Lawakan dan senda gurau yang kelewatan dengan menggunakan kata-kata yang menjurus kepada kefasikan dan kekufuran, merupakan kenyataan yang ada di tengah sebagian masyarakat muslim
Secara sadar atau tidak sadar, perbuatan seperti ini telah menjadi bagian yang mengakar dalam setiap jiwa kaum muslim, padahal tidak dapat disangkal bahwa melawak atau bergurau dengan suatu kebohongan atau bermacam-macam tindakan kekafiran adalah termasuk kemungkaran yang terbesar dan sangat berbahaya bagi orang-orang yang di majelis atau di tempat tersebut.
Kita harus hati-hati melakukan yang demikian itu karena Allah Subhanallohu wa Ta’ala benar-benar telah memperingatkan hal itu dalam firman-Nya: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At-Taubah: 65-66)
Sebagian besar ulama telah mengatakan, bahwa ayat diatas diturunkan mengenai suatu kaum yang saling mengatakan di antara mereka pada suatu perjalanannya bersama Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam.
Kami tidak melihat sebagaimana para (ahli) pembaca Al-Qur’an ini yang lebih menyenangkan perutnya, lebih bohong ucapannya, dan lebih takut sewaktu bertemu.
Maka Allah Subhanallohu wa Ta’ala menurunkan ayat tersebut pada mereka. Sebuah hadist dari Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam, bahwa beliau bersabda: “Celakalah orang yang berbicara sambil berbohong, agar sekelompok orang jadi tertawa dengan pembicaraannya itu. Celaka dia, celaka dia.” (HR. At Tirmidzi dan An-Nasa’I, dengan sanad shahih)
Wajib atas para ahli ilmu, ulama dan seluruh kaum mukminin dan mukminat, agar mereka waspada dan menjauhi perbuatan yang demikian itu dan mengingatkan hal tersebut, karena perbuatan yang demikian itu menimbulkan bahaya, kerusakan dan akhirat buruk yang sangat besar.
Semoga Allah Subhanallohu wa Ta’ala melindungi dan menyelamatkan kita dan kaum muslimin dari semuanya itu, dan melapangkan kepada kita dan kaum muslimin suatu jalan yang lurus (shirathal mustaqim).
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan semua doa hamba-Nya.
Sumber : dari: Fatawa Muhimmah Tata’allaqu bil Aqidah, Oleh Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz , http://arsipmoslem.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar