mengganggu kesehatan. Namun dalam berpuasa selama kurang lebih 8 sd 12 jam , terjadi penyesuaian fungsi metebolisme tubuh. Perubahan metabolistik terjadi setelah makanan tercerna dan terserap tubuh , yaitu 3 - 5 jam. Dimana dikhawatirkan perubahan ini akan berdampak negatif. Namun , ternyata puasa atau mengosongkan perut selama sekitar 12 jam justru menyehatkan, meningkatkan stamina serta membuat tubuh menjadi lebih bugar.
Banyak pendapat bahwa , puasa akan berdampak negatif bagi lambung dan usus, terutama bagi penderitaan maag , karena lambung tak terisi dalam waktu lama. Kenyataan di lapangan yangterjadi bahwa justru puasa membantu proses penyembuhan penyakit itu.
Saat puasa , energi yang biasanya digunana oleh saluran pencernaan, dialihkan secara efektif untuk proses metabolisme tubuh. Selama proses puasa , beban lambung menjadi ringan untk mencerna makanan. Dengan jadwal makan yang teratur, buka -sahur maka keluhan maag menjadi berkurang dan sembuh total.
Jadi selama saluran pencernaan beristirahat tidak mencerna makanan, organ-organ ini mempunyai kesempatan mengeluarkan zat-zat yangtidak bergun yang menempel di dinding usus. Pada saat puasa, pembentukan sel-sel dilakukan kembali setelah proses-proses pencernaan, kemudian didistribusikan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sel-sel tubuh. Dengan demikian, terbentuklah gugus-gugus baru untuk sel-sel, yang merenovasi strukturnya dan meningkatkan kemampuan fungsionalnya, sehingga menghasilkan kesehatan, pertumbuhan, dan kenyamanan bagi tubuh manusia.
Yakinlah, puasa dalam syariat Islam merupakan proses gizi yang paling ideal untuk mereparasi kemampuan fungsional hati, di mana puasa memberinya banyak zat asam lemak dan asam amino dasar dalam rentang waktu antara buka puasa dan makan sahur, sehingga terbentuklah gugus-gugus protein, lemak, fosfat, kolesterol, dan zat-zat lain untuk pembentukan sel-sel baru dan membersihkan sel-sel hati dari lemak yang berkumpul di dalamnya setelah makan selama siang hari berpuasa, dengan demikian mustahil hati akan mengalami kerusakan.
Dr. Mack Fadon, pakar kesehatan internasional yang memiliki perhatian pada penelitian tentang puasa dan pengaruhnya, berkata, “Setiap orang perlu berpuasa, sekali-pun ia tidak sakit, karena racun-racun makanan dan obat-obatan berkumpul di dalam tubuh sehingga memberatkannya dan menjadikannya seperti orang sakit, sehingga badannya menjadi kurang fit. Jika seseorang berpuasa, maka ia terbebas dari beban-beban racun-racun ini dan merasakan dirinya lebih fit dan kuat, yang mungkin tidak dirasakannya sebelumnya..
Sebagai hamba Allah SWT yang telah berikrar, sebenarnya apa pun perintah-Nya, kita tidak perlu dan tidak pantas bertanya-tanya mengapa, untuk apa?. Hamba yang baik justru senantiasa ber-husnuzhzhan, berbaik sangka kepada-Nya. Allah SWT memerintahkan atau melarang sesuatu, pastilah untuk kebaikan hamba-Nya.
Alexis Carrel, pemenang hadiah Nobel di bidang kedokteran, dalam Man the Unknown mengatakan, ‘Banyaknya porsi makanan dapat melemahkan fungsi organ, dan itu merupakan faktor yang besar bagi berdiamnya jenis-jenis kuman dalam tubuh. Fungsi tersebut adalah fungsi adaptasi terhadap porsi makanan yang sedikit…Gula pada jantung bergerak, dan bergerak pula lemak yang tersimpan dalam kulit. Semua organ tubuh mengeluarkan zat khususnya untuk mempertahankan keseimbangan internal dan kesehatan jantung. Puasa benar-benar membersingkan dan pengganti jaringan tubuh kita.’
Prof. Nicko Lev dalam Hungry for Healthy mengatakan, ‘Setiap orang harus berpuasa dengan berpantang makan selama empat minggu setiap tahun, agar ia memperoleh kesehatan yang sempurna sepanjang hidupnya.’
Sudah barang tentu hikmah puasa tersebut sangat banyak, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan masyarakat pada umumnya.
Sebagaaimana hadits dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ," Bagi tiap-tiap sesuatu itu ada pembersihnya dan pembersih badan kasar (jasad) ialah puasa” (HR. Ibnu Majah)
Beberapa peenelitian ilmiah, yang membahas tentang puasa :
Fasten Institute (Lembaga Puasa) di Jerman menggunakan puasa untuk menyembuhkan penyakit yang sudah tidak dapat diobati lagi oleh hasil penemuan ilmiah kedokteran. Metode ini juga dikenal dengan istilah “diet” yang berarti menahan / berpantang untuk makanan-makanan tertentu.
Dr. Abdul Aziz Ismail dalam “Al Islam wat Tibbul Hadits” menjelaskan bahwa puasa adalah obat dari bermacam-macam penyakit, di antaranya kencing manis (diabetes), darah tinggi, ginjal, dsb.
Dr. Alexis Carel seorang dokter internasional dan pernah memperoleh penghargaan nobel dalam bidang kedokteran menegaskan bahwa dengan berpuasa dapat membersihkan pernapasan.
Mac Fadon seorang dokter bangsa Amerika sukses mengobati pasiennya dengan anjuran berpuasa setelah gagal menggunakan obat-obat ilmiah.
Dr. Otto Buchinger, seorang dokter dari Jerman, berhasil membebaskan pasiennya dari keluhan (mulai dari penyakit ringan hingga berat) dengan pengobatan medis yang dilengkapi terapi puasa selama 2 - 4 minggu. Menurut Dr. Otto, saat berpuasa, tubuh mengalami proses detoksifikasi, yaitu pembuangan racun-racun yang menumpuk dalam tubuh.
Allahu a'lam
Sumber : dari beberapa sumber bacaan.
Selasa, 23 Agustus 2011
Kamis, 18 Agustus 2011
Rizki hanya dari ALLAH
Kita harus meyakini bahwa rizki datangnya dari Allah Azza wa Jalla. Dialah yang memberikannya kepada seluruh makhluk, baik melalui langit maupun bumi, darat maupun laut. Allah berfirman menceritakan pengakuan orang-orang musyrik bahwa rizki datang dari Allah, yang artinya "Katakanlah (Hai Muhammad kepada orang-orang musyrik): "Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan" Maka mereka menjawab:"Allah". Maka katakanlah:"Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?" (Qs. Yunus:31).
Syaikh Abdur Rahmân bin Nashir as-Sa’di menjelaskan, bahwa rizki duniawi maupun rizki ukhrawi tidak akan dapat diperoleh kecuali dengan taqdir dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman, yang artinya ," Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas" (Qs.al-Baqarah :212)
Seluruh hamba baik yang beriman maupun yang mendustakanr, mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan rizki duniawi serta kesenangannya. Akan tetapi rizki yang bersifat hati; berupa ilmu, keimanan, rasa cinta kepada Allah, rasa takut dan harapan kepada Allah serta rizki-rizki lain yang bersifat hati, hanya dianugerahkan oleh Allah Azza wa Jalla kepada orang-orang yang Dia cintai .
Dan salah satu di antara sifat atau nama Allah yang sangat indah adalah ar-Razzâq. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala , yang artinya ," Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh" (Qs. adz-Dzariyat :58).
Imam Ibnu Mandah memuat nama ar-Razzâq dalam kitabnya at-Tauhid wa Ma’rifat Asmâ’i Allah Azza wa Jalla wa Sifatihi ’alâ al-Ittifâq wa at-Tafarrud.
Hadits riwayat Abdullah bin Mas’ud ra , menyatakan bahwa "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan kepadaku (firman Allah Ta’ala, yang artinya): “Sesungguhnya Aku adalah ar-Razzâq (Maha Pemberi rizki), yang Maha Kuat lagi Maka Kokoh.” [HR Abu Dawud, at-Tirmidzi dll]
Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini sebagai hadits Hasan Shahîh . Syaikh al-Albâni rahimahullah juga mengatakan, hadits ini shahîh matannya.
Imam Mubarakfûri, dalam Tuhfah al-Ahwadziy bi Syarhi Jaami’ at-Tirmidzi mengatakan: Ini adalah qira’ah (salah satu bacaan terhadap Al-Qur`ân dari) Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu. Sedangkan bacaan yang mutawatir adalah (yang terdapat dalam Mushaf, yaitu), yang artinya "Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi sangat Kokoh" [Qs. adz-Dzariyât :58]
Ar-Razzâq adalah salah satu di antara nama Allah Azza wa Jalla yang sangat indah. Dari nama ini dapat dimengerti bahwa Allah Azza wa Jalla Maha menganugerahkan rizki kepada setiap hamba-Nya yang Dia kehendaki.
Rizki Allah Subhanahu wa Ta'ala ada yang bersifat duniawi dan ada yang bersifat ukhrawi. Namun semuanya berdasarkan kehendak-Nya. Baik beriman maupun tidak beriman, mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan rizki duniawi, bahkan binatang sekalipun.
Bahkan seringkali orang yang mendustakan Allah justeru lebih banyak mendapatkan perolehan duniawi. Karena itu, jika seorang muslim hanya menitik beratkan usaha serta hidupnya untuk mendapatkan rizki duniawi serta perolehan dan sukses duniawi, maka apa bedanya ia dengan orang kafir dan binatang.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) maka Kami segerakan baginya di (dunia ini) apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka jahanam ; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha kearah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik. Kapada masing-masing (golongan) , baik (golongan ) ini (yang menginginkan dunia) maupun (golongan) itu (yang menginginkan akhirat), Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu . Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi., " (Qs. Al-Isra' : 18-20).
Mestinya, mencari rizki duniawi bagi seorang mukmin, tidak lepas dari misi dalam rangka peribadatan kepada Allah Azza wa Jalla. Jadi yang menjadi perhatian utamanya adalah mendapatkan rizki ukhrawi serta rizki-rizki yang dapat mengantarkannya kepada kebahagiaan ukhrawi.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka , (sebagai) bunga kehidupan dunia , agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu labih baik dan lebih kekal." (Qs. Maryam : 131)
Imam Ibnu al-Qayyim) menjelaskan bahwa sikap hidup, meskipun mendapatkan perolehan dunia dan kesenangannya, namun tidak akan ia pergunakan untuk bersenang-senang semata, dan tidak akan ia pergunakan untuk menghilangkan kebaikan-kebaikannya selama hidup di dunia. Tetapi akan ia pergunakan perolehan dunia itu untuk memperkuat diri dalam mencari bekal di akhiratnya .
Di samping itu, kaum Muslimin harus bersyukur kepada Allah terhadap segala rizki yang telah dianugerahkan-Nya. Antara lain dengan menginfakkan sebagian harta yang telah didapatnya itu kepada orang-orang yang membutuhkan. Baik infak yang berbentuk wajib, seperti zakat jika sudah mampu, nafkah kepada isteri, sanak famili serta hewan peliharaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Syaikh Abdur-Rahmân bin Nashir as-Sa’di rahimahullah dalam Kitab Tafsirnya, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ," Katakanlah," Sungguh, Tuhanku melapangkan rizki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki diantara hamba-hamba-Nya." dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya, dan Dialah pemberi rizki yang terbaik. " (Qs. Saba : 39)
Kaum Muslimin juga hendaknya tidak terfokus pada rizki duniawi, sehingga ketika menghadapi ujian-ujian kehidupan, seperti krisis melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok, kekurangan pangan dst tidak terlalu menjadi gundah dan gelisah. Karenanya tidak perlu melakukan hal-hal yang justeru kontra produktif. Tetapi semua dikembalikan kepada taqdir Allah, kemudian melakukan-upaya-upaya positif yang dibenarkan syari’at.
Ingatlah akan firman-Nya, yang artinya ," Siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) , dan mereka tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telajh mereka usahakan (di dunia) , dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.," (Qs. Hud : 15).
Rizki , rizki keimanan, ketaatan, rasa takut, cinta dan berpengharapan kepada Allah, justeru lebih penting dan harus diupayakan untuk mendapatkannya dengan sungguh-sungguh serta dengan selalu memohon pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla. Sehingga kehidupan akan menjadi berkah. Bukankah sluruh rizki hanya berasal dari Allah Azza wa Jalla .
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi." (Qs. Al-Mu'min : 55).
Allah a'lam . Nas’alullah lana wa lakum at-Taufiq.
sumber : Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin , majalah As-Sunnah
pustaka :
1. Al-Jâmi’ ash-Shahîh wa Huwa Sunan at-Tirmidzi, Tahqîq: Kamal Yusuf al-Hût, Dâr al-Fikr.
2. at-Tauhid wa Ma’rifat Asmâ`i Allah Azza wa Jalla wa Sifatihi ’alâ al-Ittifâq wa at-Tafarrud, Tahqîq, Ta’liq dan Takhrij Ahaditsihi: Dr. Ali bin Muhammad bin Nashir al-Faqihi, Maktabah al-Ghuraba’ al-Atsariyah, al-Madinah al-Munawarah.
3. Miftah Dâr as Sa’adah, Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah, Taqdim, Ta’liq dan Takhrij: Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi, Muraja’ah: Syaikh Bakr bin 'Abdillah Abu Zaid, Dâr Ibni al-Qayyim, Riyadh dan Dâr Ibnu 'Affân, Cairo, Cet. I, Th. 1425 H/2004 M.
4. Mu’taqad Ahli as-Sunnah wal-Jama’ah fî Asmâ`i Allah al-Husnâ, Dr. Muhammad Khalifah at-Tamimi, Maktabah Adhwâ` as-Salaf, Riyadh.
5.Shahîh Sunan Abi Dawud, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma’ârif, Riyadh.
6. Shahîh Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma’ârif, Riyadh.
7. Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, Syaikh Abdur Rahmân bin Nashir as-Sa’di.
8. Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi, Imam Mubarakfû
9. Taisir al-Karîm ar-Rahmân
10. Mu’taqad Ahli as-Sunnah wal Jama’ah fî Asmâ’i Allah al-Husnâ. Dr. Muhammad Khalifah at-Tamimi, Maktabah Adhwâ` as-Salaf, Riyadh, Cet. I, 1419 H/1999 M
11. Tahqîq, Ta’liq dan Takhrij Ahaditsihi: Dr. Ali bin Muhammad bin Nashir al-Faqihi, Maktabah al-Ghuraba’ al-Atsariyah, al-Madinah al-Munawarah, Cet. II, Th. 1414 H/1994 M, hlm. 291.
12. al-Jâmi’ ash-Shahîh wa Huwa Sunan at-Tirmidzi, Tahqiq: Kamal Yusuf al-Hût, Dâr al-Fikr (V/176), Kitâb al-Qirâ’ât ‘an Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bab 8 : Wamin Sûrah adz-Dzâriyât.
13. Shahîh Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma’ârif, Riyadh, Cet. III, dari terbitan baru 1420 H/2000 M (III/173), dalam Kitab al-Qirâ’ât ‘an Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Bab 8 : Wamin Sûrah adz-Dzariyât. Lihat pula Shahîh Sunan Abi Dawud, Maktabah al-Ma’ârif, Riyadh, Cet. II dari terbitan baru th. 1421 H/2000 M (II/493 no. hadits 3993), Kitab al-Hurûf wa al-Qirâ’ât.
14. Kitab al-Qirâ’ât ‘an Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Bab 8 : Wamin Sûrah adz-Dzariyât, jilid VIII/220, no. Hadits 2940.
15. Miftah Dâr as-Sa’adah, karya Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah, Taqdim, Ta’liq dan Takhrij: Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi, Muraja’ah: Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid rahimahullah, Dâr Ibni al-Qayyim, Riyadh, dan Dâr Ibnu 'Affân – Cairo, cet. I – th 1425 H/2004 M - I/197,
Syaikh Abdur Rahmân bin Nashir as-Sa’di menjelaskan, bahwa rizki duniawi maupun rizki ukhrawi tidak akan dapat diperoleh kecuali dengan taqdir dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman, yang artinya ," Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas" (Qs.al-Baqarah :212)
Seluruh hamba baik yang beriman maupun yang mendustakanr, mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan rizki duniawi serta kesenangannya. Akan tetapi rizki yang bersifat hati; berupa ilmu, keimanan, rasa cinta kepada Allah, rasa takut dan harapan kepada Allah serta rizki-rizki lain yang bersifat hati, hanya dianugerahkan oleh Allah Azza wa Jalla kepada orang-orang yang Dia cintai .
Dan salah satu di antara sifat atau nama Allah yang sangat indah adalah ar-Razzâq. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala , yang artinya ," Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh" (Qs. adz-Dzariyat :58).
Imam Ibnu Mandah memuat nama ar-Razzâq dalam kitabnya at-Tauhid wa Ma’rifat Asmâ’i Allah Azza wa Jalla wa Sifatihi ’alâ al-Ittifâq wa at-Tafarrud.
Hadits riwayat Abdullah bin Mas’ud ra , menyatakan bahwa "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan kepadaku (firman Allah Ta’ala, yang artinya): “Sesungguhnya Aku adalah ar-Razzâq (Maha Pemberi rizki), yang Maha Kuat lagi Maka Kokoh.” [HR Abu Dawud, at-Tirmidzi dll]
Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini sebagai hadits Hasan Shahîh . Syaikh al-Albâni rahimahullah juga mengatakan, hadits ini shahîh matannya.
Imam Mubarakfûri, dalam Tuhfah al-Ahwadziy bi Syarhi Jaami’ at-Tirmidzi mengatakan: Ini adalah qira’ah (salah satu bacaan terhadap Al-Qur`ân dari) Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu. Sedangkan bacaan yang mutawatir adalah (yang terdapat dalam Mushaf, yaitu), yang artinya "Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi sangat Kokoh" [Qs. adz-Dzariyât :58]
Ar-Razzâq adalah salah satu di antara nama Allah Azza wa Jalla yang sangat indah. Dari nama ini dapat dimengerti bahwa Allah Azza wa Jalla Maha menganugerahkan rizki kepada setiap hamba-Nya yang Dia kehendaki.
Rizki Allah Subhanahu wa Ta'ala ada yang bersifat duniawi dan ada yang bersifat ukhrawi. Namun semuanya berdasarkan kehendak-Nya. Baik beriman maupun tidak beriman, mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan rizki duniawi, bahkan binatang sekalipun.
Bahkan seringkali orang yang mendustakan Allah justeru lebih banyak mendapatkan perolehan duniawi. Karena itu, jika seorang muslim hanya menitik beratkan usaha serta hidupnya untuk mendapatkan rizki duniawi serta perolehan dan sukses duniawi, maka apa bedanya ia dengan orang kafir dan binatang.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) maka Kami segerakan baginya di (dunia ini) apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka jahanam ; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha kearah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik. Kapada masing-masing (golongan) , baik (golongan ) ini (yang menginginkan dunia) maupun (golongan) itu (yang menginginkan akhirat), Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu . Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi., " (Qs. Al-Isra' : 18-20).
Mestinya, mencari rizki duniawi bagi seorang mukmin, tidak lepas dari misi dalam rangka peribadatan kepada Allah Azza wa Jalla. Jadi yang menjadi perhatian utamanya adalah mendapatkan rizki ukhrawi serta rizki-rizki yang dapat mengantarkannya kepada kebahagiaan ukhrawi.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka , (sebagai) bunga kehidupan dunia , agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu labih baik dan lebih kekal." (Qs. Maryam : 131)
Imam Ibnu al-Qayyim) menjelaskan bahwa sikap hidup, meskipun mendapatkan perolehan dunia dan kesenangannya, namun tidak akan ia pergunakan untuk bersenang-senang semata, dan tidak akan ia pergunakan untuk menghilangkan kebaikan-kebaikannya selama hidup di dunia. Tetapi akan ia pergunakan perolehan dunia itu untuk memperkuat diri dalam mencari bekal di akhiratnya .
Di samping itu, kaum Muslimin harus bersyukur kepada Allah terhadap segala rizki yang telah dianugerahkan-Nya. Antara lain dengan menginfakkan sebagian harta yang telah didapatnya itu kepada orang-orang yang membutuhkan. Baik infak yang berbentuk wajib, seperti zakat jika sudah mampu, nafkah kepada isteri, sanak famili serta hewan peliharaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Syaikh Abdur-Rahmân bin Nashir as-Sa’di rahimahullah dalam Kitab Tafsirnya, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya ," Katakanlah," Sungguh, Tuhanku melapangkan rizki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki diantara hamba-hamba-Nya." dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya, dan Dialah pemberi rizki yang terbaik. " (Qs. Saba : 39)
Kaum Muslimin juga hendaknya tidak terfokus pada rizki duniawi, sehingga ketika menghadapi ujian-ujian kehidupan, seperti krisis melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok, kekurangan pangan dst tidak terlalu menjadi gundah dan gelisah. Karenanya tidak perlu melakukan hal-hal yang justeru kontra produktif. Tetapi semua dikembalikan kepada taqdir Allah, kemudian melakukan-upaya-upaya positif yang dibenarkan syari’at.
Ingatlah akan firman-Nya, yang artinya ," Siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) , dan mereka tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telajh mereka usahakan (di dunia) , dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.," (Qs. Hud : 15).
Rizki , rizki keimanan, ketaatan, rasa takut, cinta dan berpengharapan kepada Allah, justeru lebih penting dan harus diupayakan untuk mendapatkannya dengan sungguh-sungguh serta dengan selalu memohon pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla. Sehingga kehidupan akan menjadi berkah. Bukankah sluruh rizki hanya berasal dari Allah Azza wa Jalla .
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi." (Qs. Al-Mu'min : 55).
Allah a'lam . Nas’alullah lana wa lakum at-Taufiq.
sumber : Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin , majalah As-Sunnah
pustaka :
1. Al-Jâmi’ ash-Shahîh wa Huwa Sunan at-Tirmidzi, Tahqîq: Kamal Yusuf al-Hût, Dâr al-Fikr.
2. at-Tauhid wa Ma’rifat Asmâ`i Allah Azza wa Jalla wa Sifatihi ’alâ al-Ittifâq wa at-Tafarrud, Tahqîq, Ta’liq dan Takhrij Ahaditsihi: Dr. Ali bin Muhammad bin Nashir al-Faqihi, Maktabah al-Ghuraba’ al-Atsariyah, al-Madinah al-Munawarah.
3. Miftah Dâr as Sa’adah, Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah, Taqdim, Ta’liq dan Takhrij: Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi, Muraja’ah: Syaikh Bakr bin 'Abdillah Abu Zaid, Dâr Ibni al-Qayyim, Riyadh dan Dâr Ibnu 'Affân, Cairo, Cet. I, Th. 1425 H/2004 M.
4. Mu’taqad Ahli as-Sunnah wal-Jama’ah fî Asmâ`i Allah al-Husnâ, Dr. Muhammad Khalifah at-Tamimi, Maktabah Adhwâ` as-Salaf, Riyadh.
5.Shahîh Sunan Abi Dawud, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma’ârif, Riyadh.
6. Shahîh Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma’ârif, Riyadh.
7. Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, Syaikh Abdur Rahmân bin Nashir as-Sa’di.
8. Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi, Imam Mubarakfû
9. Taisir al-Karîm ar-Rahmân
10. Mu’taqad Ahli as-Sunnah wal Jama’ah fî Asmâ’i Allah al-Husnâ. Dr. Muhammad Khalifah at-Tamimi, Maktabah Adhwâ` as-Salaf, Riyadh, Cet. I, 1419 H/1999 M
11. Tahqîq, Ta’liq dan Takhrij Ahaditsihi: Dr. Ali bin Muhammad bin Nashir al-Faqihi, Maktabah al-Ghuraba’ al-Atsariyah, al-Madinah al-Munawarah, Cet. II, Th. 1414 H/1994 M, hlm. 291.
12. al-Jâmi’ ash-Shahîh wa Huwa Sunan at-Tirmidzi, Tahqiq: Kamal Yusuf al-Hût, Dâr al-Fikr (V/176), Kitâb al-Qirâ’ât ‘an Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bab 8 : Wamin Sûrah adz-Dzâriyât.
13. Shahîh Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma’ârif, Riyadh, Cet. III, dari terbitan baru 1420 H/2000 M (III/173), dalam Kitab al-Qirâ’ât ‘an Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Bab 8 : Wamin Sûrah adz-Dzariyât. Lihat pula Shahîh Sunan Abi Dawud, Maktabah al-Ma’ârif, Riyadh, Cet. II dari terbitan baru th. 1421 H/2000 M (II/493 no. hadits 3993), Kitab al-Hurûf wa al-Qirâ’ât.
14. Kitab al-Qirâ’ât ‘an Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Bab 8 : Wamin Sûrah adz-Dzariyât, jilid VIII/220, no. Hadits 2940.
15. Miftah Dâr as-Sa’adah, karya Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah, Taqdim, Ta’liq dan Takhrij: Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi, Muraja’ah: Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid rahimahullah, Dâr Ibni al-Qayyim, Riyadh, dan Dâr Ibnu 'Affân – Cairo, cet. I – th 1425 H/2004 M - I/197,
keutamaan waktu pagi
RIJAALUL FAJRI, hamba yang menghidupkan waktu pagi. Waktu pagi, menyimpan banyak keutamaan dan rahasia. Salah satunya adalah keutamaan zikir pagi yang dianjurkan untuk memperoleh banyak rahmat Allah SWT. “Dan sebarkanlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang untuk mengharapkan keridhaan-Nya” (Qs. Al-Kahfi: 28).
Waktu pagi juga waktu pergantian tugas malaikat malam dan siang. Rasulullah SAW menjelaskan dalam haditsnya bahwa waktu shubuh adalah masa di mana para malaikat malam naik ke langit digantikan dengan malaikat siang. Sungguh terasa indah jika saat-saat pergantian shift malaikat itu, kita sedang berada dalam kondisi taat kepada Allah Swt.Saudaraku , marilah kita songsong kemualiaan waktu fajar dengan ketaqwaan.
Sungguh indah bangun malam sebelum fajar, shalat malam, berdoa, tilawah Al-Qur'an, selanjutnya dilanjutkan dengan sholat sunnah sebelum subuh dan shalat subuh berjamaah di masjid.
Pagi adalah bagian dari waktu-waktu Allah yang terus berputar. Begitu banyak makna positif yang memberi spirit dan optimisme dalam hidup, yang datang m-nyertai pagi. Allah bahkan memuji waktu subuh, sebagaimana firman-Nya, yang artinya, “Dan demi Subuh apabila fajar-nya mulai menyingsing.” (QS At Takwir: 18), yang mungkin belum dapat kita singkap karena keterbatasan ilmu kita.
Beberapa hadist atau ucapan salafus solih yang sempat barangkali bisa menjadi penyemangat kita untuk memuliakan waktu fajar.
“Waktu fajar merupakan lembar kelahiran semua bentuk kebaikan”. Maka, perang jaman Nabi pun sering dilakukan pada waktu fajar .
“Waktu fajar adalah lambang kemenangan” . Jika ingin sukses, bangunlah dui waktu fajar dan jangan tidur lagi.
“Fajar adalah lambang kehidupan, lambang masa muda, tanda aktivitas, ciri kebenaran dan keadilan, dan waktu ini paling strategis karena hawa masih segar dan Allah membagi rizkiNya di waktu fajar”
“Sholat subuh merupakan tanda iman seseorang dan bebas dari sifat nifaq, karena waktu ini berat bagi orang yang belum terbiasa” . Rasulullah SAW melarang tidur usai sholat subuh. Rasul pernah melihat Fatimah tidur setelah sholat subuh lalu segera dibangunkan.
“Sesungguhnya sholat yang paling berat atas orang munafik adalah sholat Isya dan subuh” (HR Bukhari Muslim)
Ibnul Qayyim, 'Waktu memiliki tiga makna dan dilandaskan pada tiga derajat. Di antara makna-makna itu adalah saat mampu dan benar, karena melihat cahaya karunia yang ditarik kebersihan harapan, atau karena ada perlindungan yang ditarik kebenaran ketakutan, atau karena kobaran rindu yang ditarik cinta.' (Madarijus Salikin)
Rasulullah saw yang selalu mengajak umatnya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan shalat sunnah dan shalat Shubuh berjamaah, bukan tanpa alasan. Di sana, di balik heningnya suasana pagi, ada banyak hikmah yg mendalam. Diantaranya; berlimpahnya pahala dari Allah, kesegaran udara subuh yang menyegarkan fisik, konsentrasi pikiran dan daya ingat yang kuat untuk menyambut datangnya hikmah dan ilmu-ilmu Allah SWT.
Konsentrasi dan kemampuan memahami di waktu subuh yang tenang, adalah suasana yang tidak pernah dilewatkan oleh para ulama. Mereka mendalami suatu ilmu, menggali dan merenungi hikmah dari banyak peristiwa yang mereka saksikan, sehingga benar-benar paham dan menguasai banyak ilmu.
Saudaraku, kunci keberkahan dimulai dari membiasakan diri mendirikan shalat Shubuh berjamaah di masjid. Dan bisa dibayangkan, jika setiap Muslim melakukan shalat Shubuh berjamaah di masjid dan mereka rajin melakukan zikir, keberkahan akan muncul. MArilah kita songsong keberkahan dan kemenangan di waktu pagi, dan hindarilah tidur di saat itu, karena sebenarnya kebiasaan itu hanya akan menjauhkan kita dari rezki Allah SWT.
Salah seorang murid Ibnu Jarir, Abu Bakar Asy Syajari mengisahkan, “Setelah selesai sarapan pagi, Ibnu Jarir Ath Thabari tidur sebentar dengan pakaian berlengan pendek. Setelah bangun, ia mengerjakan shalat Dhuhur. Lalu menulis hingga waktu Ashar tiba, kemudian keluar untuk shalat Ashar. Selanjutnya, ia duduk di majelis bersama orang-orang untuk mengajar sampai datang waktu maghrib. Setelah itu, mengajar fiqh serta pelajaran-pelajaran lain sampai masuk shalat Isya. Kemudian pulang ke rumah dan istirahat. Tengah malam ia bangun shalat malam dan menadalami ilmu-ilmunya.”
Kemuliaan pagi serta mudahnya akal menyerap ilmu di saat itu, pernah pula diingatkan Lukman Al Hakim kepada putranya, “Jangan sampai ayam jantan lebih cerdas daripada dirimu. Ia berkokok sebelum fajar, sementara kamu masih mendengkur tidur hingga matahari terbit.” (Tafsir AlQ urthubi)
Waktu-waktu shubuh di pagi hari adalah waktu yang oleh para ulama dianggap sebagai waktu terbaik untuk mendalami suatu ilmu. Suasana pagi yang tenang membuat konsentrasi dan kemampuan memahami meningkat.
Ibnu Jarir Ath Thabari, yang mampu menulis 40 halaman setiap hari selama 40 tahun, melakukan murajaah akan ilmu dan ide-ide yang akan dituangkan dalam tulisannya di awal-awal shubuh.
Fatimah ra, putri Rasulullah saw pernah bercerita, “Ayahku lewat di sampingku, sedang aku masih berbaring di waktu pagi. Lalu beliau menggerakkan badanku dengan kakinya dan berkata, “Wahai anakku, bangunlah, saksikan rezki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai karena Allah membagikan rezki kepada hamba-Nya, antara terbi tfajar dengan terbit matahari.”" (HR Ahmad dan Baihaqi)
Aisyah ra berkata, “Rasulullah bersabda, “Berpagi-pagilah mencari rezeki karena sesungguhnya berpagi-pagi itu membawa berkah dan menghasilkan kemenangan.”
Lukman Al-Hakim pun mengingatkan anaknya tentang kemuliaan pagi dan mudahnya akal menyerap ilmu dengan mengatakan, “Jangan sampai ayam jantan lebih cerdas darimu. Ia berkokok sebelum fajar, sementara kamu masih mendengkur tidur hingga matahari terbit.”
Keberkahan subuh bukan hanya pada rezki. Rasulullah saw jika ingin mengirimkan tentaranya ke medan perang, dilepaskannya pada waktu pagi. Ketika berhijrah ke Madinah pun, beliau berangkat pada waktu pagi.
Shakhar, salah seorang sahabat beliau yang meriwayatkan hadits di atas, adalah seorang saudagar. Jika dia ingin mengirimkan barang-barang dagangannya, selalu dia lakukan pada pagi hari, dan itulah puncaknya Allah memberikan banyak kekayaan kepadanya.
Semoga kita selalu mendapat hidayah dari Allah SWT, untuk selalu memanfaat waktu fajar dengan ketaqwaan.
Allahu a'lam
Sumber : Mukti Amini , Tarbawi Edisi 103 Th. 6/Muharram 1426 H/3 Maret 2005 M hal 11-14
Waktu pagi juga waktu pergantian tugas malaikat malam dan siang. Rasulullah SAW menjelaskan dalam haditsnya bahwa waktu shubuh adalah masa di mana para malaikat malam naik ke langit digantikan dengan malaikat siang. Sungguh terasa indah jika saat-saat pergantian shift malaikat itu, kita sedang berada dalam kondisi taat kepada Allah Swt.Saudaraku , marilah kita songsong kemualiaan waktu fajar dengan ketaqwaan.
Sungguh indah bangun malam sebelum fajar, shalat malam, berdoa, tilawah Al-Qur'an, selanjutnya dilanjutkan dengan sholat sunnah sebelum subuh dan shalat subuh berjamaah di masjid.
Pagi adalah bagian dari waktu-waktu Allah yang terus berputar. Begitu banyak makna positif yang memberi spirit dan optimisme dalam hidup, yang datang m-nyertai pagi. Allah bahkan memuji waktu subuh, sebagaimana firman-Nya, yang artinya, “Dan demi Subuh apabila fajar-nya mulai menyingsing.” (QS At Takwir: 18), yang mungkin belum dapat kita singkap karena keterbatasan ilmu kita.
Beberapa hadist atau ucapan salafus solih yang sempat barangkali bisa menjadi penyemangat kita untuk memuliakan waktu fajar.
“Waktu fajar merupakan lembar kelahiran semua bentuk kebaikan”. Maka, perang jaman Nabi pun sering dilakukan pada waktu fajar .
“Waktu fajar adalah lambang kemenangan” . Jika ingin sukses, bangunlah dui waktu fajar dan jangan tidur lagi.
“Fajar adalah lambang kehidupan, lambang masa muda, tanda aktivitas, ciri kebenaran dan keadilan, dan waktu ini paling strategis karena hawa masih segar dan Allah membagi rizkiNya di waktu fajar”
“Sholat subuh merupakan tanda iman seseorang dan bebas dari sifat nifaq, karena waktu ini berat bagi orang yang belum terbiasa” . Rasulullah SAW melarang tidur usai sholat subuh. Rasul pernah melihat Fatimah tidur setelah sholat subuh lalu segera dibangunkan.
“Sesungguhnya sholat yang paling berat atas orang munafik adalah sholat Isya dan subuh” (HR Bukhari Muslim)
Ibnul Qayyim, 'Waktu memiliki tiga makna dan dilandaskan pada tiga derajat. Di antara makna-makna itu adalah saat mampu dan benar, karena melihat cahaya karunia yang ditarik kebersihan harapan, atau karena ada perlindungan yang ditarik kebenaran ketakutan, atau karena kobaran rindu yang ditarik cinta.' (Madarijus Salikin)
Rasulullah saw yang selalu mengajak umatnya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan shalat sunnah dan shalat Shubuh berjamaah, bukan tanpa alasan. Di sana, di balik heningnya suasana pagi, ada banyak hikmah yg mendalam. Diantaranya; berlimpahnya pahala dari Allah, kesegaran udara subuh yang menyegarkan fisik, konsentrasi pikiran dan daya ingat yang kuat untuk menyambut datangnya hikmah dan ilmu-ilmu Allah SWT.
Konsentrasi dan kemampuan memahami di waktu subuh yang tenang, adalah suasana yang tidak pernah dilewatkan oleh para ulama. Mereka mendalami suatu ilmu, menggali dan merenungi hikmah dari banyak peristiwa yang mereka saksikan, sehingga benar-benar paham dan menguasai banyak ilmu.
Saudaraku, kunci keberkahan dimulai dari membiasakan diri mendirikan shalat Shubuh berjamaah di masjid. Dan bisa dibayangkan, jika setiap Muslim melakukan shalat Shubuh berjamaah di masjid dan mereka rajin melakukan zikir, keberkahan akan muncul. MArilah kita songsong keberkahan dan kemenangan di waktu pagi, dan hindarilah tidur di saat itu, karena sebenarnya kebiasaan itu hanya akan menjauhkan kita dari rezki Allah SWT.
Salah seorang murid Ibnu Jarir, Abu Bakar Asy Syajari mengisahkan, “Setelah selesai sarapan pagi, Ibnu Jarir Ath Thabari tidur sebentar dengan pakaian berlengan pendek. Setelah bangun, ia mengerjakan shalat Dhuhur. Lalu menulis hingga waktu Ashar tiba, kemudian keluar untuk shalat Ashar. Selanjutnya, ia duduk di majelis bersama orang-orang untuk mengajar sampai datang waktu maghrib. Setelah itu, mengajar fiqh serta pelajaran-pelajaran lain sampai masuk shalat Isya. Kemudian pulang ke rumah dan istirahat. Tengah malam ia bangun shalat malam dan menadalami ilmu-ilmunya.”
Kemuliaan pagi serta mudahnya akal menyerap ilmu di saat itu, pernah pula diingatkan Lukman Al Hakim kepada putranya, “Jangan sampai ayam jantan lebih cerdas daripada dirimu. Ia berkokok sebelum fajar, sementara kamu masih mendengkur tidur hingga matahari terbit.” (Tafsir AlQ urthubi)
Waktu-waktu shubuh di pagi hari adalah waktu yang oleh para ulama dianggap sebagai waktu terbaik untuk mendalami suatu ilmu. Suasana pagi yang tenang membuat konsentrasi dan kemampuan memahami meningkat.
Ibnu Jarir Ath Thabari, yang mampu menulis 40 halaman setiap hari selama 40 tahun, melakukan murajaah akan ilmu dan ide-ide yang akan dituangkan dalam tulisannya di awal-awal shubuh.
Fatimah ra, putri Rasulullah saw pernah bercerita, “Ayahku lewat di sampingku, sedang aku masih berbaring di waktu pagi. Lalu beliau menggerakkan badanku dengan kakinya dan berkata, “Wahai anakku, bangunlah, saksikan rezki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai karena Allah membagikan rezki kepada hamba-Nya, antara terbi tfajar dengan terbit matahari.”" (HR Ahmad dan Baihaqi)
Aisyah ra berkata, “Rasulullah bersabda, “Berpagi-pagilah mencari rezeki karena sesungguhnya berpagi-pagi itu membawa berkah dan menghasilkan kemenangan.”
Lukman Al-Hakim pun mengingatkan anaknya tentang kemuliaan pagi dan mudahnya akal menyerap ilmu dengan mengatakan, “Jangan sampai ayam jantan lebih cerdas darimu. Ia berkokok sebelum fajar, sementara kamu masih mendengkur tidur hingga matahari terbit.”
Keberkahan subuh bukan hanya pada rezki. Rasulullah saw jika ingin mengirimkan tentaranya ke medan perang, dilepaskannya pada waktu pagi. Ketika berhijrah ke Madinah pun, beliau berangkat pada waktu pagi.
Shakhar, salah seorang sahabat beliau yang meriwayatkan hadits di atas, adalah seorang saudagar. Jika dia ingin mengirimkan barang-barang dagangannya, selalu dia lakukan pada pagi hari, dan itulah puncaknya Allah memberikan banyak kekayaan kepadanya.
Semoga kita selalu mendapat hidayah dari Allah SWT, untuk selalu memanfaat waktu fajar dengan ketaqwaan.
Allahu a'lam
Sumber : Mukti Amini , Tarbawi Edisi 103 Th. 6/Muharram 1426 H/3 Maret 2005 M hal 11-14
Kamis, 11 Agustus 2011
Kabar gembira ttg berdoa
Saudaraku, doa anda tidak akan pergi dgn sia-sia. Yakinlah akan dikabulkan dengan izin Allah . Masih adakah karunia yang lebih utama dari ini? Masih adakah kemurahan yang melebihinya ? Dia-lah Allah Yang Maha Agung, Maha Pemurah , Maha Mulia. Saudaraku, kabar dari Rasulullah yang menggembirakan jiwa, melapangkan dada, dan menentramkan hati. Hadits hasan riwayat Imam Ahmad, menyatakan bahwa Rasulullah bersabda , yang artinya ,” Tidaklah seorang muslim meminta sebuah permintaan kepada Allah, yang didalamnya tidak berisi dosa dan memutus tali (hubungan) silaturahim, kecuali Allah pasti akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga hal : Doa permintaannya segera dipenuhi, atau menjadikannya sebagai simpanan baginya di akhirat, atau Allah melindunginya dari keburukan serupa (yang akan menimpa)”,
Sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kalau begitu kami akan memperbanyak doa.”
Rasulullah menjawab, yang artinya ,” Allah Mahalebih “.
Perbandaharaan-Nya selalu penuh dan karunia-Nya menyeluruh. Saudaraku , mari kita perbanyak doa kita dan mari terus meminta kepada-Nya dengan hati yang khusyu’ dan tangan yang penuh harap.
Doa adalah pintu yang sangat mulia. Bila seorang hamba mengetuknya, akan datang kepadanya kebaikan dan berkah yang melimpah.
Saudaraku, masih adakah karunia yang lebih utama dari ini? Masih adakah kemurahan yang melebihinya ?
Ibnul Qayim menyatakan bahwa doa adalah obat yang paling bermanfaat. Doa adalah lawan bala’ , yang akan menolak, membereskan dan menahannya agar tidak terjadi, serta mengangkat atau meringankannya bila benar-benar telah terjadi
Saudaraku , hadits diatas mencakup tiga inti pengertian yang didaptkan dari hamba yang senang berdoa : bahwa
a. Allah akan mengakbulkan doa hamba dan akan menyegerakan didunia, atau
b. Allah akan menjadikannya sebagai simpanan untuk hamba itu di hari kiamat. Dengan iti Dia akan member karunia, pahala dan imbalan yang sungguh menggembirakan hamba-Nya, atau
c. Allah akan menghindarkan hamba itu dari keburukan (musibah) dan berbagai marabahaya yang serupa.
Saudaraku, dari riwayat Aisyah, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Kewaspadaan tidak mampu memberikan manfaat terhadap musibah baik yang sudah menimpa maupun yang belum menimpa. Apabila bala’ turun, ia akan ditemuai doa, kemudian keduanya akan berbenturan hingga hari kiamat ,” (Hr Ath Thabrany – Hakim, dihasankan Al-albani).
Bahkan Imam Ghazali menyatakan bahwa , kalau anda mengatakan,’Apa gunanya berdoa kalau takdir tidak bisa diubah lagi ?’
Maka jawabnya adalah ,’ketahuilah bahwa termasuk bagian dari takdir iala menolak bala’ dengan doa. Doa adalah sebab yang dapat menolak bala’ dan mendatangkan rahmat, sebagaimana halnya perisai ialah alat penahan panah. Sebagaimana perisai menahan anak panah sehingga keduanya saling berbenturan, begitulah keadaan doa dan bala’ ‘.
Saudaraku, yang paling utama dalam berdoa adalah hanya kepada Allah saja kita meminta dan bukan kepada selain-Nya. Sebab didalamnya seorang hamba yang berdoa menampakkan ketundukan, kerendahan , kebutuhan , kefakiran serta pengakuan atas penghambaan dirinya hanya kepada Allah.
Saudaraku, masihkah kita menyangsikan kemurahan Allah ?
Allahu a’lam
Sumber : at tadawi bil istighfari, bis shadaqati, bid du’ai, bil qur’ani bis shalati bis shaumi , Hasan bin Ahmad Hamman
Sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kalau begitu kami akan memperbanyak doa.”
Rasulullah menjawab, yang artinya ,” Allah Mahalebih “.
Perbandaharaan-Nya selalu penuh dan karunia-Nya menyeluruh. Saudaraku , mari kita perbanyak doa kita dan mari terus meminta kepada-Nya dengan hati yang khusyu’ dan tangan yang penuh harap.
Doa adalah pintu yang sangat mulia. Bila seorang hamba mengetuknya, akan datang kepadanya kebaikan dan berkah yang melimpah.
Saudaraku, masih adakah karunia yang lebih utama dari ini? Masih adakah kemurahan yang melebihinya ?
Ibnul Qayim menyatakan bahwa doa adalah obat yang paling bermanfaat. Doa adalah lawan bala’ , yang akan menolak, membereskan dan menahannya agar tidak terjadi, serta mengangkat atau meringankannya bila benar-benar telah terjadi
Saudaraku , hadits diatas mencakup tiga inti pengertian yang didaptkan dari hamba yang senang berdoa : bahwa
a. Allah akan mengakbulkan doa hamba dan akan menyegerakan didunia, atau
b. Allah akan menjadikannya sebagai simpanan untuk hamba itu di hari kiamat. Dengan iti Dia akan member karunia, pahala dan imbalan yang sungguh menggembirakan hamba-Nya, atau
c. Allah akan menghindarkan hamba itu dari keburukan (musibah) dan berbagai marabahaya yang serupa.
Saudaraku, dari riwayat Aisyah, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Kewaspadaan tidak mampu memberikan manfaat terhadap musibah baik yang sudah menimpa maupun yang belum menimpa. Apabila bala’ turun, ia akan ditemuai doa, kemudian keduanya akan berbenturan hingga hari kiamat ,” (Hr Ath Thabrany – Hakim, dihasankan Al-albani).
Bahkan Imam Ghazali menyatakan bahwa , kalau anda mengatakan,’Apa gunanya berdoa kalau takdir tidak bisa diubah lagi ?’
Maka jawabnya adalah ,’ketahuilah bahwa termasuk bagian dari takdir iala menolak bala’ dengan doa. Doa adalah sebab yang dapat menolak bala’ dan mendatangkan rahmat, sebagaimana halnya perisai ialah alat penahan panah. Sebagaimana perisai menahan anak panah sehingga keduanya saling berbenturan, begitulah keadaan doa dan bala’ ‘.
Saudaraku, yang paling utama dalam berdoa adalah hanya kepada Allah saja kita meminta dan bukan kepada selain-Nya. Sebab didalamnya seorang hamba yang berdoa menampakkan ketundukan, kerendahan , kebutuhan , kefakiran serta pengakuan atas penghambaan dirinya hanya kepada Allah.
Saudaraku, masihkah kita menyangsikan kemurahan Allah ?
Allahu a’lam
Sumber : at tadawi bil istighfari, bis shadaqati, bid du’ai, bil qur’ani bis shalati bis shaumi , Hasan bin Ahmad Hamman
Selasa, 09 Agustus 2011
Tips merawat Shock Breaker mobil
Shock breaker (damper) adl tabung berisi oli (gas) untuk meredam getaran dalam sistem suspensi. Setidaknya satu atau lebih ada pada tiap roda. Shockbreaker merupakan komponen berbentuk silinder yg memiliki piston geser. Piston terlihat seperti batang baja yang dimasukan ke dalam silinder dan mampu bergerak maju mundur. Kamar silinder bisa berisi cairan hidrolik atau gas. Gas dan cairan dalam silinder terkompresi tekanan piston dan pergeseran piston tertahan oleh tekanan yang dihasilkan. Kekuatan resistensi pada shockbreaker ini akan meredam efek goyangan kendaraan saat melewati jalan yang bergelombang . Shockbreaker juga membantu mengurangi efek saat menikung, pengereman, atau akselerasi. Secara sederhana prinsip kerjanya mirip pompa tangan ban. Jika anda punya pompa , coba anda pompa sambil ditutup ujung pengeluarannya, maka akan terasa tahanan dari angin yg membal. Karena dibuat tidak terlalu rapat memampatkan udaranya, dan ring pistonnya terbuat dari logam (kalau pompa tangan dari karet) maka diberilah pelumas (oli shock breaker).
Pada saat mendapat tekanan kebawah, media oli akan berpindah keatas melalui celah sempit, sehingga gerakan piston tidak mendadak turun, tetapi tertahan dulu oleh minyak, demikian sebaliknya. Oleh karena itu untuk memeriksa kondisi Shock Breaker, hrs dalam keadaan terlepas (tidak terpasang di body mobil/motor), kemudian ditekan dan ditarik, kalau terlalu ringan /tidak ada tahanan, atau macet tidak bisa naik turun dengan baik, maka dinyatakan rusak.
Jenis shockbreaker gas menggunakan udara yang terkompresi untuk mengurangi efek pergerakan yang berlebih pada kendaraan. Sshockbreaker jenis ini biasa digunakan endaraan dengan beban berat dan untuk mendapatkan handling yang lebih baik.
Sedang yang berjenis oli memanfaatkan cairan untuk meredam tekanan, dan umumnya memberi kenyamanan lebih dibandingkan shockbreaker tipe gas.
Sahabatku, moobil sangat berhubungan erat dengan sebuah kenyamanan, ini berarti mobil dipakai untuk mendapatkan kenyamanan pada saat melakukan perjalanan jarak dekat atau juga jarak jauh. Terasuk perangkat pendukung kenyamanan anda berkendara adalah shockbreaker yang masih berfungsi baik.
Karena shockbreaker mobil, tempatnya tersembunyi, maka juga jarang dibersihkan mengingat. Shockbreaker sangat menunjang kestabilan atau dengan kata lain berfungsi unruk menahan guncangan, sehingga kita saat berada dalam mobil bisa merasakan kenyamanan.Shockbreaker yang terlihat kokoh karena terbuat dari logam keras, bukan berarti tidak bisa mengalami pergantian, seperti yang kita lakukan pada ban mobil, kaca film dan yang lainnya.
Shockbreaker dapat mengalami keausan pada karet yang biasanya disebut seal. Untuk inilah kita perlu merawat shockbreaker mobil agar karet bisa bertahan lama, ini mengingat harga shockbreaker yang lumayan tinggi. Selain itu hindarilah membawa beban yang melebihi kapasitas daya tahan beban pada shockbreaker mobil anda.
Sebagai salah satu perangkat suspensi , maka perlu perawatan rutin perangkat shockbreaker. Alat yang berfungsi sebagai peredam goncangan ini terbuat dari bahan logam baja. Penggunaan logam baja sebagai bahan dasar memiliki tujuan agar shockbreaker memiliki daya tahan yang cukup lama. Meski begitu, umur shockbreaker pun tetap terbatas, dan suatu saat dapat mengalami keausan. Terutama pada bagian seal yang terbuat dari bahan karet. Semakin sering shockbreaker terkena guncangan dengan beban berlebihan, daya tahannya pun akan semakin berkurang. Akibatnya, shockbreaker mobil menjadi lemah yang mengakibatkan body kendaraan terasa melayang saat melaju.
Membeli satu set shockbreaker baru mungkin menjadi sebuah solusi untuk mengurangi ketidaknyaman akibat lemahnya shockbreaker dalam meredam guncangan.
Akan tetapi, bila anda ingin berhemat, cobalah merawat shockbreaker sedini mungkin. Caranya sederhana:
1. Usahakan menghindari jalan-jalan berlubang. Kalaupun memang harus melewati jalur tersebut, laluilah dengan laju kendaraan yang lambat. Jangan menerjang lubang sehingga suspensi bekerja keras meredam guncangan.
2. Jangan bebani kendaraan dengan muatan yang melebihi saran pabrikan mobil. Karena, dengan beban berlebihan, artinya suspensi harus kerja keras. Pengaruh berikutnya, komponen-komponen akan cepat loyo dan sulit bekerja maksimal.
3. Usahakan sering membersihkan shockbreaker dari kotoran yang menempel. Sebab, bila ada kotoran yang menempel dan menyelinap ke sisi-sisi yang bergerak, akan mempercepat keausan seal maupun piston pada shockreaker. Karena itu, pada beberapa tipe shockbreaker biasanya terdapat karet penutup yang berfungsi mencegah kotoran masuk. Periksa karet tersebut dari kemungkinan sobek.
Apabila Anda berniat mengganti shock breaker mobil Anda, perlu ketelitian dan pengecekan sebelum Anda memutuskan untuk membelinya. Jangan sampai maksud hati Anda membeli shock breaker yang baru, tapi malah dapat yang aspal (bekas tapi dibikin baru). Maka harus teliti sebelum membeli.
Terimakasih semoga bermanfaat
Allahu a'lam ,
Sumber : Astra World , kapan lagi com dll
Pada saat mendapat tekanan kebawah, media oli akan berpindah keatas melalui celah sempit, sehingga gerakan piston tidak mendadak turun, tetapi tertahan dulu oleh minyak, demikian sebaliknya. Oleh karena itu untuk memeriksa kondisi Shock Breaker, hrs dalam keadaan terlepas (tidak terpasang di body mobil/motor), kemudian ditekan dan ditarik, kalau terlalu ringan /tidak ada tahanan, atau macet tidak bisa naik turun dengan baik, maka dinyatakan rusak.
Jenis shockbreaker gas menggunakan udara yang terkompresi untuk mengurangi efek pergerakan yang berlebih pada kendaraan. Sshockbreaker jenis ini biasa digunakan endaraan dengan beban berat dan untuk mendapatkan handling yang lebih baik.
Sedang yang berjenis oli memanfaatkan cairan untuk meredam tekanan, dan umumnya memberi kenyamanan lebih dibandingkan shockbreaker tipe gas.
Sahabatku, moobil sangat berhubungan erat dengan sebuah kenyamanan, ini berarti mobil dipakai untuk mendapatkan kenyamanan pada saat melakukan perjalanan jarak dekat atau juga jarak jauh. Terasuk perangkat pendukung kenyamanan anda berkendara adalah shockbreaker yang masih berfungsi baik.
Karena shockbreaker mobil, tempatnya tersembunyi, maka juga jarang dibersihkan mengingat. Shockbreaker sangat menunjang kestabilan atau dengan kata lain berfungsi unruk menahan guncangan, sehingga kita saat berada dalam mobil bisa merasakan kenyamanan.Shockbreaker yang terlihat kokoh karena terbuat dari logam keras, bukan berarti tidak bisa mengalami pergantian, seperti yang kita lakukan pada ban mobil, kaca film dan yang lainnya.
Shockbreaker dapat mengalami keausan pada karet yang biasanya disebut seal. Untuk inilah kita perlu merawat shockbreaker mobil agar karet bisa bertahan lama, ini mengingat harga shockbreaker yang lumayan tinggi. Selain itu hindarilah membawa beban yang melebihi kapasitas daya tahan beban pada shockbreaker mobil anda.
Sebagai salah satu perangkat suspensi , maka perlu perawatan rutin perangkat shockbreaker. Alat yang berfungsi sebagai peredam goncangan ini terbuat dari bahan logam baja. Penggunaan logam baja sebagai bahan dasar memiliki tujuan agar shockbreaker memiliki daya tahan yang cukup lama. Meski begitu, umur shockbreaker pun tetap terbatas, dan suatu saat dapat mengalami keausan. Terutama pada bagian seal yang terbuat dari bahan karet. Semakin sering shockbreaker terkena guncangan dengan beban berlebihan, daya tahannya pun akan semakin berkurang. Akibatnya, shockbreaker mobil menjadi lemah yang mengakibatkan body kendaraan terasa melayang saat melaju.
Membeli satu set shockbreaker baru mungkin menjadi sebuah solusi untuk mengurangi ketidaknyaman akibat lemahnya shockbreaker dalam meredam guncangan.
Akan tetapi, bila anda ingin berhemat, cobalah merawat shockbreaker sedini mungkin. Caranya sederhana:
1. Usahakan menghindari jalan-jalan berlubang. Kalaupun memang harus melewati jalur tersebut, laluilah dengan laju kendaraan yang lambat. Jangan menerjang lubang sehingga suspensi bekerja keras meredam guncangan.
2. Jangan bebani kendaraan dengan muatan yang melebihi saran pabrikan mobil. Karena, dengan beban berlebihan, artinya suspensi harus kerja keras. Pengaruh berikutnya, komponen-komponen akan cepat loyo dan sulit bekerja maksimal.
3. Usahakan sering membersihkan shockbreaker dari kotoran yang menempel. Sebab, bila ada kotoran yang menempel dan menyelinap ke sisi-sisi yang bergerak, akan mempercepat keausan seal maupun piston pada shockreaker. Karena itu, pada beberapa tipe shockbreaker biasanya terdapat karet penutup yang berfungsi mencegah kotoran masuk. Periksa karet tersebut dari kemungkinan sobek.
Apabila Anda berniat mengganti shock breaker mobil Anda, perlu ketelitian dan pengecekan sebelum Anda memutuskan untuk membelinya. Jangan sampai maksud hati Anda membeli shock breaker yang baru, tapi malah dapat yang aspal (bekas tapi dibikin baru). Maka harus teliti sebelum membeli.
Terimakasih semoga bermanfaat
Allahu a'lam ,
Sumber : Astra World , kapan lagi com dll
Senin, 08 Agustus 2011
Hanya mengharap ridha Allah
Kita pernah mendengar perkataan seperti, “Apa kata orang nanti?”, “Bagaimana kita menjelaskannya kepada orang lain nanti?”, “Kita bisa menjadi bahan tertawaan,” atau “Kita tidak akan bisa pergi ke tempat umum lagi karena malu.” Seorang hamba yang ingin mendapatkan keikhlasan harus waspada terhadap hal tsb. Ia harus tetap fokus mengharapkan balasan atas amal perbuatannya hanya dari Allah. Perbuatan apa pun yang dilakukan dengan mengharapkan balasan lain selain ridha Allah, akan mengurangi keikhlasannya. Perbuatan baik yang dilakukannya untuk mendapatkan keuntungan materi dan sosial daripada balasan dari Allah, hanya akan mendatangkan kerugian, bukan keuntungan
Allah telah berfirman bahwa orang-orang beriman yang melakukan kebaikan akan diberi balasan yang besar. Sebagaimana firman-Nya, yang artinya , “Sesungguhnya, Al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Qs. al-Israa`: 9)
Yakinlah , bahwa amal amal kebaikan kita akan diganjar berlipat ganda. Sebagaimana firman-Nya , yang artinya “Dan barangsiapa di antara kamu sekalian (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia.” (Qs. al-Ahzab : 31)
Badiuzzaman Said Nursi dalam Risalah an-Nur , menyatakan bahwa manusia bisa berhasil hanya dengan mengingat keridhaan Allah, “... Dengan kata lain, satu-satunya alat keselamatan dan pembebasan adalah keikhlasan. Ini adalah yang paling penting untuk mendapatkan keikhlasan. Perbuatan kecil yang dilakukan dengan keikhlasan adalah lebih baik daripada perbuatan besar yang dilakukan tanpa keikhlasan. Seseorang harus berpikir bahwa yang membuat ikhlas dalam perbuatannya adalah melakukannya dengan murni dan tulus karena perintah Allah, dan bahwa tujuan mereka adalah keridhaan Allah....”
Badiuzzaman menggarisbawahi fakta bahwa rasa kasih sayang kepada seseorang akan menjadi ikhlas hanya jika kita tidak mengharapkan balasan, tetapi semata-mata karena Allah. “Keikhlasan ada di mana pun. Bahkan, sebuah catatan cinta menjadi mulia dengan keikhlasan, begitu juga dengan berton-ton cinta yang deminya balasan diharapkan. Seseorang mendeskripsikan cinta yang tulus ini sebagai berikut. ‘Saya tidak menginginkan sogokan, jasa, atau balasan untuk cinta, karena cinta yang meminta balasan adalah lemah dan pendek usianya.”
Siapa pun yang ingin mendapatkan keikhlasan harus memahami kenyataan ini. Jadi, usaha-usahanya akan menjadi amal saleh dan ia kemudian dapat berharap mendapatkan keridhaan Allah, kasih sayang, dan balasan surgawi dari-Nya.
Bagaimanapun, setan terus-menerus berusaha untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus dan membuat mereka mencari manfaat selain dari Allah.
Alasan-alasan seperti, “saya sudah berusaha mendapatkan keridhaan Allah, apa ruginya jika saya mengharapkan keuntungan pribadi juga?”, “Saya akan mendapatkan keridhaan Allah dan kehormatan di masyrakat,” “Saya akan melakukan perbuatan yang baik, tetapi saya harus mendapatkan balasan,” atau “Saya akan berkorban, tetapi saya harap segalanya akan kembali kepada saya,” dan sebagainya. Semua bisikan tersebut berasal dari setan. Setiap pikiran yang memaksa seseorang untuk mencari balasan selain ridha Allah ini mencegahnya melakukan amal-amal saleh dan juga menghalangi keikhlasan.
Said Nursi mengatakan bahwa keikhlasan hanya dapat dicapai jika seseorang merasa senang dan puas terhadap apa yang Allah berikan kepadanya. Poin penting yang ditekankan di sini adalah bahwa seseorang seharusnya tidak hanya mengungkapkan kepuasannya dalam kata-kata, tetapi jauh di dalam hatinya juga harus menikmati kepatuhan untuk merasa senang dan bahagia dengan apa yang diberikan Allah untuknya.
Hal ini karena ia pada akhirnya bertanggung jawab di hadapan Allah terhadap niat di dalam hatinya.Seseorang juga harus mengambil pedoman sifat melebihkan orang lain daripada dirinya sendiri, sifat yang sama dengan para sahabat yang dipuji di dalam Al-Qur`an.
Sebagai contoh, saat memberi hadiah atau berinfaq, seseorang harus selalu mendahulukan penerimanya daripada dirinya sendiri dan tanpa meminta atau dalam hati menginginkan balasaan materi apa pun atas perintah agama ini, karena jika tidak, keikhlasan akan sirna.
Manusia memiliki banyak hak dan tuntutan, dan bahkan mungkin berhak mendapatkan zakat. Akan tetapi, semua itu tidak dapat diminta. Ketika seseorang menerima sesuatu, tidak bisa dikatakan bahwa ini adalah balasan atas perbuatan yang dilakukan, tetapi ia harus selalu mendahulukan yang lain yang lebih berhak.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya , "Mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan," (Qs. al-Hasyr : 9)
Dalam karyanya yang lain, Badiuzzaman menekankan pentingnya menerima semua balasan di hari akhir dengan mengatakan, bahwa dunia ini diciptakan untuk penghambaan, bukan untuk menerima upah. Pemberian upah, buah, dan cahaya amal saleh ada di hari kemudian. Membawa buah abadi tersebut ke dunia ini dan berharap untuk mendapatkannya di sini berarti membuat hari kemudian bergantung pada kehidupan dunia.
Jadi, keikhlasan dari amal saleh tersebut menjadi kerugian dan cahayanya terpadamkan. Buah tersebut tidak diinginkan dan tidak diharapkan. Apa pun yang diberikan, manusia harus bersyukur kepada Allah dengan berpikir bahwa semua itu diberikan sebagai dorongan.
Sungguh, semua balasan selain ridha Allah yang diharapkan manusia adalah milik dunia ini dan menggambarkan pilihan antara dunia ini dan hari akhir. Orang yang demikian, yang menikmati keuntungan duniawi ini, dapat dicabut kesenangannya di akhirat.
Sementara itu, orang yang melakukan amal saleh hanya untuk mendapatkan ridha Allah dan mereka yang menjaga kebersihan niat, akan dianugerahi keberkahan oleh Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Sungguh Allah memberikan berita gembira bagi orang-orang beriman, sebagaimana firman-Nya, yang artinya , “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. an-Nahl : 97)
Di dalam Al-Qur`an, banyak contoh yang menekankan akhlaq mulia para nabi tentang hal ini. Para hamba mulia tersebut mereka tidak meminta balasan apa pun kecuali ridha Allah atas penghambaan mereka.
Sebagaimana firman-Nya , yang artinya , “(Hud berkata), ‘Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidaklah kamu memikirkan(nya)?’” (Qs. Hud : 51)
Sebagaimana firman-Nya , yang artinya , “(Nuh berkata), ‘Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya, mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui.’” (Qs. Hud : 29)
Badiuzzaman Said Nursi dalam Barla Lahikasi , menyatakan bahwa seseorang hanya dapat berharap untuk mendapatkan keikhlasan dengan caran meneladani akhlaq mulia para nabi:
Banyak orang dapat menjadi kandidat untuk posisi yang sama; banyak tangan dapat mencoret setiap balasan moral dan material yang ditawarkan. Karenanya, konflik dan perseteruan muncul; kerukunan berubah menjadi perselisihan; dan kesepakatan menjadi percekcokan.
Kini, obat bagi penyakit yang mengerikan ini adalah keikhlasan. Keikhlasan bisa didapatkan dengan memilih untuk menyembah Allah daripada menyembah jiwa seseorang, dengan sebab keridhaan Allah untuk menaklukkan jiwa dan ego.
Ini adalah perwujudan dari ayat,yang artinya ‘Upahku hanyalah dari Allah,’ (Qs. Hud : 29) dengan melepaskan balasan moral dan material dari manusia,
Ini adalah juga perwujudan dari ayat,yang artinya , ‘Kewajiban rasul tidak lain hanyalah menyampaikan " (Qs. al-Maa’idah 99).
Sehingga dengan mengetahui hal tersebut sebagai penerimaan yang baik, dan membuat kesan yang menyenangkan, dan mendapatkan perhatian manusia adalah urusan Allah dan pertolongan dari-Nya, dan bahwa mereka tidak berperan dalam membawa risalah yang menjadi tugas setiap orang itu. Mereka juga tidak merasa penting dan tidak juga seseorang dituntut untuk memperolehnya. Dengan memahami semua itu, seseorang akan berhasil dalam mendapatkan keikhlasan. Jika tidak, semua itu akan sirna.
Untuk membersihkan diri dari keinginan (kebutuhan) pengakuan dari orang lain dan berfokus hanya untuk mendapatkan ridha Allah, “Engkau harus mencari keridhaan Ilahiah dalam setiap tindakan. Jika Allah Yang Mahakuasa merasa ridha, tidak ada pentingnya pengakuan orang seluruh dunia ini .
Jika Allah menerima sebuah perbuatan dan manusia menolak perbuatan kita , tak ada pengaruh bagi kita.
Sekali keridhaan Allah diraih dan Dia menerima perbuatan kita (bahkan tanpa kita minta kepada-Nya) Allah dan kebijaksanaan-Nya akan menginginkannya. Allah akan membuat orang lain juga menerimanya. Ia akan membuat mereka ridha terhadap perbuatan tersebut. Karena itulah, tujuan satu-satunya dalam penghambaan ini adalah untuk mencari keridhaan Allah.
Inilah konsekuensi dalam memahami arti keikhlasan. Ditekankan bahwa sekali Allah ridha, maka tidak ada sesuatu pun di seluruh dunia ini yang akan berpaling darimu. Selain itu, Allah juga mengendalikan hati-hati mereka. Jika Allah berkenan, Dia akan membuat mereka semua ridha kepadamu.
Di sisi lain, jika Allah tidak memberikan ridha-Nya, tidak penting apakah seluruh isi bumi ini
memberikan segala milik mereka. Setiap mukmin sejati memahami dengan pasti bahwa jika ia hanya mendapatkan ridha manusia, tiadalah artinya semua itu di hadapan Allah dan ia tidak akan mendapatkan apa-apa untuk bekalnya di hari kemudian kecuali Allah menginginkan sebaliknya.
Mereka yang telah meridhai mungkin banyak jumlahnya, kekayaannya, ataupun kekuasaannya. Akan tetapi, semua itu lemah dan hanya didapatkan dengan seizin Allah.
Suatu saat, semua itu akan kehilangan kekuatannya setelah membusuk di perut bumi. Karena itulah, dukungan jumlah yang besar tidak akan berarti di hari akhir.
Hanya Allah yang abadi dan patut kita mintai keridhaan-Nya. Hanya dengan memahami kebenaran ini, seseorang bisa mendapatkan pemahaman keikhlasan yang abadi. Ia harus menuju keridhaan Allah dengan membebaskan dirinya dari persepsi orang lain.
Di dalam Al-Qur`an, Allah menjelaskan hal ini dengan perumpamaan, dengan firman-Nya , yang artinya , “Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Sesungguhnya, kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Qs. az-Zumar : 29-30)
Saudaraku, ingatlah bahwa di dalam Al-Qur`an, mencari keridhaan selain kepada Allah disebut syirik atau mempersekutukan Allah.
Dalam ayat tersebut, Allah membandingkan orang yang mencari ridha manusia dan mempersekutukan Allah sebagai budak yang dimiliki oleh beberapa sekutu dalam perselisihan satu sama lain. Ia pun membandingkan keimanan seseorang yang teguh mengabdi kepada-Nya sebagai budak yang sepenuhnya dikuasai oleh seseorang. Allah mengingatkan kita bahwa semua makhluk selain Allah pasti akan mati pada akhirnya. Jadi, Dia mengajak manusia untuk memikirkan pentingnya mencari hanya keridhaan-Nya.
Karena itu, setiap kita harus mengevaluasi dirinya dengan tulus ihklas tanpa membiarkan nafsu rendahnya menipu diri. Salah satu kecenderungan yang paling kuat dari nafsu adalah keinginan untuk mendapatkan ridha dari orang lain, yang tentu bertentangan dengan Al-Qur`an.
Jika tidak, banyak orang yang melakukan sesuatu bukan karena mereka menyukainya atau karena kebutuhan, melainkan supaya mereka dihargai atau mendapat pengakuan dari orang lain . Dengan kata lain, mereka berusaha untuk meningkatkan status mereka di masyarakat. Karena itu, tujuan hidup utama mereka adalah ingin mendapat keridhaan orang lain.
Sebagian dari Anda pasti sering mendengar perkataan orang-orang, “Apa kata orang nanti?”, “Bagaimana kita menjelaskannya kepada orang lain nanti?”, “Kita bisa menjadi bahan tertawaan di masyarakat,” atau “Kita tidak akan bisa pergi ke tempat umum lagi karena malu.”
Saudaraku , sering terjadi dalam keseharian kita adalah munculnya reaksi-reaksi karena memikirkan apa yang akan dikatakan dan dipikirkan orang lain. Terkadang orang merasakan kepedihan dalam hatinya, bukan karena mereka melakukan kesalahan, tetapi karena malu orang lain mengetahui hal itu. Bagaimanapun juga, jika suatu kesalahan dilakukan dan pada kenyataannya Allah mengetahui hal tersebut, barulah menjadi masalah yang besar.
Hamba yang beriman tetap berkomitmen dalam pengabdiaannya karena rasa takut kepada Allah. Tidak ada kondisi atau situasi yang dapat memengaruhi pemikiran para mukmin sejati, sebagaimana firman-Nya, yang artinya , “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” ( Qs. an-Nuur : 37)
setiap hambag beriman yang berharap untuk mendapatkan keikhlasan, harus membebaskan dirinya dari kekhawatiran terhadap apa yang akan dikatakan orang lain. Seseorang tidak akan pernah dapat berbuat ikhlas murni selama ia masih membutuhkan pengakuan dari orang lain.
Seseorang harus selalu ikhlas dalam niatnya dan dengan murni mencari keridhaan Allah untuk mendapatkan keikhlasan. Kenyataan bahwa orang lain memberikan kerelaan padanya, tidaklah bermanfat baginya kecuali Allah merelakannya juga. Adapun orang yang mendapatkan keridhaan, bantuan, cinta, dan pengakuan Allah, ia telah mendapatkan bantuan yang bisa didapatkan oleh semua orang.
Jika ia berlaku ikhlas, Allah akan membuatnya mampu menjalani keidupan yang paling baik di dunia dan di akhirat. Allah memberikan fasilitas-fasilitas yang mendukung, yang tidak didapatkan dari manusia, serta menganugerahinya persahabatan yang tidak dapat dibandingkan dengan persahabatan dengan manusia.
Badiuzzaman Said Nursi juga menegaskan, ... Keridhaan Allah sudahlah cukup. Jika Dia menjadi kekasihmu, semuanya akan menjadi kekasihmu. Jika Dia bukan kekasihmu, pujian dari seluruh bumi tidaklah berarti. Kerelaan dan keridhaan manusia jika dicari melalui perbuatan duniawi lainnya, akan menggagalkan perbuatan tersebut. Jika mereka tergoda, kemurnian itu akan hilang.
jika engkau mendapatkan ridha Tuhanmu dengan kasih dan pengabdianmu, cukuplah hal itu bagimu dan tidak perlu lagi mencari ridha manusia...(Badiuzzaman Said Nursi, Mesnevi-i Nuriye, )
Allahu a'lam
sumber : Sincerity Described in The Qur`an , Harun Yahya , Mesnevi-i Nuriye, Barla Lahikasi, Risalah an-Nur, Badiuzzaman Said Nursi,
Allah telah berfirman bahwa orang-orang beriman yang melakukan kebaikan akan diberi balasan yang besar. Sebagaimana firman-Nya, yang artinya , “Sesungguhnya, Al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Qs. al-Israa`: 9)
Yakinlah , bahwa amal amal kebaikan kita akan diganjar berlipat ganda. Sebagaimana firman-Nya , yang artinya “Dan barangsiapa di antara kamu sekalian (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia.” (Qs. al-Ahzab : 31)
Badiuzzaman Said Nursi dalam Risalah an-Nur , menyatakan bahwa manusia bisa berhasil hanya dengan mengingat keridhaan Allah, “... Dengan kata lain, satu-satunya alat keselamatan dan pembebasan adalah keikhlasan. Ini adalah yang paling penting untuk mendapatkan keikhlasan. Perbuatan kecil yang dilakukan dengan keikhlasan adalah lebih baik daripada perbuatan besar yang dilakukan tanpa keikhlasan. Seseorang harus berpikir bahwa yang membuat ikhlas dalam perbuatannya adalah melakukannya dengan murni dan tulus karena perintah Allah, dan bahwa tujuan mereka adalah keridhaan Allah....”
Badiuzzaman menggarisbawahi fakta bahwa rasa kasih sayang kepada seseorang akan menjadi ikhlas hanya jika kita tidak mengharapkan balasan, tetapi semata-mata karena Allah. “Keikhlasan ada di mana pun. Bahkan, sebuah catatan cinta menjadi mulia dengan keikhlasan, begitu juga dengan berton-ton cinta yang deminya balasan diharapkan. Seseorang mendeskripsikan cinta yang tulus ini sebagai berikut. ‘Saya tidak menginginkan sogokan, jasa, atau balasan untuk cinta, karena cinta yang meminta balasan adalah lemah dan pendek usianya.”
Siapa pun yang ingin mendapatkan keikhlasan harus memahami kenyataan ini. Jadi, usaha-usahanya akan menjadi amal saleh dan ia kemudian dapat berharap mendapatkan keridhaan Allah, kasih sayang, dan balasan surgawi dari-Nya.
Bagaimanapun, setan terus-menerus berusaha untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus dan membuat mereka mencari manfaat selain dari Allah.
Alasan-alasan seperti, “saya sudah berusaha mendapatkan keridhaan Allah, apa ruginya jika saya mengharapkan keuntungan pribadi juga?”, “Saya akan mendapatkan keridhaan Allah dan kehormatan di masyrakat,” “Saya akan melakukan perbuatan yang baik, tetapi saya harus mendapatkan balasan,” atau “Saya akan berkorban, tetapi saya harap segalanya akan kembali kepada saya,” dan sebagainya. Semua bisikan tersebut berasal dari setan. Setiap pikiran yang memaksa seseorang untuk mencari balasan selain ridha Allah ini mencegahnya melakukan amal-amal saleh dan juga menghalangi keikhlasan.
Said Nursi mengatakan bahwa keikhlasan hanya dapat dicapai jika seseorang merasa senang dan puas terhadap apa yang Allah berikan kepadanya. Poin penting yang ditekankan di sini adalah bahwa seseorang seharusnya tidak hanya mengungkapkan kepuasannya dalam kata-kata, tetapi jauh di dalam hatinya juga harus menikmati kepatuhan untuk merasa senang dan bahagia dengan apa yang diberikan Allah untuknya.
Hal ini karena ia pada akhirnya bertanggung jawab di hadapan Allah terhadap niat di dalam hatinya.Seseorang juga harus mengambil pedoman sifat melebihkan orang lain daripada dirinya sendiri, sifat yang sama dengan para sahabat yang dipuji di dalam Al-Qur`an.
Sebagai contoh, saat memberi hadiah atau berinfaq, seseorang harus selalu mendahulukan penerimanya daripada dirinya sendiri dan tanpa meminta atau dalam hati menginginkan balasaan materi apa pun atas perintah agama ini, karena jika tidak, keikhlasan akan sirna.
Manusia memiliki banyak hak dan tuntutan, dan bahkan mungkin berhak mendapatkan zakat. Akan tetapi, semua itu tidak dapat diminta. Ketika seseorang menerima sesuatu, tidak bisa dikatakan bahwa ini adalah balasan atas perbuatan yang dilakukan, tetapi ia harus selalu mendahulukan yang lain yang lebih berhak.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya , "Mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan," (Qs. al-Hasyr : 9)
Dalam karyanya yang lain, Badiuzzaman menekankan pentingnya menerima semua balasan di hari akhir dengan mengatakan, bahwa dunia ini diciptakan untuk penghambaan, bukan untuk menerima upah. Pemberian upah, buah, dan cahaya amal saleh ada di hari kemudian. Membawa buah abadi tersebut ke dunia ini dan berharap untuk mendapatkannya di sini berarti membuat hari kemudian bergantung pada kehidupan dunia.
Jadi, keikhlasan dari amal saleh tersebut menjadi kerugian dan cahayanya terpadamkan. Buah tersebut tidak diinginkan dan tidak diharapkan. Apa pun yang diberikan, manusia harus bersyukur kepada Allah dengan berpikir bahwa semua itu diberikan sebagai dorongan.
Sungguh, semua balasan selain ridha Allah yang diharapkan manusia adalah milik dunia ini dan menggambarkan pilihan antara dunia ini dan hari akhir. Orang yang demikian, yang menikmati keuntungan duniawi ini, dapat dicabut kesenangannya di akhirat.
Sementara itu, orang yang melakukan amal saleh hanya untuk mendapatkan ridha Allah dan mereka yang menjaga kebersihan niat, akan dianugerahi keberkahan oleh Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Sungguh Allah memberikan berita gembira bagi orang-orang beriman, sebagaimana firman-Nya, yang artinya , “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. an-Nahl : 97)
Di dalam Al-Qur`an, banyak contoh yang menekankan akhlaq mulia para nabi tentang hal ini. Para hamba mulia tersebut mereka tidak meminta balasan apa pun kecuali ridha Allah atas penghambaan mereka.
Sebagaimana firman-Nya , yang artinya , “(Hud berkata), ‘Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidaklah kamu memikirkan(nya)?’” (Qs. Hud : 51)
Sebagaimana firman-Nya , yang artinya , “(Nuh berkata), ‘Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya, mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui.’” (Qs. Hud : 29)
Badiuzzaman Said Nursi dalam Barla Lahikasi , menyatakan bahwa seseorang hanya dapat berharap untuk mendapatkan keikhlasan dengan caran meneladani akhlaq mulia para nabi:
Banyak orang dapat menjadi kandidat untuk posisi yang sama; banyak tangan dapat mencoret setiap balasan moral dan material yang ditawarkan. Karenanya, konflik dan perseteruan muncul; kerukunan berubah menjadi perselisihan; dan kesepakatan menjadi percekcokan.
Kini, obat bagi penyakit yang mengerikan ini adalah keikhlasan. Keikhlasan bisa didapatkan dengan memilih untuk menyembah Allah daripada menyembah jiwa seseorang, dengan sebab keridhaan Allah untuk menaklukkan jiwa dan ego.
Ini adalah perwujudan dari ayat,yang artinya ‘Upahku hanyalah dari Allah,’ (Qs. Hud : 29) dengan melepaskan balasan moral dan material dari manusia,
Ini adalah juga perwujudan dari ayat,yang artinya , ‘Kewajiban rasul tidak lain hanyalah menyampaikan " (Qs. al-Maa’idah 99).
Sehingga dengan mengetahui hal tersebut sebagai penerimaan yang baik, dan membuat kesan yang menyenangkan, dan mendapatkan perhatian manusia adalah urusan Allah dan pertolongan dari-Nya, dan bahwa mereka tidak berperan dalam membawa risalah yang menjadi tugas setiap orang itu. Mereka juga tidak merasa penting dan tidak juga seseorang dituntut untuk memperolehnya. Dengan memahami semua itu, seseorang akan berhasil dalam mendapatkan keikhlasan. Jika tidak, semua itu akan sirna.
Untuk membersihkan diri dari keinginan (kebutuhan) pengakuan dari orang lain dan berfokus hanya untuk mendapatkan ridha Allah, “Engkau harus mencari keridhaan Ilahiah dalam setiap tindakan. Jika Allah Yang Mahakuasa merasa ridha, tidak ada pentingnya pengakuan orang seluruh dunia ini .
Jika Allah menerima sebuah perbuatan dan manusia menolak perbuatan kita , tak ada pengaruh bagi kita.
Sekali keridhaan Allah diraih dan Dia menerima perbuatan kita (bahkan tanpa kita minta kepada-Nya) Allah dan kebijaksanaan-Nya akan menginginkannya. Allah akan membuat orang lain juga menerimanya. Ia akan membuat mereka ridha terhadap perbuatan tersebut. Karena itulah, tujuan satu-satunya dalam penghambaan ini adalah untuk mencari keridhaan Allah.
Inilah konsekuensi dalam memahami arti keikhlasan. Ditekankan bahwa sekali Allah ridha, maka tidak ada sesuatu pun di seluruh dunia ini yang akan berpaling darimu. Selain itu, Allah juga mengendalikan hati-hati mereka. Jika Allah berkenan, Dia akan membuat mereka semua ridha kepadamu.
Di sisi lain, jika Allah tidak memberikan ridha-Nya, tidak penting apakah seluruh isi bumi ini
memberikan segala milik mereka. Setiap mukmin sejati memahami dengan pasti bahwa jika ia hanya mendapatkan ridha manusia, tiadalah artinya semua itu di hadapan Allah dan ia tidak akan mendapatkan apa-apa untuk bekalnya di hari kemudian kecuali Allah menginginkan sebaliknya.
Mereka yang telah meridhai mungkin banyak jumlahnya, kekayaannya, ataupun kekuasaannya. Akan tetapi, semua itu lemah dan hanya didapatkan dengan seizin Allah.
Suatu saat, semua itu akan kehilangan kekuatannya setelah membusuk di perut bumi. Karena itulah, dukungan jumlah yang besar tidak akan berarti di hari akhir.
Hanya Allah yang abadi dan patut kita mintai keridhaan-Nya. Hanya dengan memahami kebenaran ini, seseorang bisa mendapatkan pemahaman keikhlasan yang abadi. Ia harus menuju keridhaan Allah dengan membebaskan dirinya dari persepsi orang lain.
Di dalam Al-Qur`an, Allah menjelaskan hal ini dengan perumpamaan, dengan firman-Nya , yang artinya , “Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Sesungguhnya, kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Qs. az-Zumar : 29-30)
Saudaraku, ingatlah bahwa di dalam Al-Qur`an, mencari keridhaan selain kepada Allah disebut syirik atau mempersekutukan Allah.
Dalam ayat tersebut, Allah membandingkan orang yang mencari ridha manusia dan mempersekutukan Allah sebagai budak yang dimiliki oleh beberapa sekutu dalam perselisihan satu sama lain. Ia pun membandingkan keimanan seseorang yang teguh mengabdi kepada-Nya sebagai budak yang sepenuhnya dikuasai oleh seseorang. Allah mengingatkan kita bahwa semua makhluk selain Allah pasti akan mati pada akhirnya. Jadi, Dia mengajak manusia untuk memikirkan pentingnya mencari hanya keridhaan-Nya.
Karena itu, setiap kita harus mengevaluasi dirinya dengan tulus ihklas tanpa membiarkan nafsu rendahnya menipu diri. Salah satu kecenderungan yang paling kuat dari nafsu adalah keinginan untuk mendapatkan ridha dari orang lain, yang tentu bertentangan dengan Al-Qur`an.
Jika tidak, banyak orang yang melakukan sesuatu bukan karena mereka menyukainya atau karena kebutuhan, melainkan supaya mereka dihargai atau mendapat pengakuan dari orang lain . Dengan kata lain, mereka berusaha untuk meningkatkan status mereka di masyarakat. Karena itu, tujuan hidup utama mereka adalah ingin mendapat keridhaan orang lain.
Sebagian dari Anda pasti sering mendengar perkataan orang-orang, “Apa kata orang nanti?”, “Bagaimana kita menjelaskannya kepada orang lain nanti?”, “Kita bisa menjadi bahan tertawaan di masyarakat,” atau “Kita tidak akan bisa pergi ke tempat umum lagi karena malu.”
Saudaraku , sering terjadi dalam keseharian kita adalah munculnya reaksi-reaksi karena memikirkan apa yang akan dikatakan dan dipikirkan orang lain. Terkadang orang merasakan kepedihan dalam hatinya, bukan karena mereka melakukan kesalahan, tetapi karena malu orang lain mengetahui hal itu. Bagaimanapun juga, jika suatu kesalahan dilakukan dan pada kenyataannya Allah mengetahui hal tersebut, barulah menjadi masalah yang besar.
Hamba yang beriman tetap berkomitmen dalam pengabdiaannya karena rasa takut kepada Allah. Tidak ada kondisi atau situasi yang dapat memengaruhi pemikiran para mukmin sejati, sebagaimana firman-Nya, yang artinya , “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” ( Qs. an-Nuur : 37)
setiap hambag beriman yang berharap untuk mendapatkan keikhlasan, harus membebaskan dirinya dari kekhawatiran terhadap apa yang akan dikatakan orang lain. Seseorang tidak akan pernah dapat berbuat ikhlas murni selama ia masih membutuhkan pengakuan dari orang lain.
Seseorang harus selalu ikhlas dalam niatnya dan dengan murni mencari keridhaan Allah untuk mendapatkan keikhlasan. Kenyataan bahwa orang lain memberikan kerelaan padanya, tidaklah bermanfat baginya kecuali Allah merelakannya juga. Adapun orang yang mendapatkan keridhaan, bantuan, cinta, dan pengakuan Allah, ia telah mendapatkan bantuan yang bisa didapatkan oleh semua orang.
Jika ia berlaku ikhlas, Allah akan membuatnya mampu menjalani keidupan yang paling baik di dunia dan di akhirat. Allah memberikan fasilitas-fasilitas yang mendukung, yang tidak didapatkan dari manusia, serta menganugerahinya persahabatan yang tidak dapat dibandingkan dengan persahabatan dengan manusia.
Badiuzzaman Said Nursi juga menegaskan, ... Keridhaan Allah sudahlah cukup. Jika Dia menjadi kekasihmu, semuanya akan menjadi kekasihmu. Jika Dia bukan kekasihmu, pujian dari seluruh bumi tidaklah berarti. Kerelaan dan keridhaan manusia jika dicari melalui perbuatan duniawi lainnya, akan menggagalkan perbuatan tersebut. Jika mereka tergoda, kemurnian itu akan hilang.
jika engkau mendapatkan ridha Tuhanmu dengan kasih dan pengabdianmu, cukuplah hal itu bagimu dan tidak perlu lagi mencari ridha manusia...(Badiuzzaman Said Nursi, Mesnevi-i Nuriye, )
Allahu a'lam
sumber : Sincerity Described in The Qur`an , Harun Yahya , Mesnevi-i Nuriye, Barla Lahikasi, Risalah an-Nur, Badiuzzaman Said Nursi,
Minggu, 07 Agustus 2011
Hidup jadi mudah dgn taat kpd Allah
Allah menciptakan dunia sebagai ujian bagi manusia. Sebagaimana sifat ujian itu sendiri, Dia menguji manusia dengan kesenangan, atau bahkan dengan penderitaan. Tidak sedikit dari kita yang akhirnya putus asa dan pesimis dalam menghadapi masalah dalam kehidupan di dunia ini. Kita memang hidup di dunia ini pasti menghadapi masalah. Satu hal yang perlu kita ingat ketika menghadapi masalah, selalulah kembalikan masalah anda kepada Aturan Allah SWT.Karena Allah sudah mengatur dengan sempurna pedoman dan aturan tentang kita hidup di dunia ini. Maka jika ingin menemukan jawabannya kembalilah kepada aturan Nya dan berpegang teguhlah kepada aturan Nya.Orang-orang yang menilai berbagai peristiwa tidak berdasarkan Al-Qur'an tidak mampu menafsirkan secara tepat berbagai peristiwa tersebut, kemudian menjadi bersedih hati dan kehilangan harapan. Padahal Allah mengungkapkan rahasia penting dalam All-Qur'an yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang benar-benar beriman.
Rahasia tersebut dijelaskan sebagamana firman-Nya , yang artinya ," Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (Qs. Al-Insyirah: 5-6).
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam ayat ini, apa pun bentuk penderitaan yang dialami seseorang atau bagaimanapun situasi yang dihadapi, Allah menciptakan jalan keluar dan memberikan kemu¬dahan kepada orang-orang yang beriman. Se¬sungguhnya, orang yang beriman akan menyaksikan bahwa Allah memberikan kemu¬dahan di dalam semua kesulitan jika ia tetap istiqamah dalam kesabarannya.
Dalam ayat lainnya, Allah telah memberi kabar gembira berupa petunjuk dan rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa kepada-Nya, yang artinya ,"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan bagi-nyajalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya." (Qs. ath-Thalaq: 2-3).
Allah Tidak Membebani Seseorang di Luar Kemampuannya
Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Mahaadil, menjadikan kemudahan dalam segala sesuatu dan menguji manusia sesuai dengan batas-batas kekuatan mereka. Shalat yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan manusia, kesulitan-kesulitan yang Dia ciptakan untuk mengujinya, tanggung jawab yang Dia bebankan kepada manusia, semua-nya sesuai dengan kemampuan seseorang.
Ini merupakan kabar gembira dan menentramkan bagi orang-orang beriman, dan meru¬pakan wujud dari kasih sayang dan kemurahan Allah.
Allah menceritakan rahasia ini dalam Al-Qur'an , yang artinya ," Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih ber-manfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sem-purnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupan-nya. Dan apabila kamu berkata, maka hen-daklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu, dan penuhilahjanji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepa-damu agar kamu ingat. "(Qs. al-An'am: 152).
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Kami tidak memikul-kan kezvajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya." (Q.s. al-A'raf: 42).
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Kami tidak membebani seseorang melain-kan menurut kesanggupannya, danpada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya. "(Qs. al-Mu'minun: 62).
Hidup Menjadi Mudah dengan Menjalankan Agama Allah
Sebagian besar manusia beranggapan bahwa agama menjadikan hidup mereka sulit dan mereka dibebani dengan kewajiban-kewajiban yang berat. Sesungguhnya ini merupakan anggapan sesat yang dibisikkan oleh setan kepada manusia agar mereka ter-sesat. Sebagaimana telah disebutkan ter-dahulu, agama itu mudah. Allah menyatakan bahwa Dia akan memberikan kemudahan kepada orang-orang beriman setelah mereka menghadapi kesulitan.
Di samping itu, ajaran agama seperti bertawakal kepada Allah dan meyakini takdir juga dapat menghilangkan semua beban, kesulitan, dan penyebab pende-ritaan dan duka cita. Bagi seseorang yang hidup dengan agama Allah, tidak ada pende-ritaan, duka cita, atau putus asa. Dalam bebe¬rapa ayat, Allah menjanjikan akan menolong orang-orang yang berserah diri kepada-Nya dan orang-orang yang membantu agama-Nya, dan akan memberikan kehidupan yang baik kepada mereka, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Tuhan kita, Yang tidak pernah mengingkari firman-Nya, Sebagaimana Allah berfirman , yang artinya ," "Ketika orang-orang yang bertaknya ditanya, Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu? 'Mereka menjawab, 'Kebaikan.' Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapatkan yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertak¬wa." (Qs. an-Nahl: 30).
Allah memberikan berita gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa Dia akan memberikan keberhasilan kepada orang-orang yang menjalankan agama-Nya:
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya "Adapun orang yang memberikan harta-nya (dijalan Allah) dan bertakzva, dan mem-benarkan adanyapahalayang terbaik, maka Kami kelak akan menyiapkan baginyajalan yang mudah." (Qs. al-Lail: 5-7).
Sebagaimana yang diungkapkan oleh rahasia-rahasia ini, orang yang dengan ikhlas berpaling kepada agama Allah berarti telah memilih jalan yang benar sejak permulaan, jalan yang mudah yang akan membawa kepada keberhasilan, yang akan mendatang-kan manfaat di dunia dan di akhirat. Dalam pada itu bagi orang-orang kafir, yang terjadi adalah sebaliknya.
Orang-orang kafir semenjak awal telah mengalami kehidupan yang penuh dengan duka cita, kesedihan, dan mengalami kerugian, baik di dunia maupun di akhirat. Pada saat mereka memutuskan ber-ada dalam kekufuran, mereka telah meng¬alami kerugian di dunia dan akhirat.
Hal ini dinyatakan dalam ayat-Nya, yang artinya ," Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendus-takan pahalayang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sulit." (Qs. al-Lail: 8-10).
Lihatlah Imam Ahmad bin Hanbal dipenjarakan, dicambuk, apa yang terjadi pada beliau setelah itu? Beliau jadi Imam ahli Sunnah. Imam Ibnu Tayyimiyah keluar dalam tahanannya penuh dengan ilmu yang berlimpah ruah. Mengarang 20 jilid buku fiqh. Ibnu Katsir Ibnu jauzi di Baghdad Dan Imam Malik bin raib di timpa musibah yang hampir mematikan beliau, dengan penderitaannya itu beliau telah menulis qasidah yang benar-benar membuat orang terpukau, sya’ir-sya’ir beliau yang membuat orang membacanya terperangah dapat mengalahkan penyair-penyair Abbasiyyah yang terkenal itu.
Kita haruslah optimis dan beriman kalau sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Yakini dan imanilah hal itu. Lalu apabila kita telah selesai dari satu urusan kita harus selesaikan urusan kita yang lain. Allah adalah Pemilik dan Pencipta segala sesuatu. Dengan demikian tentu saja sangat penting bagi seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon bantuan dan pertolongan-Nya agar Dia memberikan keku-atan.
Orang yang menjadikan Allah sebagai penolongnya dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya, hidupnya di dunia dan akhirat akan dipenuhi rahmat dan karunia, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat mencelakakan dirinya. Ini merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri. Oleh sebab itu, setiap orang yang memahami kebenaran dan memiliki hati nurani tentu memahami rahasia-rahasia yang dijelaskan dalam al-Qur'an dan memilih jalan yang benar dan lurus.
Jika orang-orang kafir tidak dapat memahami fakta-fakta yang sangat jelas ini, tentu saja hal ini juga meru¬pakan rahasia tersendiri. Betapapun mereka sangat cerdas dan berpendidikan, akal mereka tidak mereka gunakan sehingga mereka tidak dapat memahami dan melihat fakta-fakta tersebut.
Kita harus introspeksi diri kita masing-masing sejauh mana kita mengimani Firman Allah dalam Al-Quran. Jelas janji Allah, sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Kalimat tersebut sampai diulang dua kali. Menurut tafsir, bisa dikatakan dalam setiap kesulitan terdapat dua kemudahan. Jadi kita haruslah tetap dan selalu optimis dalam menjalani kehidupan kita didunia, segala kesulitan dan masalah urusan pasti selalu ada jalan keluarnya, selalu ada kemudahan untuk menyelesaikannya.
Allahu a'lam
Sumber : Harun Yahya , SOME SECRETS OF THE QUR'AN
Rahasia tersebut dijelaskan sebagamana firman-Nya , yang artinya ," Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (Qs. Al-Insyirah: 5-6).
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam ayat ini, apa pun bentuk penderitaan yang dialami seseorang atau bagaimanapun situasi yang dihadapi, Allah menciptakan jalan keluar dan memberikan kemu¬dahan kepada orang-orang yang beriman. Se¬sungguhnya, orang yang beriman akan menyaksikan bahwa Allah memberikan kemu¬dahan di dalam semua kesulitan jika ia tetap istiqamah dalam kesabarannya.
Dalam ayat lainnya, Allah telah memberi kabar gembira berupa petunjuk dan rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa kepada-Nya, yang artinya ,"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan bagi-nyajalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya." (Qs. ath-Thalaq: 2-3).
Allah Tidak Membebani Seseorang di Luar Kemampuannya
Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Mahaadil, menjadikan kemudahan dalam segala sesuatu dan menguji manusia sesuai dengan batas-batas kekuatan mereka. Shalat yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan manusia, kesulitan-kesulitan yang Dia ciptakan untuk mengujinya, tanggung jawab yang Dia bebankan kepada manusia, semua-nya sesuai dengan kemampuan seseorang.
Ini merupakan kabar gembira dan menentramkan bagi orang-orang beriman, dan meru¬pakan wujud dari kasih sayang dan kemurahan Allah.
Allah menceritakan rahasia ini dalam Al-Qur'an , yang artinya ," Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih ber-manfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sem-purnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupan-nya. Dan apabila kamu berkata, maka hen-daklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu, dan penuhilahjanji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepa-damu agar kamu ingat. "(Qs. al-An'am: 152).
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Kami tidak memikul-kan kezvajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya." (Q.s. al-A'raf: 42).
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ," Kami tidak membebani seseorang melain-kan menurut kesanggupannya, danpada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya. "(Qs. al-Mu'minun: 62).
Hidup Menjadi Mudah dengan Menjalankan Agama Allah
Sebagian besar manusia beranggapan bahwa agama menjadikan hidup mereka sulit dan mereka dibebani dengan kewajiban-kewajiban yang berat. Sesungguhnya ini merupakan anggapan sesat yang dibisikkan oleh setan kepada manusia agar mereka ter-sesat. Sebagaimana telah disebutkan ter-dahulu, agama itu mudah. Allah menyatakan bahwa Dia akan memberikan kemudahan kepada orang-orang beriman setelah mereka menghadapi kesulitan.
Di samping itu, ajaran agama seperti bertawakal kepada Allah dan meyakini takdir juga dapat menghilangkan semua beban, kesulitan, dan penyebab pende-ritaan dan duka cita. Bagi seseorang yang hidup dengan agama Allah, tidak ada pende-ritaan, duka cita, atau putus asa. Dalam bebe¬rapa ayat, Allah menjanjikan akan menolong orang-orang yang berserah diri kepada-Nya dan orang-orang yang membantu agama-Nya, dan akan memberikan kehidupan yang baik kepada mereka, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Tuhan kita, Yang tidak pernah mengingkari firman-Nya, Sebagaimana Allah berfirman , yang artinya ," "Ketika orang-orang yang bertaknya ditanya, Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu? 'Mereka menjawab, 'Kebaikan.' Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapatkan yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertak¬wa." (Qs. an-Nahl: 30).
Allah memberikan berita gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa Dia akan memberikan keberhasilan kepada orang-orang yang menjalankan agama-Nya:
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya "Adapun orang yang memberikan harta-nya (dijalan Allah) dan bertakzva, dan mem-benarkan adanyapahalayang terbaik, maka Kami kelak akan menyiapkan baginyajalan yang mudah." (Qs. al-Lail: 5-7).
Sebagaimana yang diungkapkan oleh rahasia-rahasia ini, orang yang dengan ikhlas berpaling kepada agama Allah berarti telah memilih jalan yang benar sejak permulaan, jalan yang mudah yang akan membawa kepada keberhasilan, yang akan mendatang-kan manfaat di dunia dan di akhirat. Dalam pada itu bagi orang-orang kafir, yang terjadi adalah sebaliknya.
Orang-orang kafir semenjak awal telah mengalami kehidupan yang penuh dengan duka cita, kesedihan, dan mengalami kerugian, baik di dunia maupun di akhirat. Pada saat mereka memutuskan ber-ada dalam kekufuran, mereka telah meng¬alami kerugian di dunia dan akhirat.
Hal ini dinyatakan dalam ayat-Nya, yang artinya ," Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendus-takan pahalayang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sulit." (Qs. al-Lail: 8-10).
Lihatlah Imam Ahmad bin Hanbal dipenjarakan, dicambuk, apa yang terjadi pada beliau setelah itu? Beliau jadi Imam ahli Sunnah. Imam Ibnu Tayyimiyah keluar dalam tahanannya penuh dengan ilmu yang berlimpah ruah. Mengarang 20 jilid buku fiqh. Ibnu Katsir Ibnu jauzi di Baghdad Dan Imam Malik bin raib di timpa musibah yang hampir mematikan beliau, dengan penderitaannya itu beliau telah menulis qasidah yang benar-benar membuat orang terpukau, sya’ir-sya’ir beliau yang membuat orang membacanya terperangah dapat mengalahkan penyair-penyair Abbasiyyah yang terkenal itu.
Kita haruslah optimis dan beriman kalau sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Yakini dan imanilah hal itu. Lalu apabila kita telah selesai dari satu urusan kita harus selesaikan urusan kita yang lain. Allah adalah Pemilik dan Pencipta segala sesuatu. Dengan demikian tentu saja sangat penting bagi seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon bantuan dan pertolongan-Nya agar Dia memberikan keku-atan.
Orang yang menjadikan Allah sebagai penolongnya dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya, hidupnya di dunia dan akhirat akan dipenuhi rahmat dan karunia, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat mencelakakan dirinya. Ini merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri. Oleh sebab itu, setiap orang yang memahami kebenaran dan memiliki hati nurani tentu memahami rahasia-rahasia yang dijelaskan dalam al-Qur'an dan memilih jalan yang benar dan lurus.
Jika orang-orang kafir tidak dapat memahami fakta-fakta yang sangat jelas ini, tentu saja hal ini juga meru¬pakan rahasia tersendiri. Betapapun mereka sangat cerdas dan berpendidikan, akal mereka tidak mereka gunakan sehingga mereka tidak dapat memahami dan melihat fakta-fakta tersebut.
Kita harus introspeksi diri kita masing-masing sejauh mana kita mengimani Firman Allah dalam Al-Quran. Jelas janji Allah, sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Kalimat tersebut sampai diulang dua kali. Menurut tafsir, bisa dikatakan dalam setiap kesulitan terdapat dua kemudahan. Jadi kita haruslah tetap dan selalu optimis dalam menjalani kehidupan kita didunia, segala kesulitan dan masalah urusan pasti selalu ada jalan keluarnya, selalu ada kemudahan untuk menyelesaikannya.
Allahu a'lam
Sumber : Harun Yahya , SOME SECRETS OF THE QUR'AN
Perasaan sial atau pesimis
Seringkali kita masih terjangkiti perasaan bertathayyur. Perasaan sial (tathayyur) bisa menghapus rasa tawakkal kepada Allah SWT . Seperti kepercayaan nomor 13 penyebab kesialan dst . Tathayyur (perasaan sial) hukumnya haram dan bisa merusak tauhid. Rasulullah saw telah menafikan pengaruhnya, menjadikannya sebagai perbuatan syirik serta mem-beritahukan bahwa dia tidak akan mendatangkan sesuatu kepada orang muslim juga beliau menganggapnya sebagai jibt (sihir). Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya "Tidak ada adwa, thiyarah, hammah dan shafar." (HR. al-Bukhari, 10/206 dan Muslim, no. 2220). Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin berkata, "Seseorang apabila membuka pada dirinya perasaan sial, maka dia akan merasakan dunia yang sempit...
Adwa: Penjangkitan atau penularan penyakit. Maksud sabda Nabi di sini ialah untuk menolak aggapan mereka ketika masih hidup di zaman Jahiliyah bahwa penyakit berjangkit atau menular dengan sendirinya, tanpa kehendak dan takdir Allah subhanahu wata’ala. Anggapan ini ditolak oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bukan keberadaan dan penularannya, sebab dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menjauh dari orang yang terkena penyakit kusta (lepra) sebagaimana menjauh dari singa (HR. al-Bukhari), -pent.
Rasulullah menjadikan thiyarah sebagai perbuatan syirik. Dari Abdullah bin Mas'ud ra, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,"Thiyarah (kesialan) adalah syirik, thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik." (HR. Abu Daud, no. 3910 di kitab al-Thibb, at-Tirmidzi, no. 1614 di dalam kitab al-Siyar dan berkata, "Hadits Hasan Shahih”).
Rasulullah juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ra, yang artinya "Barangsiapa yang diurungkan dari hajatnya karena thiyarah (kesialan) maka dia telah melakukan kesyirikan." (HR. Ahmad, 2/220, Ibnu as-Sunni, no. 287 dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, no. 1065).
Thiyarah dianggap syirik karena keyakinan mereka bahwa ia bisa mendatangkan manfaat atau menolak mudharat. Mereka seakan-akan menjadikannya sebagai sekutu Allah subhaanahu wata'ala.
Keyakinan seperti ini bertentangan dengan firman Allah subhaanahu wata'ala, "Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. Yunus: 107)
Dialah Allah subhaanahu wata'ala yang memberi karunia dan menimpakan kemudharatan.
Imam Ibnul Qayyim berkata, "Thiyarah adalah merasa sial dengan sesuatu yang dilihat atau sesuatu yang didengar. Apabila seseorang memanfaatkannya sehingga ia mengurungkan diri dari kepergiannya atau tidak jadi melakukan sesuatu yang dia telah tekadkan sebelumnya, maka dia telah membuka pintu kesyirikan, bahkan telah memasukinya. Dia telah melepaskan diri dari tawakkal kepada Allah Subhaanahu Wata'ala dan membuka dalam dirinya pintu takut dan bergantung kepada selain Allah Subhaanahu Wata'ala.
Firman Allah subhaanahu wata'ala , yang artinya "Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya." (Qs. Hud: 123) Firman Allah subhaanahu wata'ala,yang artinya "Kepada-Nyalah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali." (Qs. Asy-Syura: 10)
Hati yang bergantung kepada selain Allah subhaanahu wata'ala dalam ibadah dan tawakkal, akan merusak hatinya, imannya dan keadaannya serta akan menjadi sasaran dari panah kesialan, akan menuntunnya menuju pintu keraguan, dikuasai oleh setan yang akan merusak agama dan dunianya.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, "Apabila seseorang merasa sial dengan apa yang dia lihat dan dia dengar, maka mereka tidak dianggap melakukan syirik yang dapat mengeluarkannya dari agama, namun dia syirik karena dia menjadikannya (perasaan sial) itu sebagai sebab yang tidak pernah dijadikan oleh Allah subhaanahu wata'ala sebagai sebab. Ini dapat melemahkan perasaan tawakkal kepada Allah Subhaanahu Wata'ala dan mengurangi semangat. Dari segi ini, maka ia dianggap syirik. Sebuah kaidah menyebutkan bahwa setiap orang yang bersandar kepada sebab yang syariat tidak pernah menjadikannya sebab, maka dia telah berbuat syirik."
Syirik kepada Allah subhaanahu wata'ala semacam ini, bisa terjadi pada tasyri' (penetapan hukum) apabila sebab tersebut adalah syariat, dan pada takdir apabila sebab tersebut adalah kauni (alami). Tetapi seandainya orang yang merasa sial ini berkeyakinan bahwasanya kesialan dengan sendirinya yang menjadikannya, bukan karena Allah subhaanahu wata'ala, maka dia telah melakukan syirik besar. Karena telah membuatkan untuk Allah subhaanahu wata'ala sekutu dalam penciptaan dan pengadaan." (Al-Qaulul Mufid 'Ala Kitabut Tauhid, 2/93).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan atau meminta dilakukan tathayyur, meramal atau minta diramalkan, menyihir atau meminta disihirkan. Barangsiapa mendatangi tukang ramal lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad." [HR. al-Baz-zar. Al-Mundziri berkata, "Sanadnya baik" (Tar-ghib, 4/33). Al-Hafizh Ibnu Hajar juga meng-anggap baik sanadnya (Fathul Bari, 10/213). Ath-Thabrani meriwayatkan awal hadits dengan sanad yang hasan dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahihul Jami'].
Dari Urwah bin Amir al-Qurasyi ia berkata, "Thiyarah disebutkan di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau kemudian bersabda, yang artinya "Yang paling baik adalah optimis, Ia tidak akan mengurungkan (niat) seorang muslim." (HR. Abu Daud di ath-Thib, no. 3919. Urwah bukan seorang sahabat. Hadits ini dishahihkan oleh Imam an-Nawawi di dalam kitab Riyadush Shalihin dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam Kitabut Tauhid)
Pemberitahuan Rasulullah bahwasanya tathayyur termasuk sihir, sebagaimana sabda beliau,yanga rtinya "Iyafah, thiyarah dan thurq termasuk sihir." (HR. Ahmad, 3/477, Abu Daud, no. 3904 dengan sanad jayyid (baik) dan dihasankan oleh Imam an-Nawawi).
(Al-Jibt adalah sihir sebagaimana yang ditafsirkan oleh Umar bin Khattab. Iyyafah: menerbangkan burung dan optimis dengannya. Thurq: Memukul dengan tongkat, atau membuat garis di pasir sebagaimana yang dilakukan oleh tukang tenung untuk mengeluarkan sesuatu yang tersembunyi dan lainnya.)
Hal ini disebabkan karena orang yang melakukan kesialan bersandar kepadanya untuk mengetahui sesuatu yang ghaib sebagaimana yang dilakukan oleh tukang sihir yang bersandar kepada pembalikan hakikat sesuatu dengan sesuatu yang tersembunyi
Dalam menghadapi kesialan manusia dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Pertama, Orang yang merasa sial dan mengikuti konsekwensinya. Mereka tidak urung melakukan sesuatu atau terus melakukannya karena didorong oleh perasaan sialnya. Orang ini telah melakukan sesuatu yang haram dan memasuki salah satu pintu syirik, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
2. Kedua, Orang yang apabila terjadi sesuatu yang membuat orang lain sial, maka dia tidak bisa meninggalkan sesuatu yang harus dia kerjakan, namun dia tetap bingung dan susah, dia takut dengan pengaruh kesialan. Orang ini lebih baik dari yang pertama karena dia tidak mengikuti perasaan sialnya, namun tersisa dalam dirinya pengaruhnya. Hendaknya dia melanjutkan (pekerjaannya) dengan bertawakkal kepada Allah Subhaanahu Wata'ala dan memasrahkan semua urusannya kepadaNya.
Al-Hulaimi berkata, "Jika dia mengetahui bahwasanya Allah subhaanahu wata'ala Yang Maha Mengatur, namun dia khawatir dengan kejahatan, karena pengalaman membuktikan bahwa suara atau keadaannya sudah diketahui akan diikuti dengan kejahatan, jika dirinya tetap berperasangka demikian maka dia telah bersalah. Apabila dia memohon kepada Allah subhaanahu wata'ala kebaikan dan berlindung kepadaNya dari kejelekan dan melanjutkan pekerjaannya dengan bertawakkal kepada Allah subhaanahu wata'ala, maka apa yang ada pada dirinya tidak berpengaruh kepadanya. Kalau tidak demikian, maka dia akan dibalas dengannya. Terkadang apa yang dibenci tersebut terjadi pada dirinya sebagai hukuman bagi dirinya, sebagaimana yang banyak terjadi pada orang-orang Jahiliyah, wallahu a'lam." (Fathul Bari, 10/ 215).
3. Ketiga, Tingkatan yang paling tinggi yaitu orang yang tidak melakukan tathayyur dan tidak memperdulikan pengaruh tathayyur. Bukan berarti tidak ada perasaan di dalam hatinya sedikit pun. Tetapi apabila ada perasaan sial di dalam hatinya, maka dia segera menolaknya dengan tawakkal kepada Allah Subhaanahu Wata'ala dan memasrahkan segala urusannya kepadaNya.
Mu'awiyah bin Hakam berkata, "Saya berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, 'Di antara kami ada orang yang merasa sial, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya "Itu adalah sesuatu yang terlintas di hatinya, maka jangan dia terpengaruh dengannya." (HR. Muslim, 4/1748).
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud ra, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya "Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik, thiyaroh adalah syirik, tidak ada di antara kita kecuali dia seorang manusia (yang memiliki perasaan itu) namun Allah menghilangkannya dengan tawakkal."
Kata "illa" maksudnya tidak ada seorang manu-sia yang selamat darinya (perasaan sial), namun Allah subhaanahu wata'ala menghilangkannya dengan tawakkal. Kalimat dalam hadits ini tambahan dari Abdullah bin Mas'ud ra sebagaimana yang disebutkan oleh beberapa ulama`. [Hadits ini telah disebutkan perawinya sebelumnya.
At-Tirmidzi berkata, "Saya mendengar Muhammad bin Ismail (al-Bukhari) berkata, " Sulaiman bin Harb berkata tentang hadits ini, menurutku ini adalah perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu."
Dari Buraidah bahwasanya Rasulullah saw tidak pernah merasa sial karena sesuatu. Apabila mengutus seorang pekerja, beliau bertanya tentang namanya. Jika namanya mengherankan beliau, maka beliau berbahagia dengannya dan hal itu tergambar di wajahnya. Apabila beliau membenci namanya, maka hal itu pun terlihat di wajahnya. Jika memasuki sebuah perkampungan beliau bertanya tentang nama kampung tersebut, jika namanya mengherankan beliau, maka kegembiraannya itu tergambar di wajahnya. Apabila beliau membenci namanya, maka hal itu akan terlihat di wajahnya. (HR. Ahmad, 5/347, Abu Daud di ath-Thib, no. 3920 dan dihasankan sanad-nya oleh al-Hafiz Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10/215).
Rasulullah saw menjelaskan bahwa seorang muslim tidak boleh memperdulikan perasaan sialnya sehingga mengurungkan dirinya dari keperluannya. Hendaknya dia meneruskannya sembari bertawakkal kepada Allah subhaanahu wata'ala dan membaca dzikir yang diajarkan (oleh Rasulullah saw) tentang hal itu. Dari Abdullah bin Amru, ia berkata bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang diurungkan dari keperluannya oleh perasaan sialnya, maka dia telah melakukan kesyirikan.
Para sahabat bertanya, ’Apa kafarahnya?’ Beliau bersabda, "Hendaknya membaca, "Ya Allah tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tidak ada kesialan kecuali kesialan dari Engkau dan tidak ada Sesembahan yang haq kecuali Engkau." (HR. Ahmad, 2/220, Ibnu as-Sunni, no. 293 dan ath-Thabrani di al-Majma', 5/105).
Di dalam hadits Urwah terdahulu disebutkan bahwa perasaan sial disebut di hadapan
Rasulullah saw, lalu beliau bersabda, "Paling baik adalah fa'l, tidak boleh menggagalkan niat seorang muslim. Apabila salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang dia benci, maka hendaklah membaca, "Ya Allah, tidak ada yang bisa mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tidak ada yang bisa menolak kejelekan kecuali Engkau. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan (pertolongan) Engkau." (HR. Abu Daud di al-Thib, no. 3919. Urwah bukan seorang sahabat. Hadits ini dishahihkan oleh Imam an-Nawawi di dalam kitab Riyadush Shalihin dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam Kitabut Tauhid)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada adwa (penularan penyakit) dan thiyarah, sesungguhnya kesialan itu ada pada tiga hal; kuda tunggangan, wanita dan rumah."
Dalam riwayat lain disebutkan, "Jika ada kesialan maka pada rumah, wanita dan kuda." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Para ulama` berselisih tentang maksud hadits ini. Imam Malik dan pengikutnya berkata bahwa ia sesuai dengan dzahirnya. Terkadang Allah subhaanahu wata'ala menjadikan rumah memberikan kemudharatan dan kebinasaan kepada penghuninya. Begitu juga dengan mengambil seorang wanita sebagai pembantu atau kuda atau pekerja. Kadang-kadang semua itu bisa mendatangkan kemudharatan dengannya atas takdir Allah subhaanahu wata'ala. Maksudnya kesialan bisa terjadi pada tiga hal tersebut.
Al-Khathabi dan banyak yang lainnya berkata, "Bahwasanya ia merupakan pengecualian dari thiyarah. Maksudnya kesialan dilarang kecuali pada rumah yang dia diami, wanita yang dia tidak suka bergaul dengannya, atau kuda dan pembantu, maka hendaklah berpisah dengan semuanya."
Imam Ibnul Qayyim berkata, "Pemberitahuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang kesialan pada tiga hal tersebut, bukan berarti menetapkan adanya kesialan. Tetapi maksudnya adalah Allah subhaanahu wata'ala terkadang menjadikan sesuatu membawa kesialan kepada orang yang mendekatinya atau menempatinya. Atau sesuatu yang barakah dan tidak memberi kesialan dan kejelekan kepada orang yang mendekatinya."
Sebagaimana Allah subhaanahu wata'ala memberikan orang tua seorang anak yang barakah, keduanya bisa melihat kebaikan pada wajahnya, dan memberikan yang lainnya anak yang membawa kesialan dan melihat kejelekan di wajahnya. Begitu juga yang terjadi pada seorang budak dengan majikannya dan lainnya. Demikian pula halnya dengan rumah dan tunggangan. Allah subhaanahu wata'ala menjadikan kebaikan dan kejelekan juga kebahagiaan dan penderitaan. Sebagian dari benda ini dijadikan oleh Allah subhaanahu wata'ala membawa kebahagiaan dan keberkahan dan memberikan kebahagiaan kepada orang yang mendekatinya dan memberikan keberkahan dan keberuntungan kepadanya. Dan yang lain Allah subhaanahu wata'ala ciptakan membawa sial dan mem-berikan kesialan kepada orang yang mendekatinya. Semuanya itu atas qada' dan qadar Allah subhaanahu wata'ala. Sebagaimana Allah subhaanahu wata'ala menciptakan sebab dan mengikatnya dengan penyebabnya yang berbeda dan beragam. Perbedaan antara kedua hal ini bisa ditangkap dengan indera. Begitu juga halnya dengan rumah, wanita dan kuda. Ia merupakan satu masalah dan kesialan masalah yang lain."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memberikan tuntunan berupa do’a yang bermanfaat kepada seorang muslim untuk menolak kemudharatan ketika menikahi seorang wanita atau membeli budak (mendatangkan pembantu) dan tunggangan. Dari Abdullah bin Umar, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Apabila salah satu di antara kalian menikahi seorang wanita atau mem-beli budak, maka hendaklah membaca,"Ya Allah, aku memohon kepadamu kebaikannya dan kebaikan yang diberikan kepadanya. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan yang diberikan kepadanya."
Apabila membeli onta, maka hendaklah memegang ubunnya dan mengucapkan yang demikian itu." (HR. Abu Daud, no. 2160, an-Nasa'i di Amalul Yaum wal Lailah, no. 240, Ibnu Majah, no. 1918 dan al-Hakim dan menshahihkannya. Ia disepakati oleh adz-Dzahabi dan dishahihkan oleh an-Nawawi di al-Adzkar)
Kami telah menjelaskan sebelumnya makna fa'l (perasaan optimis) dan perbedaannya dengan perasaan sial. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu merasa optimis dan tidak pernah merasa sial. Diriwayatkan oleh Anas bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada adwa dan tidak ada thiyarah, tetapi fa'l menyenangkan diriku. Para sahabat bertanya, ‘Apakah fa'l itu?’ Beliau menjawab, "Yaitu kalimat thayibah (kata-kata yang baik)."
Dalam riwayat lain disebutkan, "Kalimat yang baik dan kalimat yang tayyibah."
Al-Hulaimi berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senang kepada fa'l (optimistis), karena kesialan adalah buruk sangka kepada Allah subhaanahu wata'ala tanpa sebab yang pasti. Sementara optimistis adalah berbaik sangka kepada-Nya. Seorang mukmin diperintahkan untuk berbaik sangka kepada Allah subhaanahu wata'ala dalam segala hal."
Ath-Thibi berkata, "Maksud pembolehan fa'l dan larangan kepada kesialan bahwa seseorang seandainya melihat sesuatu dan menyangkanya baik dan bisa mendorongnya untuk mendapatkan hajatnya, maka hendaklah dia melakukannya. Apabila melihat kebalikan dari hal itu, maka janganlah dia memperdulikannya, tetapi dia melanjutkannya untuk mendapatkannya. Jika dia memperdulikannya dan berhenti untuk mendapatkan (hajatnya), maka itulah thiyarah yang dipergunakan untuk kesialan." (Fathul Bari, 10/215).
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, "Kata-kata yang baik menyenangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, karena ia bisa menyenangkan jiwa dan membahagiakannya, serta melanjutkan sesuatu yang ingin dilakukan oleh manusia. Hal ini bukanlah kesialan, tetapi termasuk sesuatu yang bisa memotivasi seseorang, karena ia tidak mempengaruhinya. Bahkan dia menambah ketenangan, semangat dan kemajuan." (Al-Qaulul Mufid, 2/88).
Ibnul Atsir berkata, "Fa'l merupakan sesuatu yang diharapkan datangnya berupa kebaikan, dzahirnya baik dan menyenangkan. Kesialan tidak terjadi kecuali pada sesuatu yang menyakitkan. Rasulullah a senang kepada kata-kata yang baik, karena manusia apabila menginginkan keutamaan dari Allah subhaanahu wata'ala dan mengharapkan kembalinya pada setiap sebab yang lemah atau yang kuat, maka dia berada dalam kebaikan. Jika dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, maka dia telah mendapatkan pahala raja' (berharap) kepada Allah subhaanahu wata'ala dan meminta apa yang ada di sisiNya. Dalam raja' ada kebaikan yang segera untuk mereka. Bukankah ketika mereka terputus keinginan dan harapannya kepada Allah subhaanahu wata'ala, mereka berada dalam kejelekan?
Adapun kesialan, maka ia termasuk buruk sangka kepada Allah subhaanahu wata'ala, terputusnya harapan, berharap datangnya bala' dan putus asa dari kebaikan. Semuanya itu tercela oleh semua orang yang berakal dan terlarang dalam agama. Di dalam hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika disebutkan kesialan di sisinya, beliau bersabda, "Yang paling baik adalah fa'l (kata-kata yang baik)."
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, "Telah dijelaskan sebelumnya bahwasanya fa'l tidak termasuk thiyarah (kesialan), namun mirip dengan thiyarah dari segi kelangsungan. Ia akan menambah semangat dan motivasi kepada seseorang atas apa yang sedang dihadapinya. Dia menyerupai kesialan dari segi ini. Kalau tidak, maka antara keduanya terdapat perbedaan yang besar. Thiyarah membuat seseorang bergantung kepada apa yang membuatnya sial, melemahkan tawakkal kepada Allah subhaanahu wata'ala dan mengurungkan diri melakukan sesuatu disebabkan karena apa yang dia lihat. Adapun fa'l, akan menambah kekuatan, ketetapan hati dan semangat. Kesamaannya adalah pada pengaruh yang diberikan oleh kedua-nya." (Al-Qaulul Mufid, 2/89).
Untuk menambah pengetahuan seputar tathayyur bisa merujuk kepada kitab:
1. Kitabut Tauhid dan penjelasannya.
2. Al-Qaulul Mufid 'ala Kitabut Tauhid, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.
3. Al-Mausu'ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 5/328 dan seterusnya; 12/182 dan seterusnya.
4. Jami'ul Ushul, Ibnul Atsir, 7/628 dan seterusnya.
5. Ilmu al-Sihr wal Sya'wazah, Syaikh Sulaiman al-Asyqar.
Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan sahabatnya.
Allahu a'lam
sumber kutipan : http://www.alsofwah.or.id , Dr. Muhammad bin Abdul Aziz Al-Khudhairi , "Khatharut tathayyur wat Tasyaa'um .
Adwa: Penjangkitan atau penularan penyakit. Maksud sabda Nabi di sini ialah untuk menolak aggapan mereka ketika masih hidup di zaman Jahiliyah bahwa penyakit berjangkit atau menular dengan sendirinya, tanpa kehendak dan takdir Allah subhanahu wata’ala. Anggapan ini ditolak oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bukan keberadaan dan penularannya, sebab dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menjauh dari orang yang terkena penyakit kusta (lepra) sebagaimana menjauh dari singa (HR. al-Bukhari), -pent.
Rasulullah menjadikan thiyarah sebagai perbuatan syirik. Dari Abdullah bin Mas'ud ra, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,"Thiyarah (kesialan) adalah syirik, thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik." (HR. Abu Daud, no. 3910 di kitab al-Thibb, at-Tirmidzi, no. 1614 di dalam kitab al-Siyar dan berkata, "Hadits Hasan Shahih”).
Rasulullah juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ra, yang artinya "Barangsiapa yang diurungkan dari hajatnya karena thiyarah (kesialan) maka dia telah melakukan kesyirikan." (HR. Ahmad, 2/220, Ibnu as-Sunni, no. 287 dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, no. 1065).
Thiyarah dianggap syirik karena keyakinan mereka bahwa ia bisa mendatangkan manfaat atau menolak mudharat. Mereka seakan-akan menjadikannya sebagai sekutu Allah subhaanahu wata'ala.
Keyakinan seperti ini bertentangan dengan firman Allah subhaanahu wata'ala, "Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs. Yunus: 107)
Dialah Allah subhaanahu wata'ala yang memberi karunia dan menimpakan kemudharatan.
Imam Ibnul Qayyim berkata, "Thiyarah adalah merasa sial dengan sesuatu yang dilihat atau sesuatu yang didengar. Apabila seseorang memanfaatkannya sehingga ia mengurungkan diri dari kepergiannya atau tidak jadi melakukan sesuatu yang dia telah tekadkan sebelumnya, maka dia telah membuka pintu kesyirikan, bahkan telah memasukinya. Dia telah melepaskan diri dari tawakkal kepada Allah Subhaanahu Wata'ala dan membuka dalam dirinya pintu takut dan bergantung kepada selain Allah Subhaanahu Wata'ala.
Firman Allah subhaanahu wata'ala , yang artinya "Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya." (Qs. Hud: 123) Firman Allah subhaanahu wata'ala,yang artinya "Kepada-Nyalah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali." (Qs. Asy-Syura: 10)
Hati yang bergantung kepada selain Allah subhaanahu wata'ala dalam ibadah dan tawakkal, akan merusak hatinya, imannya dan keadaannya serta akan menjadi sasaran dari panah kesialan, akan menuntunnya menuju pintu keraguan, dikuasai oleh setan yang akan merusak agama dan dunianya.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, "Apabila seseorang merasa sial dengan apa yang dia lihat dan dia dengar, maka mereka tidak dianggap melakukan syirik yang dapat mengeluarkannya dari agama, namun dia syirik karena dia menjadikannya (perasaan sial) itu sebagai sebab yang tidak pernah dijadikan oleh Allah subhaanahu wata'ala sebagai sebab. Ini dapat melemahkan perasaan tawakkal kepada Allah Subhaanahu Wata'ala dan mengurangi semangat. Dari segi ini, maka ia dianggap syirik. Sebuah kaidah menyebutkan bahwa setiap orang yang bersandar kepada sebab yang syariat tidak pernah menjadikannya sebab, maka dia telah berbuat syirik."
Syirik kepada Allah subhaanahu wata'ala semacam ini, bisa terjadi pada tasyri' (penetapan hukum) apabila sebab tersebut adalah syariat, dan pada takdir apabila sebab tersebut adalah kauni (alami). Tetapi seandainya orang yang merasa sial ini berkeyakinan bahwasanya kesialan dengan sendirinya yang menjadikannya, bukan karena Allah subhaanahu wata'ala, maka dia telah melakukan syirik besar. Karena telah membuatkan untuk Allah subhaanahu wata'ala sekutu dalam penciptaan dan pengadaan." (Al-Qaulul Mufid 'Ala Kitabut Tauhid, 2/93).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan atau meminta dilakukan tathayyur, meramal atau minta diramalkan, menyihir atau meminta disihirkan. Barangsiapa mendatangi tukang ramal lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad." [HR. al-Baz-zar. Al-Mundziri berkata, "Sanadnya baik" (Tar-ghib, 4/33). Al-Hafizh Ibnu Hajar juga meng-anggap baik sanadnya (Fathul Bari, 10/213). Ath-Thabrani meriwayatkan awal hadits dengan sanad yang hasan dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahihul Jami'].
Dari Urwah bin Amir al-Qurasyi ia berkata, "Thiyarah disebutkan di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau kemudian bersabda, yang artinya "Yang paling baik adalah optimis, Ia tidak akan mengurungkan (niat) seorang muslim." (HR. Abu Daud di ath-Thib, no. 3919. Urwah bukan seorang sahabat. Hadits ini dishahihkan oleh Imam an-Nawawi di dalam kitab Riyadush Shalihin dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam Kitabut Tauhid)
Pemberitahuan Rasulullah bahwasanya tathayyur termasuk sihir, sebagaimana sabda beliau,yanga rtinya "Iyafah, thiyarah dan thurq termasuk sihir." (HR. Ahmad, 3/477, Abu Daud, no. 3904 dengan sanad jayyid (baik) dan dihasankan oleh Imam an-Nawawi).
(Al-Jibt adalah sihir sebagaimana yang ditafsirkan oleh Umar bin Khattab. Iyyafah: menerbangkan burung dan optimis dengannya. Thurq: Memukul dengan tongkat, atau membuat garis di pasir sebagaimana yang dilakukan oleh tukang tenung untuk mengeluarkan sesuatu yang tersembunyi dan lainnya.)
Hal ini disebabkan karena orang yang melakukan kesialan bersandar kepadanya untuk mengetahui sesuatu yang ghaib sebagaimana yang dilakukan oleh tukang sihir yang bersandar kepada pembalikan hakikat sesuatu dengan sesuatu yang tersembunyi
Dalam menghadapi kesialan manusia dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Pertama, Orang yang merasa sial dan mengikuti konsekwensinya. Mereka tidak urung melakukan sesuatu atau terus melakukannya karena didorong oleh perasaan sialnya. Orang ini telah melakukan sesuatu yang haram dan memasuki salah satu pintu syirik, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
2. Kedua, Orang yang apabila terjadi sesuatu yang membuat orang lain sial, maka dia tidak bisa meninggalkan sesuatu yang harus dia kerjakan, namun dia tetap bingung dan susah, dia takut dengan pengaruh kesialan. Orang ini lebih baik dari yang pertama karena dia tidak mengikuti perasaan sialnya, namun tersisa dalam dirinya pengaruhnya. Hendaknya dia melanjutkan (pekerjaannya) dengan bertawakkal kepada Allah Subhaanahu Wata'ala dan memasrahkan semua urusannya kepadaNya.
Al-Hulaimi berkata, "Jika dia mengetahui bahwasanya Allah subhaanahu wata'ala Yang Maha Mengatur, namun dia khawatir dengan kejahatan, karena pengalaman membuktikan bahwa suara atau keadaannya sudah diketahui akan diikuti dengan kejahatan, jika dirinya tetap berperasangka demikian maka dia telah bersalah. Apabila dia memohon kepada Allah subhaanahu wata'ala kebaikan dan berlindung kepadaNya dari kejelekan dan melanjutkan pekerjaannya dengan bertawakkal kepada Allah subhaanahu wata'ala, maka apa yang ada pada dirinya tidak berpengaruh kepadanya. Kalau tidak demikian, maka dia akan dibalas dengannya. Terkadang apa yang dibenci tersebut terjadi pada dirinya sebagai hukuman bagi dirinya, sebagaimana yang banyak terjadi pada orang-orang Jahiliyah, wallahu a'lam." (Fathul Bari, 10/ 215).
3. Ketiga, Tingkatan yang paling tinggi yaitu orang yang tidak melakukan tathayyur dan tidak memperdulikan pengaruh tathayyur. Bukan berarti tidak ada perasaan di dalam hatinya sedikit pun. Tetapi apabila ada perasaan sial di dalam hatinya, maka dia segera menolaknya dengan tawakkal kepada Allah Subhaanahu Wata'ala dan memasrahkan segala urusannya kepadaNya.
Mu'awiyah bin Hakam berkata, "Saya berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, 'Di antara kami ada orang yang merasa sial, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya "Itu adalah sesuatu yang terlintas di hatinya, maka jangan dia terpengaruh dengannya." (HR. Muslim, 4/1748).
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud ra, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya "Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik, thiyaroh adalah syirik, tidak ada di antara kita kecuali dia seorang manusia (yang memiliki perasaan itu) namun Allah menghilangkannya dengan tawakkal."
Kata "illa" maksudnya tidak ada seorang manu-sia yang selamat darinya (perasaan sial), namun Allah subhaanahu wata'ala menghilangkannya dengan tawakkal. Kalimat dalam hadits ini tambahan dari Abdullah bin Mas'ud ra sebagaimana yang disebutkan oleh beberapa ulama`. [Hadits ini telah disebutkan perawinya sebelumnya.
At-Tirmidzi berkata, "Saya mendengar Muhammad bin Ismail (al-Bukhari) berkata, " Sulaiman bin Harb berkata tentang hadits ini, menurutku ini adalah perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu."
Dari Buraidah bahwasanya Rasulullah saw tidak pernah merasa sial karena sesuatu. Apabila mengutus seorang pekerja, beliau bertanya tentang namanya. Jika namanya mengherankan beliau, maka beliau berbahagia dengannya dan hal itu tergambar di wajahnya. Apabila beliau membenci namanya, maka hal itu pun terlihat di wajahnya. Jika memasuki sebuah perkampungan beliau bertanya tentang nama kampung tersebut, jika namanya mengherankan beliau, maka kegembiraannya itu tergambar di wajahnya. Apabila beliau membenci namanya, maka hal itu akan terlihat di wajahnya. (HR. Ahmad, 5/347, Abu Daud di ath-Thib, no. 3920 dan dihasankan sanad-nya oleh al-Hafiz Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10/215).
Rasulullah saw menjelaskan bahwa seorang muslim tidak boleh memperdulikan perasaan sialnya sehingga mengurungkan dirinya dari keperluannya. Hendaknya dia meneruskannya sembari bertawakkal kepada Allah subhaanahu wata'ala dan membaca dzikir yang diajarkan (oleh Rasulullah saw) tentang hal itu. Dari Abdullah bin Amru, ia berkata bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang diurungkan dari keperluannya oleh perasaan sialnya, maka dia telah melakukan kesyirikan.
Para sahabat bertanya, ’Apa kafarahnya?’ Beliau bersabda, "Hendaknya membaca, "Ya Allah tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tidak ada kesialan kecuali kesialan dari Engkau dan tidak ada Sesembahan yang haq kecuali Engkau." (HR. Ahmad, 2/220, Ibnu as-Sunni, no. 293 dan ath-Thabrani di al-Majma', 5/105).
Di dalam hadits Urwah terdahulu disebutkan bahwa perasaan sial disebut di hadapan
Rasulullah saw, lalu beliau bersabda, "Paling baik adalah fa'l, tidak boleh menggagalkan niat seorang muslim. Apabila salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang dia benci, maka hendaklah membaca, "Ya Allah, tidak ada yang bisa mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tidak ada yang bisa menolak kejelekan kecuali Engkau. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan (pertolongan) Engkau." (HR. Abu Daud di al-Thib, no. 3919. Urwah bukan seorang sahabat. Hadits ini dishahihkan oleh Imam an-Nawawi di dalam kitab Riyadush Shalihin dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam Kitabut Tauhid)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada adwa (penularan penyakit) dan thiyarah, sesungguhnya kesialan itu ada pada tiga hal; kuda tunggangan, wanita dan rumah."
Dalam riwayat lain disebutkan, "Jika ada kesialan maka pada rumah, wanita dan kuda." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Para ulama` berselisih tentang maksud hadits ini. Imam Malik dan pengikutnya berkata bahwa ia sesuai dengan dzahirnya. Terkadang Allah subhaanahu wata'ala menjadikan rumah memberikan kemudharatan dan kebinasaan kepada penghuninya. Begitu juga dengan mengambil seorang wanita sebagai pembantu atau kuda atau pekerja. Kadang-kadang semua itu bisa mendatangkan kemudharatan dengannya atas takdir Allah subhaanahu wata'ala. Maksudnya kesialan bisa terjadi pada tiga hal tersebut.
Al-Khathabi dan banyak yang lainnya berkata, "Bahwasanya ia merupakan pengecualian dari thiyarah. Maksudnya kesialan dilarang kecuali pada rumah yang dia diami, wanita yang dia tidak suka bergaul dengannya, atau kuda dan pembantu, maka hendaklah berpisah dengan semuanya."
Imam Ibnul Qayyim berkata, "Pemberitahuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang kesialan pada tiga hal tersebut, bukan berarti menetapkan adanya kesialan. Tetapi maksudnya adalah Allah subhaanahu wata'ala terkadang menjadikan sesuatu membawa kesialan kepada orang yang mendekatinya atau menempatinya. Atau sesuatu yang barakah dan tidak memberi kesialan dan kejelekan kepada orang yang mendekatinya."
Sebagaimana Allah subhaanahu wata'ala memberikan orang tua seorang anak yang barakah, keduanya bisa melihat kebaikan pada wajahnya, dan memberikan yang lainnya anak yang membawa kesialan dan melihat kejelekan di wajahnya. Begitu juga yang terjadi pada seorang budak dengan majikannya dan lainnya. Demikian pula halnya dengan rumah dan tunggangan. Allah subhaanahu wata'ala menjadikan kebaikan dan kejelekan juga kebahagiaan dan penderitaan. Sebagian dari benda ini dijadikan oleh Allah subhaanahu wata'ala membawa kebahagiaan dan keberkahan dan memberikan kebahagiaan kepada orang yang mendekatinya dan memberikan keberkahan dan keberuntungan kepadanya. Dan yang lain Allah subhaanahu wata'ala ciptakan membawa sial dan mem-berikan kesialan kepada orang yang mendekatinya. Semuanya itu atas qada' dan qadar Allah subhaanahu wata'ala. Sebagaimana Allah subhaanahu wata'ala menciptakan sebab dan mengikatnya dengan penyebabnya yang berbeda dan beragam. Perbedaan antara kedua hal ini bisa ditangkap dengan indera. Begitu juga halnya dengan rumah, wanita dan kuda. Ia merupakan satu masalah dan kesialan masalah yang lain."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memberikan tuntunan berupa do’a yang bermanfaat kepada seorang muslim untuk menolak kemudharatan ketika menikahi seorang wanita atau membeli budak (mendatangkan pembantu) dan tunggangan. Dari Abdullah bin Umar, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Apabila salah satu di antara kalian menikahi seorang wanita atau mem-beli budak, maka hendaklah membaca,"Ya Allah, aku memohon kepadamu kebaikannya dan kebaikan yang diberikan kepadanya. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan yang diberikan kepadanya."
Apabila membeli onta, maka hendaklah memegang ubunnya dan mengucapkan yang demikian itu." (HR. Abu Daud, no. 2160, an-Nasa'i di Amalul Yaum wal Lailah, no. 240, Ibnu Majah, no. 1918 dan al-Hakim dan menshahihkannya. Ia disepakati oleh adz-Dzahabi dan dishahihkan oleh an-Nawawi di al-Adzkar)
Kami telah menjelaskan sebelumnya makna fa'l (perasaan optimis) dan perbedaannya dengan perasaan sial. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu merasa optimis dan tidak pernah merasa sial. Diriwayatkan oleh Anas bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada adwa dan tidak ada thiyarah, tetapi fa'l menyenangkan diriku. Para sahabat bertanya, ‘Apakah fa'l itu?’ Beliau menjawab, "Yaitu kalimat thayibah (kata-kata yang baik)."
Dalam riwayat lain disebutkan, "Kalimat yang baik dan kalimat yang tayyibah."
Al-Hulaimi berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senang kepada fa'l (optimistis), karena kesialan adalah buruk sangka kepada Allah subhaanahu wata'ala tanpa sebab yang pasti. Sementara optimistis adalah berbaik sangka kepada-Nya. Seorang mukmin diperintahkan untuk berbaik sangka kepada Allah subhaanahu wata'ala dalam segala hal."
Ath-Thibi berkata, "Maksud pembolehan fa'l dan larangan kepada kesialan bahwa seseorang seandainya melihat sesuatu dan menyangkanya baik dan bisa mendorongnya untuk mendapatkan hajatnya, maka hendaklah dia melakukannya. Apabila melihat kebalikan dari hal itu, maka janganlah dia memperdulikannya, tetapi dia melanjutkannya untuk mendapatkannya. Jika dia memperdulikannya dan berhenti untuk mendapatkan (hajatnya), maka itulah thiyarah yang dipergunakan untuk kesialan." (Fathul Bari, 10/215).
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, "Kata-kata yang baik menyenangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, karena ia bisa menyenangkan jiwa dan membahagiakannya, serta melanjutkan sesuatu yang ingin dilakukan oleh manusia. Hal ini bukanlah kesialan, tetapi termasuk sesuatu yang bisa memotivasi seseorang, karena ia tidak mempengaruhinya. Bahkan dia menambah ketenangan, semangat dan kemajuan." (Al-Qaulul Mufid, 2/88).
Ibnul Atsir berkata, "Fa'l merupakan sesuatu yang diharapkan datangnya berupa kebaikan, dzahirnya baik dan menyenangkan. Kesialan tidak terjadi kecuali pada sesuatu yang menyakitkan. Rasulullah a senang kepada kata-kata yang baik, karena manusia apabila menginginkan keutamaan dari Allah subhaanahu wata'ala dan mengharapkan kembalinya pada setiap sebab yang lemah atau yang kuat, maka dia berada dalam kebaikan. Jika dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, maka dia telah mendapatkan pahala raja' (berharap) kepada Allah subhaanahu wata'ala dan meminta apa yang ada di sisiNya. Dalam raja' ada kebaikan yang segera untuk mereka. Bukankah ketika mereka terputus keinginan dan harapannya kepada Allah subhaanahu wata'ala, mereka berada dalam kejelekan?
Adapun kesialan, maka ia termasuk buruk sangka kepada Allah subhaanahu wata'ala, terputusnya harapan, berharap datangnya bala' dan putus asa dari kebaikan. Semuanya itu tercela oleh semua orang yang berakal dan terlarang dalam agama. Di dalam hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika disebutkan kesialan di sisinya, beliau bersabda, "Yang paling baik adalah fa'l (kata-kata yang baik)."
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, "Telah dijelaskan sebelumnya bahwasanya fa'l tidak termasuk thiyarah (kesialan), namun mirip dengan thiyarah dari segi kelangsungan. Ia akan menambah semangat dan motivasi kepada seseorang atas apa yang sedang dihadapinya. Dia menyerupai kesialan dari segi ini. Kalau tidak, maka antara keduanya terdapat perbedaan yang besar. Thiyarah membuat seseorang bergantung kepada apa yang membuatnya sial, melemahkan tawakkal kepada Allah subhaanahu wata'ala dan mengurungkan diri melakukan sesuatu disebabkan karena apa yang dia lihat. Adapun fa'l, akan menambah kekuatan, ketetapan hati dan semangat. Kesamaannya adalah pada pengaruh yang diberikan oleh kedua-nya." (Al-Qaulul Mufid, 2/89).
Untuk menambah pengetahuan seputar tathayyur bisa merujuk kepada kitab:
1. Kitabut Tauhid dan penjelasannya.
2. Al-Qaulul Mufid 'ala Kitabut Tauhid, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.
3. Al-Mausu'ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 5/328 dan seterusnya; 12/182 dan seterusnya.
4. Jami'ul Ushul, Ibnul Atsir, 7/628 dan seterusnya.
5. Ilmu al-Sihr wal Sya'wazah, Syaikh Sulaiman al-Asyqar.
Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan sahabatnya.
Allahu a'lam
sumber kutipan : http://www.alsofwah.or.id , Dr. Muhammad bin Abdul Aziz Al-Khudhairi , "Khatharut tathayyur wat Tasyaa'um .
ikhlas
Orang yg ikhlas adalah orang yg tak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan dari apa yg dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yg ikhlas cuma satu yaitu bagaimana agar apa yg dilakukan diterima oleh Allah SWT.
Ikhlas merupakan satu amalan yang tidak dicampuri sesuatu yang mengotorinya karena kehendak-kehendak nafsu, seperti keinginan untuk memperlihatkan amal tampak lebih indah dimata orang , tidak ingin dicela / sanjungan, atau apapun alasannya yang secara keseluruhan dapat disatukan sebagai kehendak untuk selain hanya karena Allah saja. Firman Allah, yang atinya ,” Dan, siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan ?” (Qs. An-nisa’ : 125). Menyerahkan diri kepada Allah diartikan sebagai memurnikan tujuan dan amal karena Allah. Sedangkan mengerjakan kebaikan ialah mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Firman Allah, yang artinya ,” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya , maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutu-kan seorangpun dalam beribdah kepada Rabb-nya”, (Qs. Al-Kahfi : 110) .
Firman Allah, yang artinya “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamany dengan lurus ,” (Qs. Al-Bayyinah : 5).
Apapun yg dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah itulah ikhlas. Seperti yg dikatakan Imam Ali bahwa orang yg ikhlas adalah orang yg memusatkan pikiran agar tiap amal diterima oleh Allah. Seorang pembicara yg tulus tak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona tapi ia akan mengupayakan tiap kata yg diucapkan benar-benar menjadi kata yg disukai oleh Allah. Allah Mahatahu segala lintasan hati Mahatahu segalanya! Makin bening makin bersih semua semata-mata krn Allah maka kekuatan Allah yg akan menolong segalanya.
Dalam sebuah hadits qudsy shahih, disebutkan bahwa Rasuluulah bersabda bahwa ,”Allah berfirman ,”Aku adalah paling tidak membutuhkan persekutuan dari sekutu-sekutu yang ada. Barang siapa mengerjakan suatu amal, yang didalamnya ia menyekutukan selain-Ku, maka ia menjadi milik yang dia sekutukannya dan Aku terbebas darinya “.
Saudaraku, banyak definisi tentang ikhlas namun tujuannya adalah sama. Ada yang berpendapat ;
• Ikhlas adalah menyendirikan Allah sebagi tujuan dalam ketaatan,
• Ikhlas artinya membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk
• Ikhlas artinya menjaga amal dari perhatian manusia, termsuk dirinya sendiri.
• Al-Fudhail,menyatakan ‘ meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, dan mengerjakan amal karena manusia adalah syirik. Sedangkan ikhlas adalah jika Allah memberikan anugerah kepadamu untuk menninggalkan keduanya’
• Dalam manazilus sa’irin, ikhlas adalah membersihkan amalan dari segala campuran.
Bahkan ada yang berpendapat bahwa , siapa yang mempersaksikan (mengaku) ihklas dalam ikhlas, berarti ikhlasnya masih membutuhkan ikhlas lagi.
Buah apa yg didapat dari seorang hamba yg ikhlas itu?
Seorang hamba yg ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa ketenangan batin. Karena ia tak diperbudak oleh penantian utk mendapatkan pujian penghargaan dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yg tak menyenangkan.
Tapi bagi seorang hamba yg ikhlas ia tak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun karena keni’matan bagi bukan dari mendapatkan tapi dari apa yg bisa dipersembahkan. Ketidak ikhlasan akan banyak membawa kecewa dalam hidup ini. Orang yg tak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan krn ia memang terlalu banyak berharap. Karena biasakanlah kalau sudah berbuat sesuatu kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yg pasti aman. Jangan pula disebut-sebut diingat-ingat nanti malah berkurang pahalanya.
Saudaraku. Keikhlasan membuat seorang hamba punya kekuatan ia tak akan kalah oleh aneka macam selera rendah yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Menurut manazilus sa’irin :, ikhlas ada tiga derajat;
a. tidak melihat amal sebagai amal, tidak mencari imbalan dari amal, dan tidak puas terhadap amal.
Ada tiga macam penghalang dan rintangan bagi seorang hamba yang beramal dalam amalnya. : yaitu pandangan dan perhatiannya, keinginan akan imbalan dari amal itu dan puas/ senang kepadanya.
Yang bisa membersihkan penghalang itu, adalah mempersaksikan karunia dan taufik Allah kepadanya, bahwa amal itu datang dari Allah dan bukan datang dari dirinya, kehendak Allah-lah yang membuat amalnya ada dan bukan kehendak dirinya sendiri. Kyakinan bahwa kebaikan yang keluar dari jiwanya hanya berasal dari Allah dan bukan berasal dari hamba.
Sebagaimana firman Allah , yang artinya , “ Sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kalian bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya” . (Qs. An-Nur : 21).
b. Malu terhadap amal sambil tetap berusaha, untuk membenahi amak dengan tetap menjaga kesaksian, memelihara cahaya taufik yang dipancarakan dari Allah.
Dalam kondisi ini , seorang hamba merasa malu kepada Allah karena amalnya, karena dia merasa amal itu belum layak dilakukan karena Allah, namun amal itu tetap diupayakan.
Firman Allah, yang artinya ,” Dan, orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnyamereka akan kembali kepada Rabb mereka ,” (Qs. Al-Mukminun : 60).
Rasulullah saw menjelaskan maksud ayat ini dengan bersabda, “ dia adalah orang yang berpuasa, mendirikan shalat, mengeluarkan shadaqah, dan dia takut amal-amalnya ini tidak diterima”.
Sebagian ulama menyatakan ,’aku benar-benar mendirikan shalat dua rekaat, namun ketika mendirikannya aku tak ubahnya seorang pencuri dan pezina yang tidak dilihat orang, karena merasa sangat malu kepada Allah’.
c. Memurnikan amal dengan memurnikannya dari amal, membiarkan amal berlalu berdasarkan ilmu, tunduk kepada hukum kehendak Allah dan membebaskannya dari sentuhan rupa.
Atau dikatakan sebagai membiarkan amal itu berlalu berdasarkan ilmu dan hamba tunduk kepada hukum kehendak Allah. Dalam hal ini seorang hamba bertindak berdasarkan dua perkara, yaitu perintah dan larangan, yang berkaitan dengan apa yang harus dikerjakan atau ditinggalkannya, dan qadha dan qadar, yang berkaitan dengan iman, kesaksian dan hakikat.
Allahu a’lam
sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym, Madarijus Salikin, Ibn Qayyim al-Jauziya.
Ikhlas merupakan satu amalan yang tidak dicampuri sesuatu yang mengotorinya karena kehendak-kehendak nafsu, seperti keinginan untuk memperlihatkan amal tampak lebih indah dimata orang , tidak ingin dicela / sanjungan, atau apapun alasannya yang secara keseluruhan dapat disatukan sebagai kehendak untuk selain hanya karena Allah saja. Firman Allah, yang atinya ,” Dan, siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan ?” (Qs. An-nisa’ : 125). Menyerahkan diri kepada Allah diartikan sebagai memurnikan tujuan dan amal karena Allah. Sedangkan mengerjakan kebaikan ialah mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Firman Allah, yang artinya ,” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya , maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutu-kan seorangpun dalam beribdah kepada Rabb-nya”, (Qs. Al-Kahfi : 110) .
Firman Allah, yang artinya “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamany dengan lurus ,” (Qs. Al-Bayyinah : 5).
Apapun yg dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah itulah ikhlas. Seperti yg dikatakan Imam Ali bahwa orang yg ikhlas adalah orang yg memusatkan pikiran agar tiap amal diterima oleh Allah. Seorang pembicara yg tulus tak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona tapi ia akan mengupayakan tiap kata yg diucapkan benar-benar menjadi kata yg disukai oleh Allah. Allah Mahatahu segala lintasan hati Mahatahu segalanya! Makin bening makin bersih semua semata-mata krn Allah maka kekuatan Allah yg akan menolong segalanya.
Dalam sebuah hadits qudsy shahih, disebutkan bahwa Rasuluulah bersabda bahwa ,”Allah berfirman ,”Aku adalah paling tidak membutuhkan persekutuan dari sekutu-sekutu yang ada. Barang siapa mengerjakan suatu amal, yang didalamnya ia menyekutukan selain-Ku, maka ia menjadi milik yang dia sekutukannya dan Aku terbebas darinya “.
Saudaraku, banyak definisi tentang ikhlas namun tujuannya adalah sama. Ada yang berpendapat ;
• Ikhlas adalah menyendirikan Allah sebagi tujuan dalam ketaatan,
• Ikhlas artinya membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk
• Ikhlas artinya menjaga amal dari perhatian manusia, termsuk dirinya sendiri.
• Al-Fudhail,menyatakan ‘ meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, dan mengerjakan amal karena manusia adalah syirik. Sedangkan ikhlas adalah jika Allah memberikan anugerah kepadamu untuk menninggalkan keduanya’
• Dalam manazilus sa’irin, ikhlas adalah membersihkan amalan dari segala campuran.
Bahkan ada yang berpendapat bahwa , siapa yang mempersaksikan (mengaku) ihklas dalam ikhlas, berarti ikhlasnya masih membutuhkan ikhlas lagi.
Buah apa yg didapat dari seorang hamba yg ikhlas itu?
Seorang hamba yg ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa ketenangan batin. Karena ia tak diperbudak oleh penantian utk mendapatkan pujian penghargaan dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yg tak menyenangkan.
Tapi bagi seorang hamba yg ikhlas ia tak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun karena keni’matan bagi bukan dari mendapatkan tapi dari apa yg bisa dipersembahkan. Ketidak ikhlasan akan banyak membawa kecewa dalam hidup ini. Orang yg tak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan krn ia memang terlalu banyak berharap. Karena biasakanlah kalau sudah berbuat sesuatu kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yg pasti aman. Jangan pula disebut-sebut diingat-ingat nanti malah berkurang pahalanya.
Saudaraku. Keikhlasan membuat seorang hamba punya kekuatan ia tak akan kalah oleh aneka macam selera rendah yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Menurut manazilus sa’irin :, ikhlas ada tiga derajat;
a. tidak melihat amal sebagai amal, tidak mencari imbalan dari amal, dan tidak puas terhadap amal.
Ada tiga macam penghalang dan rintangan bagi seorang hamba yang beramal dalam amalnya. : yaitu pandangan dan perhatiannya, keinginan akan imbalan dari amal itu dan puas/ senang kepadanya.
Yang bisa membersihkan penghalang itu, adalah mempersaksikan karunia dan taufik Allah kepadanya, bahwa amal itu datang dari Allah dan bukan datang dari dirinya, kehendak Allah-lah yang membuat amalnya ada dan bukan kehendak dirinya sendiri. Kyakinan bahwa kebaikan yang keluar dari jiwanya hanya berasal dari Allah dan bukan berasal dari hamba.
Sebagaimana firman Allah , yang artinya , “ Sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kalian bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya” . (Qs. An-Nur : 21).
b. Malu terhadap amal sambil tetap berusaha, untuk membenahi amak dengan tetap menjaga kesaksian, memelihara cahaya taufik yang dipancarakan dari Allah.
Dalam kondisi ini , seorang hamba merasa malu kepada Allah karena amalnya, karena dia merasa amal itu belum layak dilakukan karena Allah, namun amal itu tetap diupayakan.
Firman Allah, yang artinya ,” Dan, orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnyamereka akan kembali kepada Rabb mereka ,” (Qs. Al-Mukminun : 60).
Rasulullah saw menjelaskan maksud ayat ini dengan bersabda, “ dia adalah orang yang berpuasa, mendirikan shalat, mengeluarkan shadaqah, dan dia takut amal-amalnya ini tidak diterima”.
Sebagian ulama menyatakan ,’aku benar-benar mendirikan shalat dua rekaat, namun ketika mendirikannya aku tak ubahnya seorang pencuri dan pezina yang tidak dilihat orang, karena merasa sangat malu kepada Allah’.
c. Memurnikan amal dengan memurnikannya dari amal, membiarkan amal berlalu berdasarkan ilmu, tunduk kepada hukum kehendak Allah dan membebaskannya dari sentuhan rupa.
Atau dikatakan sebagai membiarkan amal itu berlalu berdasarkan ilmu dan hamba tunduk kepada hukum kehendak Allah. Dalam hal ini seorang hamba bertindak berdasarkan dua perkara, yaitu perintah dan larangan, yang berkaitan dengan apa yang harus dikerjakan atau ditinggalkannya, dan qadha dan qadar, yang berkaitan dengan iman, kesaksian dan hakikat.
Allahu a’lam
sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym, Madarijus Salikin, Ibn Qayyim al-Jauziya.
keindahan dibalik kegagalan
Suatu kegagalaan tidak selalu harus disikapi dengan penyesalan. Ada hal yang tersembunyi disana, yang seringkali kita tidak menyadarinya. Dimana seh letak manisnya kegagalan ? Semua kegagalan yang anda alami itu indah, karena ia dapat mencegah tumbuhnya kotoran-kotoran kesuksesan. Anda perlu mengetahui bahwa kotoran kesuksesan yang amat berbahaya adalah keangkuhan.
Keangkuhan membuat kita tidak dapat tumbuh lebih besar lagi. Keangkuhan akan membuat kita menutup hati dan pikiran dari masukan atau pendapat orang lain. Seorang usahawan yang angkuh akan segera tergeser oleh para pesaing, karena ia tidak dapat membuka diri atas masuknya ide-ide baru bagi perkembangan usahanya.
Seorang ilmuwan yang angkuh akan segera usang, karena ilmu atau hasil penemuannya akan segera tergantikan dengan munculnya penemuan-penemuan baru yang lebih canggih.
Kenapa terjadi demikian, karena ia menganggap apa yang telah diketahuinya merupa-kan kebenaran yang absolute. Keangkuhan akan membuat semuany amenjadi stagnan.
Dalam kegagalan kita akanmenemukan sosok kerendahhatian. Dengan kerendahhatian, seseorang akan lebih mudah untuk banyak belajar. Itulah pertumbuhan yang sebenar-nya . Ia akan terus hidup dan tumbuh . Kerendahhatian adalah laksana bunga indah yang mekar. Keharumannya menarik orang lain untuk mendekat.Dalam kerendahatian terdapat cahaya yang menghangatkan yang menarik perhatian orang.
Dalam kerendahhatian juga muncul adanya kewaspadaaan. Dimana dalam kewaspadaan anda akan terus bersiap. Anda akanmenjadi orang yang reseptif dan open minded. Yang senatiasa membuka diri bagi kebenaran yang datangnya dari manapun dan dari siapapun. Dalam kewaspadaan anda terhidar dari lubang yang sama.
Kotorang sukses yang lain , adalah senang pujian. Kadangkala pujian yang tidak ditem-patkan dengan baik justru akan berakibat buruk. Sebagaimana Rasulullah pernah mem-peringatkan para sahabatnya, bila ada seseorang yang sering memuji, maka lemparkan-lah pasir kepadanya. Ini adalah kiasan untuk tidak mengharapkan puji-pujian karena pujian itu akan melenakan hati. Pujian terasa semanis madu namun sesungguhnya beracun.
Pujian dalam dosis tertentu justru akan merusak kreativitas dan pertumbuhan seseorang. Dengan pujian , ia akan malas bahkan berhenti untuk belajar. Ia akan terlena menikmati setiap pujian yang datang.
Kotoran sukses selanjutnya adalah kesuksesan itu sendiri. Kesuksesan yang berlebihan akan membuat seseorang mabuk dalam keterlenaan. Dan akan memudarkan rasa syukur kepda-Nya , akan memudarkan semangat memohon ampun kepada-Nya. Bagaimana ia akanmemohon ampun kepada Allah, bila disaat yang sama ia tertawa senang meningmati kesuksesannya. Ini berbeda dengan kegagalan , dimana kegagalan akan membuka seorang hamba untuk kembali kepada Allah, memohon ampun atas kesalahan-kesalahannya.
Allahu a’lam
Sumber kutipan : Yusran Pora, gagal itu indah.
Keangkuhan membuat kita tidak dapat tumbuh lebih besar lagi. Keangkuhan akan membuat kita menutup hati dan pikiran dari masukan atau pendapat orang lain. Seorang usahawan yang angkuh akan segera tergeser oleh para pesaing, karena ia tidak dapat membuka diri atas masuknya ide-ide baru bagi perkembangan usahanya.
Seorang ilmuwan yang angkuh akan segera usang, karena ilmu atau hasil penemuannya akan segera tergantikan dengan munculnya penemuan-penemuan baru yang lebih canggih.
Kenapa terjadi demikian, karena ia menganggap apa yang telah diketahuinya merupa-kan kebenaran yang absolute. Keangkuhan akan membuat semuany amenjadi stagnan.
Dalam kegagalan kita akanmenemukan sosok kerendahhatian. Dengan kerendahhatian, seseorang akan lebih mudah untuk banyak belajar. Itulah pertumbuhan yang sebenar-nya . Ia akan terus hidup dan tumbuh . Kerendahhatian adalah laksana bunga indah yang mekar. Keharumannya menarik orang lain untuk mendekat.Dalam kerendahatian terdapat cahaya yang menghangatkan yang menarik perhatian orang.
Dalam kerendahhatian juga muncul adanya kewaspadaaan. Dimana dalam kewaspadaan anda akan terus bersiap. Anda akanmenjadi orang yang reseptif dan open minded. Yang senatiasa membuka diri bagi kebenaran yang datangnya dari manapun dan dari siapapun. Dalam kewaspadaan anda terhidar dari lubang yang sama.
Kotorang sukses yang lain , adalah senang pujian. Kadangkala pujian yang tidak ditem-patkan dengan baik justru akan berakibat buruk. Sebagaimana Rasulullah pernah mem-peringatkan para sahabatnya, bila ada seseorang yang sering memuji, maka lemparkan-lah pasir kepadanya. Ini adalah kiasan untuk tidak mengharapkan puji-pujian karena pujian itu akan melenakan hati. Pujian terasa semanis madu namun sesungguhnya beracun.
Pujian dalam dosis tertentu justru akan merusak kreativitas dan pertumbuhan seseorang. Dengan pujian , ia akan malas bahkan berhenti untuk belajar. Ia akan terlena menikmati setiap pujian yang datang.
Kotoran sukses selanjutnya adalah kesuksesan itu sendiri. Kesuksesan yang berlebihan akan membuat seseorang mabuk dalam keterlenaan. Dan akan memudarkan rasa syukur kepda-Nya , akan memudarkan semangat memohon ampun kepada-Nya. Bagaimana ia akanmemohon ampun kepada Allah, bila disaat yang sama ia tertawa senang meningmati kesuksesannya. Ini berbeda dengan kegagalan , dimana kegagalan akan membuka seorang hamba untuk kembali kepada Allah, memohon ampun atas kesalahan-kesalahannya.
Allahu a’lam
Sumber kutipan : Yusran Pora, gagal itu indah.
Senin, 01 Agustus 2011
cara meraih Keikhlasan
Keikhlasan merupakan salah satu karakter hamba beriman yang tulus menurut Al-Qur`an. Setiap mukmin harus hidup sesuai dengan Al-Qur`an, untuk menggapai keikhlasan. Hingga titik tersebut, ia harus berfokus kepada Allah dengan hati yang murni dan berjuang untuk mendapatkan keridhaan Allah. Ia juga harus waspada dan berhati-hati untuk menghindari segala jenis pengaruh negatif yang dapat merusak kemurniannya. Setiap orang harus waspada bahwa ia dapat merusak keikhlasannya dengan perbuatan-perbuatan yang dilakukan di luar kebiasaan atau bentuk-bentuk tingkah laku yang didapat dari lingkungan sekitarnya. Sehingga secara berkala, ia harus mengevaluasi niat dan membisikkan setiap kata, melakukan setiap tindakan hanya untuk Allah. Ia harus meyakini bahwa tingkatan moralitas ini tidak sulit dijalankan, tetapi mudah asal ada kemauan
Keikhlasan adalah salah satu karakter terpenting yang harus dimiliki seseorang untuk mengabdi kepada Allah sesempurna mungkin. Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ," Sesungguhnya, Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur`an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya, Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan padanya. Sesungguhnya, Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar,” (Qs. az-Zumar : 2-3)
Kesucian, kejujuran, dan fokus kepada Allah dalam sikap yang bersih dan murni, adalah
sifat-sifat yang bisa didapat tanpa usaha yang besar. Tuhan telah memfasilitasi setiap langkah, bahkan telah membantu kita dengan para nabi-Nya dan mukmin yang saleh. Allah juga telah menunjukkan cara untuk mendapatkan keikhlasan di dalam ayat-ayat-Nya.
Badiuzzaman Said Nursi, menyatakan dalam Risale-e nur, “Wahai saudara-saudaraku di hari akhir nanti! Wahai sahabatku dalam kepatuhan kepada Allah! Engkau mesti mengetahui—dan tahukah kalian bahwa di dunia ini keikhlasan adalah prinsip yang paling penting dalam perbuatan-perbuatan yang berkaitan khususnya dengan hari akhir; ia merupakan kekuatan terbesar, perantara yang paling bisa diterima, dukungan yang paling kokoh, cara yang paling dekat menuju kesungguhan, dan yang paling diterima. Ia adalah alat yang paling menakjubkan untuk meraih tujuan, ia kualitas tertinggi dan ibadah yang paling murni.”
“Karena di dalam keikhlasan terdapat banyak kekuatan dan cahaya... kami tentu saja memaksa siapa pun untuk bekerja dengan segenap kekuatan untuk mencapai keikhlasan. Kita perlu menanamkan keikhlasan di dalam diri kita. Jika tidak, apa yang kita capai selama ini dalam amal yang tersembunyi akan hilang sebagian dan tak akan kokoh; dan kita akan bertanggung jawab.”
Di dalam ayat-ayat Al-Qur`an, Allah menjelaskan bagaimana seseorang mencapai keimanan dan keikhlasan yang tak ternoda. Setiap manusia telah diciptakan dengan kemampuan untuk mengerti dan merasakan keikhlasan dan kemurnian. Karena itulah, untuk mencapai dan meningkatkan keikhlasan seseorang, sebenarnya sederhana. Bahkan jika seseorang benar-benar bodoh, ia dapat meraih keikhlasan dengan bersandar pada hati nuraninya. Ia dapat memahami mana yang ikhlas dan mana yang tidak.
Ia dapat membebaskan dirinya dari segala tingkah laku yang menghalangi keikhlasan setelah berpaling kepada Allah dengan tulus hati. Karena itulah, seseorang harus menyadari bahwa hatinya adalah petunjuk dari Tuhan. Ia tidak boleh membodohi dirinya dengan alasan-alasan seperti, “Saya tidak tahu cara mana yang tulus,” “Saya tidak mengira bahwa sikap ini akan mengurangi keikhlasan,” “Saya kira saya orang yang ikhlas dan tulus,” dan sebagainya.
Ia harus selalu ingat bahwa alasan-alasan tersebut tidaklah tulus, hanya dicari-cari untuk menenangkan hatinya. Jadi, mudah bagi seseorang yang menerima dengan hatinya untuk menggapai keikhlasan dan menjaganya hingga hari pembalasan.
Untuk mendapatkan keikhlasan sejati, seseorang pertama-tama harus memahami mengapa
keikhlasan itu penting. Ia harus memiliki keinginan untuk mendapatkan tingkat keikhlasan tersebut. Hal ini karena siapa pun yang gagal memahami keikhlasan, ia dapat selanjutnya mencari kekuatan dan kekuasaan dengan hal-hal yang bersifat keduniawian. Ia akan mengejar dunia untuk mendapatkan martabat sosial. Orang seperti itu mencari ketenaran, reputasi, kemuliaan, kekayaan, kecantikan, ijazah pendidikan, dan kehormatan lainnya.
Akan tetapi, tak ada satu pun hal di atas yang dapat memberikan kekuatan dan kekuasaan yang sesungguhnya, tidak di dunia ini ataupun di hari akhir. Demikianlah, Badiuzzaman Said Nursi mengingatkan para mukmin bahwa kekuatan di dunia dan di akhirat itu
hanya didapatkan melalui keikhlasan. Ia menyatakan, “Engkau harus tahu bahwa semua kekuatanmu ada dalam keikhlasan dan kebenaran. Ya, kekuatan ada di dalam kebenaran dan keikhlasan. Bahkan, bagi mereka yang salah mendapatkan kekuatan dari keikhlasan dalam kesalahan mereka. Bukti bahwa kekuatan ada di dalam kebenaran dan keikhlasan adalah apa yang kita kerjakan untuk Allah ini. Sedikit keikhlasan di dalam karya kita membuktikan pernyataan ini dan bukti keikhlasan itu sendiri.”
Sebagai cotoh, mari kita misalkan bahwa sebuah tugas yang disangka baik oleh muslim dikerjakan oleh empat atau lima orang. Mari juga kita bayangkan bahwa salah seorang di antara mereka dipercayai untuk merngerjakan sebuah tugas yang pasif, tidak penting, dan berada di balik layar, tetapi begitu sulit dikerjakan. Sementara itu, orang yang lainnya ditugaskan dalam tugas yang aktif, tampak di depan, yang langsung menarik perhatian dan pujian dari orang lain. Jika orang pertama menolak untuk mengerjakan tugas tersebut hanya karena ia akan berada di belakang dan tidak akan mendapatkan pujian, dan ia ingin
menukar tugasnya dengan kesempatan yang lebih besar dan menjanjikan untuk endapatkan pengakuan dan kehormatan, maka hal ini akan merusak keikhlasannya.
Dalam kondisi demikian, orang tersebut akan terbawa pada pikiran-pikiran yang tidak tulus, seperti, “Walaupun saya berusaha keras, nama saya tidak akan disebutkan. Terlebih lagi, orang lain akan lebih banyak mendapatkan balasan kendati ia bekerja lebih sedikit dari saya.” Maka dari itu, cara yang paling mulia untuk diikuti dalam situasi seperti ini adalah
bekerja hanya untuk mendapatkan pengakuan dan pujian Allah, untuk mencari keridhaan-Nya.
Jika pekerjaan itu tampaknya memberikan manfaat, tidaklah penting siapa yang ikut serta di dalamnya. Bahkan, jika ia tampaknya tidak memperoleh pengakuan dari orang lain dan tetap tidak dikenal, ia tetap harus mengerjakan kesempatan tersebut dengan antusias untuk mendapatkan keridhaan Allah. Inilah yang dimaksud dengan ikhlas.
Seseorang yang selalu melakukan sesuatu dengan ikhlas, tidak hanya akan sukses dan menikmati kedamaian pikiran di dunia ini, tetapi juga mendapatkan balasan di hari akhir. Hal ini karena orang yang demikian tidak bergantung pada harta duniawi, kekuasaan, kepemilikan kekayaan, dan kehormatan sosial, tetapi hanya bergantung pada Allah.
Sebagaimana digambarkan di dalam ayat berikut, Allah selalu menolong mereka yang bertujuan kepada-Nya dengan pengabdian yang murni.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya “... Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (Qs. al-Hajj: 40)
Karena itu, tidak ada suatu kekuatan pun yang dapat melawan keimanan dan keikhlasan. Melalui keikhlasan, seseorang dipastikan akan mendapatkan bantuan, dukungan, dan kekuatan dari Allah.
Allahu a'lam
Sumber : Sincerity Described in The Qur`an, Harun Yahya . Risale- i nur Badiuzzaman Said Nursi
Keikhlasan adalah salah satu karakter terpenting yang harus dimiliki seseorang untuk mengabdi kepada Allah sesempurna mungkin. Sebagaimana Allah berfirman, yang artinya ," Sesungguhnya, Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur`an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya, Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan padanya. Sesungguhnya, Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar,” (Qs. az-Zumar : 2-3)
Kesucian, kejujuran, dan fokus kepada Allah dalam sikap yang bersih dan murni, adalah
sifat-sifat yang bisa didapat tanpa usaha yang besar. Tuhan telah memfasilitasi setiap langkah, bahkan telah membantu kita dengan para nabi-Nya dan mukmin yang saleh. Allah juga telah menunjukkan cara untuk mendapatkan keikhlasan di dalam ayat-ayat-Nya.
Badiuzzaman Said Nursi, menyatakan dalam Risale-e nur, “Wahai saudara-saudaraku di hari akhir nanti! Wahai sahabatku dalam kepatuhan kepada Allah! Engkau mesti mengetahui—dan tahukah kalian bahwa di dunia ini keikhlasan adalah prinsip yang paling penting dalam perbuatan-perbuatan yang berkaitan khususnya dengan hari akhir; ia merupakan kekuatan terbesar, perantara yang paling bisa diterima, dukungan yang paling kokoh, cara yang paling dekat menuju kesungguhan, dan yang paling diterima. Ia adalah alat yang paling menakjubkan untuk meraih tujuan, ia kualitas tertinggi dan ibadah yang paling murni.”
“Karena di dalam keikhlasan terdapat banyak kekuatan dan cahaya... kami tentu saja memaksa siapa pun untuk bekerja dengan segenap kekuatan untuk mencapai keikhlasan. Kita perlu menanamkan keikhlasan di dalam diri kita. Jika tidak, apa yang kita capai selama ini dalam amal yang tersembunyi akan hilang sebagian dan tak akan kokoh; dan kita akan bertanggung jawab.”
Di dalam ayat-ayat Al-Qur`an, Allah menjelaskan bagaimana seseorang mencapai keimanan dan keikhlasan yang tak ternoda. Setiap manusia telah diciptakan dengan kemampuan untuk mengerti dan merasakan keikhlasan dan kemurnian. Karena itulah, untuk mencapai dan meningkatkan keikhlasan seseorang, sebenarnya sederhana. Bahkan jika seseorang benar-benar bodoh, ia dapat meraih keikhlasan dengan bersandar pada hati nuraninya. Ia dapat memahami mana yang ikhlas dan mana yang tidak.
Ia dapat membebaskan dirinya dari segala tingkah laku yang menghalangi keikhlasan setelah berpaling kepada Allah dengan tulus hati. Karena itulah, seseorang harus menyadari bahwa hatinya adalah petunjuk dari Tuhan. Ia tidak boleh membodohi dirinya dengan alasan-alasan seperti, “Saya tidak tahu cara mana yang tulus,” “Saya tidak mengira bahwa sikap ini akan mengurangi keikhlasan,” “Saya kira saya orang yang ikhlas dan tulus,” dan sebagainya.
Ia harus selalu ingat bahwa alasan-alasan tersebut tidaklah tulus, hanya dicari-cari untuk menenangkan hatinya. Jadi, mudah bagi seseorang yang menerima dengan hatinya untuk menggapai keikhlasan dan menjaganya hingga hari pembalasan.
Untuk mendapatkan keikhlasan sejati, seseorang pertama-tama harus memahami mengapa
keikhlasan itu penting. Ia harus memiliki keinginan untuk mendapatkan tingkat keikhlasan tersebut. Hal ini karena siapa pun yang gagal memahami keikhlasan, ia dapat selanjutnya mencari kekuatan dan kekuasaan dengan hal-hal yang bersifat keduniawian. Ia akan mengejar dunia untuk mendapatkan martabat sosial. Orang seperti itu mencari ketenaran, reputasi, kemuliaan, kekayaan, kecantikan, ijazah pendidikan, dan kehormatan lainnya.
Akan tetapi, tak ada satu pun hal di atas yang dapat memberikan kekuatan dan kekuasaan yang sesungguhnya, tidak di dunia ini ataupun di hari akhir. Demikianlah, Badiuzzaman Said Nursi mengingatkan para mukmin bahwa kekuatan di dunia dan di akhirat itu
hanya didapatkan melalui keikhlasan. Ia menyatakan, “Engkau harus tahu bahwa semua kekuatanmu ada dalam keikhlasan dan kebenaran. Ya, kekuatan ada di dalam kebenaran dan keikhlasan. Bahkan, bagi mereka yang salah mendapatkan kekuatan dari keikhlasan dalam kesalahan mereka. Bukti bahwa kekuatan ada di dalam kebenaran dan keikhlasan adalah apa yang kita kerjakan untuk Allah ini. Sedikit keikhlasan di dalam karya kita membuktikan pernyataan ini dan bukti keikhlasan itu sendiri.”
Sebagai cotoh, mari kita misalkan bahwa sebuah tugas yang disangka baik oleh muslim dikerjakan oleh empat atau lima orang. Mari juga kita bayangkan bahwa salah seorang di antara mereka dipercayai untuk merngerjakan sebuah tugas yang pasif, tidak penting, dan berada di balik layar, tetapi begitu sulit dikerjakan. Sementara itu, orang yang lainnya ditugaskan dalam tugas yang aktif, tampak di depan, yang langsung menarik perhatian dan pujian dari orang lain. Jika orang pertama menolak untuk mengerjakan tugas tersebut hanya karena ia akan berada di belakang dan tidak akan mendapatkan pujian, dan ia ingin
menukar tugasnya dengan kesempatan yang lebih besar dan menjanjikan untuk endapatkan pengakuan dan kehormatan, maka hal ini akan merusak keikhlasannya.
Dalam kondisi demikian, orang tersebut akan terbawa pada pikiran-pikiran yang tidak tulus, seperti, “Walaupun saya berusaha keras, nama saya tidak akan disebutkan. Terlebih lagi, orang lain akan lebih banyak mendapatkan balasan kendati ia bekerja lebih sedikit dari saya.” Maka dari itu, cara yang paling mulia untuk diikuti dalam situasi seperti ini adalah
bekerja hanya untuk mendapatkan pengakuan dan pujian Allah, untuk mencari keridhaan-Nya.
Jika pekerjaan itu tampaknya memberikan manfaat, tidaklah penting siapa yang ikut serta di dalamnya. Bahkan, jika ia tampaknya tidak memperoleh pengakuan dari orang lain dan tetap tidak dikenal, ia tetap harus mengerjakan kesempatan tersebut dengan antusias untuk mendapatkan keridhaan Allah. Inilah yang dimaksud dengan ikhlas.
Seseorang yang selalu melakukan sesuatu dengan ikhlas, tidak hanya akan sukses dan menikmati kedamaian pikiran di dunia ini, tetapi juga mendapatkan balasan di hari akhir. Hal ini karena orang yang demikian tidak bergantung pada harta duniawi, kekuasaan, kepemilikan kekayaan, dan kehormatan sosial, tetapi hanya bergantung pada Allah.
Sebagaimana digambarkan di dalam ayat berikut, Allah selalu menolong mereka yang bertujuan kepada-Nya dengan pengabdian yang murni.
Sebagaimana firman-Nya, yang artinya “... Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (Qs. al-Hajj: 40)
Karena itu, tidak ada suatu kekuatan pun yang dapat melawan keimanan dan keikhlasan. Melalui keikhlasan, seseorang dipastikan akan mendapatkan bantuan, dukungan, dan kekuatan dari Allah.
Allahu a'lam
Sumber : Sincerity Described in The Qur`an, Harun Yahya . Risale- i nur Badiuzzaman Said Nursi
Langganan:
Postingan (Atom)