Sebagaimana Firman Allah, yang artinya “Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran), “ (Qs. Al-a’raf : 168).
Firman Allah yang artinya, “ Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan ,” (Qs. Al-Anbiya : 35).
Kemampuan untuk melihat kebaikan dalam setiap kejadian, apapun kondisinya baik yang menyenangkan maupun tidak, merupakan kualitas moral yang penting. Ini timbul dari keyakinan tulus kepada-Nya. Pemahaman akan kebenaran ini akan menuntun seorang hamba tidak hanya mencapai keberkahan hidup didunia dan akhirat, namun juga menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang tiada berakhir.
Ibnu Katsir,dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir (2/155), menyatakan bahwa ‘seorang mukmin itu harus diuji harta dan jiwanya, atau anak keturunan dan keluarganya. Seorang mukmin juga harus diuji tingkat keagamaanya. Jika agamanya kuat maka akan bertambah pula cobaan yang akan diterimanya,’
Seorang hamba beriman tidak akan pernah lupa bahwa kesulitan maupun keberkahan datang untuk menguji mereka. Karena kemulian dan kepatuhan mereka kepada-Nya, Allah tentu akan mengubah apa yang tampaknya buruk menjadi hal-hal yang menguntungkan bagi makhluk-Nya yang sejati.
Kita , memang akan lebih mudah untuk bersyukur ketika menerima anugerah atau kenikmatan atau ujian yang menyenangkan dibandingkan bersabar saat sedang diuji dengan musibah. Seorang hamba bisa menjadi marah, putus asa dengan ujian berupa musibah, dan memandang musibah adalah sesuatu yang harus dihindari.
Misalnya dengan upaya berdoa, dan memohon Insya Allah akan menolak musibah yang akan terjadi sehingga tidak terjadi. Namun , namun jika musibah benar-benar terjadi dan sedang menimpa, kita wajib berusaha menyikapi dengan sabar dan mengambil hikmah dibalik musibah tersebut.
Ibn Abi Ad-dunya dalam Asy-syukur , menyatakan bahwa Abdul Malik Ibn Abjar ra berkata, bahwa ‘tidak ada seorang manusia melainkan akan diuji dengan kesehatan dan kelapangan untuk mengetahui sejauh mana ia akan mensyukurinya dan ia juga akan diuji dengan musibah untuk mengetahui sejauh mana ia akan bersikap sabar menghadapi ujian itu .’
Saudaraku, salah satu bukti adanya keimanan yang kuat adalah tidak adanya rasa kecewa terhadap apapun yang terjadi dalam kehidupan ini. Sebaliknya, jika seorang hamba yang gagal melihat kebaikan dalam setiap peristiwa maka bisa menyebabkan dia terperangkap dalam ketakutan, kekhawatiran, putus asa, kesedihan yang berlarut.
Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Aku mengagumi seorang mukmin karena selalu ada kebaikan dalam setiap urusannya. Jika ia mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur (kepada Allah) sehingga didalamnya ada kebaikan. Jika ditimpa musibah, ia berserah diri (dan menjalankannya dengan sabar) bahwa didalamnya ada kebaikan pula “, (Hr Muslim).
Saudaraku, kita harus meyakini bahwa Allah menciptakan segalanya untuk tujuan yang baik dan menuntun hati seseorang dalam menemukan kedamaian. Sebuah keberkahan besar bagi hamba yang beriman bila memiliki pemahaman akan kenyataan ini. Hindarkanlah ketakutan dan kekhawatiran yang berkelanjutan sehingga terus menderita dalam kesengsaraan yang berkelanjutan. Kita harus menyadari bahwa ada kenyataan , ada tujuan-tujuan Illahiah di balik ciptaan dan kehendak Allah.
Sebagaimana hadits riwayat Turmudzi, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Jika Allah menginginkan kebaikan bagi seorang hamba, maka Allah akan mempercepat hukuman bagi dirinya didunia ini. Dan jika Allah menginginkan keburukan bagi seorang hamba, maka Allah akan menangguhkan hukuman dari segala dosa-dosanya hingga ia akan mendapatkan balasannya pada hari kiamat nanti “, (Hr Turmudzi).
Seringkali kita tidak cukup sabar untuk melihat kebaikan yang berada di balik peristiwa yang menimpa. Dan secara tidak sadar, justru kita malah mengejar sesuatu yang tidak baik buat diri kita. Sebagaimana diperingatkan Allah, dalam firman-Nya, yang artinya ,” Dan manusia mendo’a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo’a untuk kebaikan. Dan manusia bersifat tergesa-gesa “, (Qs. Al-Israa : 11).
Saudaraku, tidak seorangpun yang kebal terhadap peristiwa buruk. Mari kita berupaya untuk selalu meyakini bahwa pada akhirnya ada suatu kebaikan dalam sebuah peristiwa yang pada awalnya tampak merugikan. Dan harus disadari juga, bahwa kita tidak selalu beruntung mampu melihat sisi positif yang ada. Dan Allah akan menunjukkan itu pada suatu ketika.
Sebagaimana Rasulullah pernah bersabda, yang artinya ,” Tidaklah urat dan mata seseorang melainkan ada dosa padanya. Akan tetapi ampunan dari Allah lebih banyak (dari perbuatan dosa tersebut)”, (Hr Thabrani).
Dan riwayat dari Abu Hurairah dan Abu Said ra, bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya ,” Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu keletihan, penyakit, kecemasan, kesedihan, kepedihan, kesusahan hingga kebingungan yang dirasakannya , melainkan dengannya Allah akan menghapuskan segala kesalahannya, “ (Hr Bukhari).
Saudaraku sungguh indah sekali hadits diatas. Bahkan Ali pernah menghibur seorang sahabat yang terkena musibah, dengan mengatakan ,’Wahai Fulan, jika engkau bersabar maka keketepan itu tetap berlaku kepadamu dan engkau pun mendapat pahala. Namun , jika kau tidak bersabar maka ketetapan itu pun tetap berlaku dan kau mendapatkan dosa’.
Satu hal yang dibenci kadang mendatangkan kesenangan, satu hal yang disukai kadang mendatangkan kesusahan. Musibah , penyakit jiwa atau jasmani, memang sangat tidak disukai oleh hati kita. Penyakit jiwa bisa berupa kecemasan (al-hammu), kesedihan (al huznu), kesusahan, penderitaan batin (al ghammu) dsb. Seringkali kita baru menyadari bahwa , kita sulit untuk bersikap sabar dalam menghadapi semua ini
Dari Abu Said Al-Khudri ra, bahwa ia berkata, bahwa seorang laki-laki berkata pada Rasulullah saw, ‘Ya Rasulullah, tidakkah engkau melihat penyakit-penyakit yang menimpa kami ini, apa yang akan kami dapatkan dari penyakit-penyakit ini ?’
Rasulullah menjawab,”Penghapusan dosa”.
Ubay bin Ka’ab, bertanya lagi,’Meski hanya sedikit ?’
Beliau menjawab,”Meski hanya berupa kecemasan dan yang lebih dari itu”,
Namun doa Ubay bagi dirinya adalah ijtihad dirinya. Yang diperintahkan menurut syariat adalah seorang muslim hendaknya senantiasa memohon kesehatan kepada Allah dan tidak berbuat sesuatu yang menimbulkan bencana bagi dirinya sendiri.
Saudaraku segala musibah , balak atau kepedihan ini menunjukkan bahwa betapa fakirnya kita dan betapa kita sangat membutuhkan Allah. Yakinilah bahwa , segala peristiwa yang menyakitkan ini akan mendatangkan kebaikan yang sangat banyak, diantaranya tabungan pahala, dihapuskannya dosa sehingga kita akan mengatahui bahwa dibalik itu akan terungkap betapa indahhnya sebuah kenikmatan terbebas dari bencana yang sesungguhnya yaitu seseorang yang dijauhkan dari agama-Nya.
sumber : Abdullah bin Ali Juaitsin, hikmah bagi orang sakit ,Hendra Setiawan, Cara Nabi menghadapi kesulitan hidup, eramuslim dst.