*****Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yg sabar.(Qs.Al-Baqarah 2 : 155).*****Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga , padahal (cobaan) belum datang kepadamu seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yg beriman bersamanya , berkata, 'kapankah datang pertolongan Allah?' Ingatlah , sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.(Qs.Al-Baqarah 2 : 214). *****Dan sungguh, Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan , agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati.(Qs.Al-An'am 6 : 42). *****Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yg baik-baik dan (bencana) yg buruk-buruk, agar mereka kembali (kepda kebenaran). (Qs. Al-A'raf 7 : 168). *****Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yg apabila disebut nama Allah gemetar hatinya , dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yg melaksanakan shalat dan yg menginfakkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yg benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizki (nikmat) yg mulia. (Qs.An-anfal 8 : 2-4). *****Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yg berjihad diantara kamu dan tidak mengambil teman yg setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Mahateliti terhadap apa yg kamu kerjakan. (Qs. At-Taubah 9 : 16) *****Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yg sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan. (Qs. Al-Anbiya 21 : 35). *****Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh , Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yg dusta. (Qs. Al-'Ankabut 29 : 2-3)

Selasa, 24 Maret 2009

Hati kita, cerminan kita

Hati kita, adalah tempat kebaikan dan keburukan bertarung, tempat pahala dan dosa bertarung. Hanya hati yang luas dan konsisten yang diberi pertolongan Allah untuk berada dijalur yang benar dan lurus. Hati yang luas dan konsisten, tentu juga sangat berat ujian dan tantangannya. Banyak godaan yang masuk datang dari kejadian disekitar kita. Setiap saat selalu ada orang yang mencaci kita, dimana ini menyeret dan mengundang hati kita untuk membenci dia. Tantangan paling ringan adalah, hati kita ingin membalas dengan cacian. Inilah yang menyebabkan hati kita menjadi sempit.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Abu Hurairah ra berkata, bahwa “ seseorang telah mencela Abu Bakar, dan Abu Bakar pun diam, sedangkan Rasulullah SAW ketika itu bersama mereka. Rasulullah merasa kagum, lalu tersenyum.
Ketika orang itu memperbanyak cercaannya maka Abu Bakar membalas sebagian yang diucapkannya. Rasulullah pun marah dan beranjak pergi. Abu Bakar pun menyusul Beliau dan bertanya, Wahai Rasulullah, orang itu telah mencerca diriku dan Engkau tetap duduk. Namun disaat aku menimpali sebagian yang diucapkannya, mengapa Engkau marah dan berdiri ?
Rasulullah pun menjawab, “ bersamamu tadi ada malaikat yang menimpali orang itu sementara engkau diam. Akan tetapi ketika engkau menimpali sebagian yang diucapkannya itu, setan pun datang, dan aku tidak mau duduk bersama setan “.


Selanjutnya Rasulullah bersabda, “ Hai Abu Bakar, ada tiga perkara yang semuanya adalah hak.


  • Tidak ada seorang hamba yang dizalimi dengan satu kezaliman kemudian dia memaafkannya karena Allah, melainkan Allah akan memuliakannya karena perbuatannya itu akan menolongnya.

  • Dan tidaklah seseorang yang membukakan pintu untuk menyampaikan suatu pemberian dengan niat bersilaturahmi, melainkan Allah akan memperbanyak hartanya.

  • Dan tidaklah seseorang membuka pintu untuk meminta-minta dengan niat memperbanyak hartanya, melainkan Allah SWT akan semakin mepersedikit hartanya. “

Saudaraku, ingatlah akan pribadi agung Rasulullah SAW , sungguh mulia akhlak beliau. Sudah tak terhitung berapa kali RAsulullah memaafkan perbuatan keji orang lain. Dengan kesabarannya RAsulullah membalas setiap perbuatan keji mereka dengan kebaikan. Misal, ketika beliau setiap hari diludahi orang dalam perjalanannya. Beliau tidak pernah marah atau membalas dengan meludahi juga. Ketika orang yang meludahi itu jatuh sakit, maka Rasulullah membesuk dan mendoakan atas kesembuhannya.

Saudaraku, Rasulullah selalu mengajarkan kita tentan sabar dan pemaaf. Sikap sabar dan pemaaf sangat diutamakan dalam Islam. Karena sabar itu adalah menahan. Sabar adalah aktivitas bukan pasivitas, suatu perlawanan bukan penyerahan, sesuatu yang sangat membutuhkan pengorbanan.

Disaat kita dizalimi, mulai dari dihina dst. Tentu hati kita mudah untuk tersulut dan tergoda untuk segera membalasnya dengan perbuatan yang minimal sama. Maka menahan keinginan semacam itu dan melakukan penahanan pada saat itu dinamakan sabar. Sehingga memunculkan perbuatan memaafkan.

Pemahaman hamba yang beriman tentang sikap memaafkan ini sungguh indah. Banyak diantara kita menyatakan bahwa mereka telah memaafkan seseorang yang menyakitinya, namun masih dibutuhkan waktu yang lama untuk membebaskan diri dari rasa marah dan benci di hati mereka. Sikap seperti ini masih cenderung menampakkan rasa marah itu.

Sikap memaafkan hamba yang beriman didasarai dengan rasa tulus. Karena menyadari bahwa setiap manusia selalu mendapar ujian. Dan belajar dari kesalahan , maka bisa berlapang dada. Hamba yang beriman juga bisa memaafkan walaupun sebenarnya mereka dipihak yang benar dan pihak lain bisa jadi yang salah.
Dan ketiak memaafkan , mereka tidak membedakan antara kesalahan kecil dan besar. Seseorang bisa saja menyakiti mereka tanpa sengaja. Namun hamba yang beriman menyadari bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah. Sehingga tidak terbelenggu oleh rasa amarah.

Firman Allah, yang artinya “… dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu ? dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang “. (Qs. An-Nuur : 22).

Telah banyak pembuktian secara ilmiah, yang menyatakan bahwa orang yang terbiasa memaafkan, akan berdampak posistif bagi dirinya. Bukan hanya psikis tetapi bahkan secara fisik. Kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan.

Sungguh terasa berat , proses memaafkan, namun disisi lain terasa membahagiakan. Satu bagian dari akhlak yang terpuji, yang menghilankan segala dampak merusak dari kemarahan, membantu seorang hamba menikmati kehidupannya yang sehat.

Saudaraku, terlepas dari semua kebaikan dan manfaat memaafkan, tujuan sebenarnya dari perbuatan memaafkan itu haruslah dilandasi dengan tujuan untuk menddapatkan ridha Allah.
Semoga hati kita tetap jernih dan tetap focus untuk hanya mengejar ridha Allah SWT.

Allahu a’lam
Sumber : J-Q , Muzzaki 2009.



Senin, 23 Maret 2009

MAKNA IKHLAS

Dikutip dari tulisan : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Dalam bahasan ini , Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, menjelaskan tentang apap makna Al-Ikhlas ? Dan, bagaimana hukumnya bila seorang hamba menginginkan melalui ibadahnya sesuatu yang lain?

Ikhlas kepada Allah Ta’ala maknanya seseorang bermaksud melalui ibadahnya tersebut untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala dan mendapatkan keridhaan-Nya.
Bila seorang hamba menginginkan sesuatu yang lain melalui ibadahnya, maka disini perlu dirinci lagi berdasarkan klasifikasi-klasifikasi berikut :


Pertama.
Dia memang ingin bertaqarrub kepada selain Allah di dalam ibadahnya ini dan mendapatkan pujian semua makhluk atas perbuatannya tersebut. Maka, ini menggugurkan amalan dan termasuk syirik.
Di dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman , “yang Artinya : Aku adalah Dzat Yang paling tidak butuh kepada persekutuan para sekutu ; barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang didalamnya dia mempersekutukan-Ku dengan sesuatu selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya berserta kesyirikan yang diperbuatnya” [1]

Kedua
Seorang hamba bermaksud melalui ibadahnya untuk meraih tujuan duaniawi seperti kepemimpinan, kehormatan dan harta, bukan untuk tujuan bertaqarrub kepada Allah ; maka amalan orang seperti ini akan gugur dan tidak dapat mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala.

Dalam hal ini, Allah Ta’ala berfirman, yang artinya “ Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuai neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” [Qs. Hud : 15-16]

Perbedaan antara klasifikasi kedua ini dan pertama ; Bahwa dalam klasifikasi pertama, orang tadi bermaksud agar dirinya dipuji atas ibadahnya tersebut sebagai ahli ibadah kepada Allah. Sedangkan pada klasifikasi ini, dia tidak bermaksud agar dirinya di puji atas ibadahnya tersebut sebagai ahli ibadah kepada Allah bahkan dia malah tidak peduli atas pujian orang terhadapn dirinya.

Ketiga
Seorang hamba yang bermaksud untuk bertaqarrub kepada Allah Ta’ala, disamping tujuan duniawi yang merupakan konsekuensi logis dari adanya ibadah tersebut, seperti dia memiliki niat dari thaharah yang dilakukannya
1. disamping niat beribadah kepada Allah-
2. juga untuk menyegarkan badan dan menghilangkan kotoran yang menempel padanya ;

dia berhaji
1. disamping niat beibadah kepada Allah
2. juga untuk menyaksikan lokasi-lokasi syi’ar haji (Al-Masya’ir) dan bertemu para jama’ah haji ;
maka hal ini akan mengurangi pahala ikhlas akan tetapi jika yang lebih dominan adalah niat beribadahnya, berarti pahala lengkap yang seharusnya diraih akan terlewatkan. Meskipun demikian, hal ini tidak berpengaruh bila pada akhirnya melakukan dosa.

Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala mengenai para jama’ah haji, yang artinya “: Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Rabb-mu” [Qs. Al-Baqarah : 198]

Jika yang dominan adalah niat selain ibadah, maka dia tidak mendapatkan pahala akhirat, yang didapatnya hanyalah pahala apa yang dihasilkannya di dunia itu. Dikhawatirkan malah dia berdosa karena hal itu, sebab dia telah menjadikan ibadah yang semestinya merupakan tujuan yang paling tinggi, sebagai sarana untuk meraih kehidupan duniawi yang hina.

Maka tidak ubahnya seperti orang yang dimaksud di dalam firman- Nya, yang artinya “ : Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (pembagian) zakat ; jika mereka diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah” [Qs. At-Taubah : 58]

Di dalam Sunan Abu Dawud dari Abu Hurairah ra disebutkan bahwa ada seorang laki-laki berkata : ‘Wahai Rasulullah, (bagaimana bila ,-penj) seorang laki-laki ingin berjihad di jalan Allah sementara dia juga mencari kehidupan duniawi?”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Dia tidak mendapatkan pahala” Orang tadi mengulangi lagi pertanyaannya hingga tiga kali dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab sama, “Dia tidak mendapatkan pahala” [2]

Demikian pula hadits yang terdapat di dalam kitab Ash-Shahihain dari Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya “ : Barangsiapa yang hijrahnya karena ingin meraih kehidupan duniawi atau untuk mendapatkan wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya hanya mendapatkan tujuan dari hijrahnya tersebut” [3]

Jika persentasenya sama saja, tidak ada yang lebih dominan antara niat beribadah dan non ibadah ; maka hal ini masih perlu dikaji lebih lanjut. Akan tetapi, pendapat yang lebih persis untuk kasus seperti ini adalah sama juga ; tidak mendapatkan pahala sebagaimana orang yang beramal karena Allah dan karena selain-Nya juga.

Perbedaan antara jenis ini dan jenis sebelumnya (jenis kedua), bahwa tujuan yang bukan untuk beribadah pada jenis sebelumnya terjadi secara otomatis. Jadi, keinginannya tercapai malalui perbuatannya tersebut secara otomatis seakan-akan yang dia inginkan adalah konsekuensi logis dari pekerjaan yang bersifat duniawi itu.

Jika ada yang mengatakan, “Apa standarisasi pada jenis ini sehingga bisa dikatakan bahwa tujuannya yang lebih dominan adalah beribadah atau bukan beribadah?”

Jawabannya, standarisasinya bahwa dia tidak memperhatikan hal selain ibadah, maka hal itu tercapai atau tidak tercapai, telah mengindikasikan bahwa yang lebih dominan padanya adalah niat untuk beribadah, demikian pula sebaliknya.

Yang jelas perkara yang merupakan ucapan hati amatlah serius dan begitu urgen sekali. Indikasinya, bisa hadi hal itu dapat membuat seorang hamba mencapai tangga ash-Shiddiqin, dan sebaliknya bisa pula mengembalikannya ke derajat yang paling bawah sekali.

Sebagian ulama Salaf berkata, “Tidak pernah diriku berjuang melawan sesuatu melebihi perjuangannya melawan (perbuatan) ikhlas”

Kita memohon kepada Allah untuk kami dan anda semua agar dianugrahi niat yang ikhlas dan lurus di dalam beramal.

sumber :
1.Kumpulan Fatwa dan Risalah dari Syaikh Ibnu Utsaimin, juz 1, hal. 98-100
2. [Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masail Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Albalad Al-Haram, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid Al-Juraisiy, Penerjemah Musthofa Aini, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note.
[1]. Shahih Muslim, kitab Az-Zuhd (2985)
[2]. Sunan Abu Daud kitab Al-Jihad (2516), Musnad Ahmad, Juz II, hal. 290, 366 tetapi di dalam sanadnya terdapat Yazid bin Mukriz, seorang yang tidak diketahui identitasnya (majhul) ; lihat juga anotasi dari Syaikh Ahmad Syakir terhadap Musnad Ahmad no. 7887
[3]. Shahih Al-Bukhari, kitab Bad’u Al-Wahyi (1), Shahih Muslim, kitab Al-Imarah (1907


Minggu, 22 Maret 2009

Tips menghemat AC

Penggunaan penyejuk ruangan atau AC (Air Conditioner) di rumah tangga sudah merupakan kebutuhan ‘primer’ bagi sebagian masyarakat . Apalagi negeri kita terletak di daerah dengan suhu udara tropis yang panas dan lembab. Selain menjamin kenyamanan, AC bahkan diklaim pula dapat berfungsi pula sebagai pembersih udara di rumah.
Namun, dengan kebutuhan daya listrik yang cukup besar, pengetahuan tentang AC yang tidak mencukupi justru akan menambah tagihan listrik yang lumayan tinggi di akhir bulan. Malah bisa lebih ruwet ketika kita harus bolak-balik menservice AC di rumah karena sering ngadat. Kalau sudah begini, bukan kenyamanan yang kita dapatkan, tapi justru tambah masalah.

Memperhatikan cuaca di kota-kota besar maupun kecil, bahkan di pegunungan yang cenderung semakin panas, keberadaan AC dalam suatu ruangan menjadi hal yang makin penting. Bahkan seringkali AC digunakan selama seharian penuh. Selain kebutuhan penggunaan AC hemat energy, sebaiknya anda juga menggunakan AC secara bijaksana dan tepat. Apalagi perangkat AC banyak menyedot energi listrik.
Dibawah ini beberapa kiat penggunaan AC secara bijak dan ekonomis, berdasar pengalaman Togar R Lumbantoran, manager AC produk Panasonic.


  1. Mengatur temperature suhu AC dalam batas wajar. Biasanya seelah seharian kepanasan diluar. Ada beberapa diantara kita ingin cepat-cepat merasakan kesejukan AC didalam ruangan, sehingga terus mengatur temperature diangka 18derajad celcius. Apalagi diluar temperature mencapai diatas 30 derajad celcius.
    Menurunkan angka menjadi 18 derajad celcius bukanlah hal yang bijaksana. Karena ini justru tidak menjadikan kinerja AC maksimal. Idealna anda dapat mengatur temperature AC pada angka 25 derajat celcius.

  2. Mengatur temperature suhu AC yang tepat dapat membantu menghemat energi listrik, yang akhirnya menghemat biaya beban listrik. Sebaiknya anda tahu, perubahan temperatur suhu AC 1 (satu) derajad saja maka dapat mempengaruhi pemakaian listrik hingga 10%. JAdi bila anda menaikkan suhu AC 1 derajad, maka anda menghemat pemakaian listrik sebesar hingga 10%.

  3. Membersihkan filter AC secara teratur. Salah satu faktor penyebab AC tidak terasa dingin adalah karena adanya kotoran dalam filter yang menghambat aliran udara.
    Umumnya kita punya inisiatif untuk terus mengganti Freon AC. Padahal belum tentu. Anda sebaiknya membesihkan filter AC anda secara berkala dua minggu sekali.

  4. Melakukan service pemeliharaan peralatan AC secara rutin. Sehingga menjadikan AC anda bekerja secara optimal.

  5. Bila perlu anda menggunakan perangkat AC yang dilengkapi dengan converter. Fungsi converter adalah pengatur beban listrik. Dimana pada saat suhu di ruangan sudah mencapai suhu yang kita inginkan, AC akan mengurangi sendiri secara otomatis beban pendinginan yang diberikan, dengan tetap beroperasi. AC konvensional yang tidak dilengkapi dengan converter. Masih menggunakan sistem kontrol on-off, artinya ia akan berhenti beroperasi pada saat suhu sudah tercapai, dan beroperasi kembali saat suhu sudah naik ke titik tertentu. Perlua anda ketahui , AC membutuhkan daya listrik terbesar pada saat start. Jadi, bila AC kita sering on dan off maka listrik yang dibutuhkan pun akan lebih besar.

Namun harus kita ketahui juga bahwa , secara umum cara kerja mesin penyejuk ruangan atau AC adalah berdasarkan prinsip perputaran energi. Perangkat AC disamping menghasilkan uadara dingin, tuntu juga menhasilkan panas. Mari coba kita rasakan hawa yang keluar dari mesin AC di luar rumah, terasa panas khan?

Dan sebenarnya AC itu “membuang” panas untuk menghasilkan hawa “dingin”, Mesin Pendingin itu ternyata justru menghasilkan “panas” 3 kali lebih banyak diruangan lain disampingi “dingin” yang ditimbulkan untuk menyegarkan suatu ruangan.


Allahu a’lam
Sumber : Kompas 180309.


Selasa, 17 Maret 2009

Investasi

Apapun yang kita lakukan, apapun yang kita kerjakan semuanya itu adalah untuk kepentingan kita sendiri. Setiap bantuan yang kita berikan kepada orang lain, pasti akan kembali kepada kita. Ketika anda membantu orang lain, maka sebenarnya anda membantu diri anda sendiri dimasa depan.

Siapapun yang menolong saudaranya (orang lain) dikala kesulitan, maka Allah akan menolong orang tersebut. Kondisi ini seharunya membukan pikiran kita untuk jangan ragu berbuat kebaikan, tidak ragu bersedekah. Karena semua itu pada hakekatnya adalah investasi kita. Investasi yang pasti akan kembali ke kita sendiri.

Saudaraku, seorang hamba yang tidak suka memberi, bisa jadi adalah orang yang senantiasa dihantui takut miskin. Dan inilah orang yang miskin dalam arti sebenarnya. Ketika anda memberi suatu kebaikan, sesungguhnya anda sedang menanam investasi yang suatu ketika akan anda petik hasil yang luar biasa. Kala anda memberikan emosi positif kepada lingkungan sekitar, maka energy itu tak akan pernah hilang. Ia pasti kembali ke anda.

Memang kita sering tergoda , bahkan berharap bahwa bagaimana agar kita bisa men-dapatkan imbalan yang langsung dari orang yang kita bantu. Ini suatu kesalahan. Dengan melakukan hal demikian, kita sebenarnya justru membuat bantuan kita itu menjadi tiada bernilai. Kita tidak tulus , tidak ikhlash.

Salah satu bentuk menolong orang lain, adalah sedekah. Dalam sedekah , kita bisa menyaksikan bahwa hukum alam benar-benar berlaku. Dalam tingkat kuantum , semua yang terjadi sebenarnya melakukan sesuatu pada akkhirnya hanya (kembali lagi) untuk dirinya sendiri.

Ketika anda memberi kepada orang lain (entah sedekah, bantuan atau apa saja yang bermanfaat dalam kebaikan) pada hakikatnya anda sedang bersedekah kepada diri anda sendiri. Dan karena , setiap niat sedekah yang ikhlash berdaya energy kuantum yang dasyat, maka sebagaimana dikisahkan dalam the power of giving.
Ketika anda memberi dengan ikhlas maka justru anda sendirilah yang akan menerima kembali dalam jumlah berlipat ganda.

Dan luar biasanya, karena ini adalah hukum alam, anda tidak harus percaya pada kenyataan ini. Sebagaimana anda mungkin tidak mempercayai hukum gravitasi. Namun itu benar-benar ada dan terjadi. Sebagaimana hukum memberi = menerima. Lakukanlah saja bentuan anda kepada orang lain apapun bentuknya dengan penuh syukur tanpa merasa ada milik anda yang berkurang, dan anda akan menyaksikan keajaiban terjadi dalam hidup anda.

Keajaiban bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan hukum alam. Tetapi sesuatu yang bertentangan dengan pemahaman kita tentang hukum alam itu.

Allahu a’lam
sumber : erbe sentanu



Minggu, 15 Maret 2009

Hidup penuh ujian

Firman Allah , yang artinya ,” Apakah manusia mengira akan dibiarkan begitu saja mengatakan,’ Kami telah beriman, sedang mereka tidak akan diuji?’” (Qs. Al-‘ankabut : 2).
Saudaraku kehidupan ini adalah ujian. Ya selama itulah kita diuji. Dan inilah esensi kehidupan yang sebenarnya.
Tidak jarang kita menyalahkan kesialan , musibah bahkan menyalahkan Tuhan. Kita bisa saja goyah dan ini bisa meruntuhkan bangunan tauhid kita.

Kita harus menyadari bahwa hidup adalah kumpulan masalah. Siapapun kita, setinggi apapaun jabatannya, kapanpun pasti akan menemui masalah. Semakin tinggi status , jabatan , maka semakin banyak pula masalah yang dihadapi.Semakin tinggi tingkatan sekolah, maka semakin tinggi kadar ujiannya.
Kita juga menyadari bahwa kehidupan adalah teka-teki . Setiap orang pernah mengalami masa-masa sulit. Dan kesulitan setiap orang tentu berbeda . Kesulitan demi kesulitan kadang membikin frustasi , stress, jengkel, marah, tegang dst.

Saudaraku , setiap orang secara adil mendapatkan masalah, hanya kadar dan bentuknya tentu saja berbeda.Masalah adalah hukum Allah.dan masalah (ujian) telah menyatu dalam kehidupan manusia. Namun, yakinlah , bahwa Allah tidak akan memberikan masalah yang tidak sanggup dipikul oleh hambanya. Besarnya masalah yang menimpa setara dengan kemampuan manusianya.

Firman Allah, yang artinya ,” Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala yang diusahakannya dan ia mendapat siksa yang dikerjakannya ,” (Qs. Al-Baqarah : 286).


Yakinlah bahwa Allah menyayangi kita. Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” …..Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan meyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur ,” (Qs. Al-Maidah : 6).

Saudaraku , mari kita kenali ujian-ujian kita :

a. Ujian Perintah Allah,


seperti menegakkan shalat, zakat, puasa,menegakkan yang hak, kebenaran, perintah jujur, amanah , dan tentu masih banyak lagi.
Sebagaimana firman Allah , yang artinya ,” Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, serta membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah ,” (Qs.Al-Layl : 5-7).


Firman Allah, yang artinya ,” Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhan-mua ?” Mereka menjawab ,’kebaikan’. Orang-orang yang berbuat baik didunia ini mendapat yang baik. Dan sesungguhnya kampong akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertaqwa (Qs. An-Nahl : 30). Dsb


b. Ujian larangan Allah,


Sebagaimana difirmankan Allah, yang atinya, “… sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu …,” (Qs. Al-An’am : 119)


Firman Allah, yang artinya ,” Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkash syaitan ; karena sesung- guhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu ,” (Qs. Al-Baqarah : 168).


Firman Allah, yang artinya ,” Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu),” (Qs. Al-Maidah : 90-91).


Firman Allah, yang atinya ,” Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk ,” (Qs. Al-Isra : 32).
Dst.


c. Ujian musibah,


Allah menguji kita dengan bermacam-macam musibah , penyakit, alam dst kematian.
Sebagaimana firman Allah, yang artinya,”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan , kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”, (Qs. Al Baqarah : 155) .


Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’: 35). Dsb

d. Ujian nikmat Allah.


Kita sadari kita sering berburuk sangka kepada Allah, bahwa apa yang sedang kita alami adalah sebuah musibah. Padahal hakikatnya adalah sebuah nikmat. Rasulullah pernah mengkhawatirkan umatnya tentang annapan bahwa musibah terberat adalah musibah, padahal bukan itu. Ujian sebenarnya itu adalah berupa nikmat menurut pandangan kita.


Firman Allah, yang artinya ,” Adapun apabila Tuhan mengujinya, lalu dimuliakan-Nya dan diberi kesenangan, maka dia berkata,’Tuhanku memuliakanku’. Adapun bila Tuhan-nya mengujinya, lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata ,’Tuhanku menghinakanku’”, (Qs. Al-Fajr : 15-16). Dsb

e. Ujian keluarga, anak, istri/suami, orangtua,


Kesemuanya ini adalah ujian terbuka dari Allah SWT. Terkadang seorang hamba terjebak dalam dosa padahal maksudnya untuk membahagiakannya.
Firman Allah, yang artinya , “ Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar …”, (Qs. Al anfal : 28).

f. Ujian lingkungan sekitar (tetangga, dst).


Ujian dalam kondisi ini menempatkan pada pilihan , apakah istiqomah atau ikut terpengaruh dalam keburukan.


Firman Allah, yang artiya, “Bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturahim . Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu,” (Qs. An-Nisa : 1).


Firman allah, yang artinya ,” Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing kan satu sama lain. Adakah diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang ,” (Qs. Al Hujarat : 12).


Firman Allah, yang artinya ,” Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah , “ (Qs. Al-Qalam : 10-11) dst.

g. Ujian menghadapi kezaliman.


Sebagiamana difirmankan Allah, ketika Rasulullah sedang menghadapi musuh-musuh Allah dengan rahmat, yang artinya ,” Maka berkat rahmat Allah , engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap kasar dan berhati keras, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu…” (Qs. Ali ‘Imran : 159).dsb

Saudaraku , yakinlah , sebenarnya ujian-ujian itu hendak mengangkat derajat kita. Tanaman akan tumbuh subur jika didalamnya ada proses pemupukan dengan berbagai jenis kotoran. Bukankah terpuji itu karena teruji.

Firman Allah, yang artinya ,” Apakah kamu mengira bahwa kamu masuk syurga, padahal belum datang kepadamu sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya ,’Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah , sesungguhnya pertolongan allah itu amat dekat”. (Qs. Al Baqarah : 214).

Seorang ulama berkata,’orang yang ditakdirkan masuk surga, pasti akan merasakan banyak kesulitan’.

Musibah yang sebenarnya adalah yang menimpa agama seseorang. Sementara musibah-musaibah selain itu merupakan jalan keselamatan baginya. Ada yang berfungsi mengurangi dosa , dan ada yang berfungsi meningkatkan pahala.

Saudaraku, anda tidak sendiri, semua orang pasti mempunyai masalah.


Allahu a’lam
Sumber : fan , tausyiah.online.com


Kamis, 12 Maret 2009

Religion is good medicine

Hamba yang beriman, hendaknya senantiasa berdoa kepada Allah dan menerima apapun yang datang dari-Nya. Dan doa tidak semestinya hanya dilakukan untuk menghilangkan penyakit atau musibah atau kesulitan-kesulitan hidup kita.
Dalam keadaan sehat walafiat, atau tanpa cobaan atau kesulitan lain, seorang hamba wajib berdoa dan bersyukur kepada Allah atas segala kenikmatan, kesehatan dan seluruh karunia yang telah Dia berikan.
Hal menarik ini diulas dalam jurnal berjudul “God and health : Is religion good medicine ? Why science is starting to believe “ yang dimuat di majalah Newsweek 2003.
Kenyataan akan manfaat doa yang diwahyukan dalam banyak ayat di Al-Qur’an yang makin lama makin diakui kebenarannya secara ilmiah, sekali lagi makin mengungkapkan akan kebenaran Al-Qur’an sebagai kalam Illahi.

Firman Allah, yang artinya ,” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran “,(Qs. Al-Baqarah : 186).

Juga, firman Allah, yang artinya ,” Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menuombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina “, (Qs. Al-Mu’min : 60).

Didalam Al-Qur’an, makna doa dapat diartikan sebagai ‘seruan, menyampaikan ungkapan, permintaan , permohonan, pertolongan’. Dimana merupakan perbuatan / permohonan seorang hamba dengan tulus ikhlas kepada Allah, dan memohon pertolongan dari-Nya, Yang Mahakuasa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dengan kesadaran bahwa dirinya adalah wujud yang memiliki ketergantunga.

Bisa kita contohkan seorang hamba yang sedang menderita sakit. Penyakit adalah contoh kongkrit dimana seorang hamba paling merasakan ketergantunga ini dan lebih mendekatkan dirinya kepada Allah.
Saudaraku penyakit adalah sebuah ujian, yang direncanakan menurut hikmah Allah, yang terjadi dengan kehendak-Nyadan juga sebagai peringatan bagi manusia akan kefanaan, kehinaan dan ketidaksempurnaan kehidupan ini. Dan juga sebagai sumber investasi pahala atas kesabaran dan ketaatan karenanya.

Sungguh, merugi bagi seorang hamba yang tidak beriman. Seringkali mereka lebih meyakini bahwa jalan kesembuhan adalah memalui teknologi kedokteran atau ilmu pengetahuan saja. Mereka lupa bahwa untuk merenungkan bahwa Allah – lah yang menyebabkan keseluruhan perangkat tubuh untuk bekerja disaat mereka sedang sehat atau sakit. Dialah Allah, tiada tuhan melainkan Dia, yang menciptakan obat yang membantu penyembuhan dan menciptakan para dokter ketika mereka sakit.

Banyak kejadian, dimana seorang hamba hanya kembali menghadap Allah disaat menyadari bahwa teknologi, dokter dan obat-obatan tidak memiliki kesanggupan. Orang-orang yangberada dalam keadaan ini memohon pertolongan hanya kepada Allah, setelah disadari bahwa hanya Allah yang dapat membebaskan mereka dari kesulitan.

Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya, yang artinya ,” Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepda Kami dalam keadaan berbaring, duduk dan berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan” . (Qs. Yunus : 12).

Saudaraku, salah satu sisi paling penting dalam berdoa. Bahwa disamping berdoa dengan lisan menggunakan suara dan hati, factor penting lainnya bagi seorang hamba adalah melakukan segala upaya untuk berdoa melalui perilakunya.

Bagaimana maksudnya ?

Berdoa dengan perilaku , mempunyai makna, melakukan sesuatu yang mungkin untuk mencapai maksud tujuannya. Misalnya, disamping berdoa lisan (hati), tentunya seorang hamba juga berobat ke dokter dan memanfaatkan teknologi kesehatan lainnya.

Hal ini yang dimaksudkan dengan sunatullah, Allah mengaitkan segala sesuatu yang terjadi pada sebab-sebab tertentu. Sehingga, seorang hamba harus melakukan segala hal dalam kerangka sebab-sebab ini, sembari tentu saja berharap hasilnya dari Allah, dengan memohon, dengan kerendahan diri, berserah diri, bersabar dan bersyukur. Serta harus meyakini bahwa hanya Dia-lah yang menentukan hasilnya.

Lalu apa hubungan dan pengaruh dari keimanan dan doa dengan sakit?

Sebuah editorial, berjudul “God and health : Is religion good medicine ? Why science is starting to believe “ yang dimuat dalam majalah Newsweek 10112003. Jurnal ini mengangkat ulasan peneiltian tentang pengaruh agama dalampenyembuhan penyakit dalam bahasan utamanya. Adakah pengaruh menguntungkan dari keimanan dan doa bagi orang sakit ? dan bagaimanakah hal ini dapat mempercepat penyembuhan?
Majalah ini melaporkan bahwa keimanan kepada Tuhan meningkatkan harapan pasien dan membantu pemulihan mereka dengan jauh lebih cepat dan mudah. Penelitian di USA, menyatakan 72% masyarakatnya percaya bahwa berdoa dapat meyembuhkan seseorang dan membantu kesembuhan. Penelitian juga dilakukan di Inggris dengan hasil yang meyakinkan.

Penelitian di Universitas Michigan, bahwa depresi dan stress teramati pada orang-orang yang taat beragama dengan tingkat yang rendah.
Penelitian di Universitas Chicago, menyatakan bahwa tingkat kematian dikalangan orang-orang yang beribadah dan berdoa seara teratur adalah sekitar 25% lebih rendah dibanding yang tidak punya keyakinan beragama.

Al-qur’an juga mengajarkan contoh contoh berdoa, sebagaimana Firman Allah, yang artinya ,” Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhan-nya : “(Ya Tuhan-ku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang”. Maka Kami-pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepdanya, dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadai peringatan bagi semua yang menyembah Allah “. (Qs. Al-Anbiyaa’ : 83-84).

Firman Allah, yang artinya ,” Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan sangat gelap : “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman “. (Qs. Al-Anbiyaa’ : 87-88).

Firman Allah, yang artinya ,” Dan (ingatlah kisah) Zakaria, taktala ia menyeru Tuhan-nya :”Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik “. Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepdanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami “. (Qs. Al-Anbiyaa’ : 89-90).

Saudaraku , Allah akan senang bila kita sebagai hamba ingat kepada-Nya dalam semua kondisi baik senang maupun susah. Allah pasti akan membantu dan memberikan lebih banyak rahmat dan rezki. Dan yang terpenting bagi kita adalah menjadi hamba yang selalu ingat kepada Allah dikala senang dan dikala susah.

Sebagaimana diajarkan Rasulullah dalam sabdanya, yang artinya ,” Ya Allah , aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam segala urusan dan aku memohon kepada-Mu sikap lurus dan terpimpin. Dan aku memohon kepada-Mu agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu serta berbakti kepada-Mu dengan sebaik-baiknya. Aku memohon kepada-Mu lisan yang benar, hati yang bersih. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa-apa yang Engkau ketahui dan aku memohon kepada-Mu dari kebaikan apa-apa yang Engkau ketahui dan aku memohon ampunan dari apa-apa yang Engkau ketahui, karena sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Mengetahui hal-hal yang gaib”. (Hr Turmudzi).

Allahu a’lam

Sumber : harunyahya.com , bam, majalah yatim


Rabu, 11 Maret 2009

Memberi pinjaman kepada Allah.

Memberi pinjaman atau pitang kepada Allah ? bagaimana caranya ? Kita tentulah sering mendengar istlah shodaqoh. Dalam firman Allah yang artinya ,” Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat-gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (Qs. Al-Baqarah : 45).

Dalam ayat ini Allah SWT mengistilahkan shodaqoh sebagai pinjaman. Ini memberi pengertian bahwa uang yang dikeluarkan untuk shodaqoh itu sesungguhnya tidak hilang, tetapi disimpan dalam catatan Allah, yang nanti akan dikembalikan dalam berlipat ganda. Benarlah adanya, karena berstatus sebagai pinjaman, maka sedekah (shodaqoh) akan mendapat penggantian yang berlipat-lipat hingga 700 kali dari harta yang kita sedekah-kan.

Kekuatan sedekah dalam Al-Qur’an dan Hadits


  1. Sedekah mengantarkan ke surga. Firman Allah, yang artinya ,” Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala disisi Tuhan-nya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati ”. (Qs. Al-Baqarah : 274). Yang dimaksud dengan pahala disisi- Nya adalah surga.

  2. Sedekah yang dikeluarkan dijalan Allah, akan dilipatgandakan hingga 700 kali lipat. Friman Allah SWT, yang artinya ,” Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir padi yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui “. (qs. Al-Baqarah : 261). Menafkahkan harta dijalan Allah ini meliputi semua aktifitas demi kebaikan agama Allah.

  3. Sedekah termasuk sifat orang yang taqwa. Firman Allah SWT, yang artinya ,” Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan ) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Qs. Ali Imran : 133-134).

  4. Harta yang disedekahkan, akan diganti oleh Allah. Firman Allah, yang artinya ,”Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya”. (Qs. Saba’ : 39).

  5. Sedekah yang paling utama ialah saat harta masih dibutuhkan. Sebagaimana hadits riwayat Abu Hurairah , bahwa “ Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW :’Ya Rasulullah, shodaqoh apakah yang paling utma ?’ . Beliau bersabda, ” (Shodaqoh yang ketika) engkau bershodaqoh itu dalam keadaan sehat lagi masih sayang (kepada apa yang engkau sedekahkan itu), dimana engkau dalam keadaan khawatir jatuh miskin dan sedang memikirkan kekayaan. Janganlah engkau menunda-nunda (bersedekah) hingga ruh telah sampai di tenggorokan (sekarat) lalu engkau berwasiat : ini untuk si fulan sekian dan untuk si fulan sekian, padahal (pada saat itu hartamu) sudah pindah hak kepada fulan (ahli waris).” (Hr Bukhari no. 2543).

  6. Sedekah dengan maksud untuk melapangkan hidup orang mukmin didunia, kelak di akhirat akan dilapangkan oleh Allah. Dari riwayat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya ,” Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari salah satu kesusahan dunia, maka Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan-kesusahan hari kiamat, dan barang siapa meringankan penderitaan seseorang, maka Allah akan meringankan penderitaanya didunia maupun akhirat, dan barang siapa menutupi (cacat) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (cacatnya) didunia dan akhirat, dan Allah akan selalu memberi pertolongan kepada seseorang selama orang tersebut suka membantu saudaranya..”. (Hr Muslim no. 4687).

  7. Harta untuk sedekah tidak akan berkurang, bahkan akan ditambah oleh Allah. Rasulullah SAW pernah bersabda, yang artinya ,” Harta itu tidak akan berkurang karena di-shodaqoh-kan, Allah tidak akan menambah seorang hamba yang suka memaafkan kecuali kemuliaan, dan tidaklah seorang itu berlaku tawadhuk karena Allah kecuali Allah akan meninggikan derajatnya .”. (Hr. Muslim).

  8. Orang yang bersedekah dengan ikhlash akan mendapat naungan pada hari kiamat di padang mahsyar. Rasulullah SAW pernah bersabda, yang artinya,” Ada tujuh golongan yang nanti pada hari kiamat akan mendapat naungan dari Allah disaat itu tidak ada naungan kecuali hanya naungann-Nya, yaitu :a. Imam/ pemimpin yang adil. b. Pemuda yang rajin beribadah kepada Allah, c. Seseorang yang hatinya tertambat di masjid. d. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah. e. Seorang lelaki yang diajak berzina seorang wanita yang mempunyai jabatan dan cantik, lalu ia menjawab ,’sesungguhnya aku takut kepda Allah’. f. Orang yang bersedekah kemudian merahasiakannya, sampai-sampai (ibarat) tangan kirinnya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan g. Seorang yang selalu ingat (berzikir) kepada Allah di waktu sendirian, hingga berlinangan air matanya,” (Hr. Bukhari no. 1334).

Begitu indahnya nya sedekah. Semoga kita dijadikan Allah termasuk orang yang gemar bersedekah.

Allahu a’lam bi shawab

Sumber kutipan : Muzakki



Bayangan Pikiran.

Bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang mengenai diri sendiri, juga bayangan pikiran mengenai apa yang akan dilakukan, memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan pribadi.
Sebagaimana dinyatakan James Allen bahwa segala sesuatu yang dilakukan seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang ada dalam pikirannya. Seseorang dapat bangkit dengan dua kakinya dan beraktivitas. Hal ini karena faktor pikirannya. Begitu pula seseorang bisa sakit atau sembuh karena faktor pikirannya.
Pikiran yang baik menghasilkan buah yang baik, pikiran yang buruk menghasilkan buah yang buruk, dan manusia adalah penanam benih yang baik untuk dirinya sendiri.

Sehingga jelaslah bahwa kehidupan kita mengikuti pikiran kita. Terkadang kita berada dalam kehidupan yang serba menyenangkan . Anad dapat meluruskan pikiran anda dengan cara yang akan memberi anda kebahagiaan, serta menjadikannya mampu mengatasi kecemasan dan kesusahan.


Bagaimanakah mengubah bencana menjadi kebaikan ? Bagaimana mengubah cobaan berat menjadi sebuah karunia ?

Hal ini bisa dikarenakan , kita telah membentuk pikiran dengan cara yang benar, suatu cara yang memberikannya suatu kebahagiaan dan bukan kesedihan.
Sungguh dalam jiwa manusia , terdapat suatu kandungan yang isinya hanya diketahui oleh Allah SWT. Jiwa juga memiliki kapasitas tertentu diluar jangkauan manusia. Aspek kejiwaan ternyata turut berperan dalam bebearapa penyakit yang menimpa fisik tubuh, baik dari aspek sebab atau akibat.

Ada penyakit yang menimpa fisik tubuh yang disebabkan aspek kejiwaan. Namun penyakit yang bukan berasal dari faktor kejiwaan, dapat pula disembuhkan secara kejiwaan.

Seringkali kita sendirilah yang membuat rasa cemas terjadi pada diri kita . Juga kita sendiri yang memilih terjadinya kesusahan dan kesedihan. Bahkan lebih dari itu, mungkin ada diantara kita yang menyiksa diri dengan penyakit hati pada diri kita sendiri. Penyakit akibat adanya kerusakan pikiran kita dan akibat sedikitnya iman kita kepada Allah SWT.

Mengapa kita menyiksa diri kita sendiri dan mengapa kita biarkan kesusahan dan kesedihan menguasai diri kita. Marilah memohon ampun kepada allah, sehingga perasaaan dan jiwa menjadi tenang dan tentram, terjauh dari rasa cemas, kesusahan, dan kesedihan. Ya Allah , kami berlindung kepada-Mu dari sifati iri.

Dari hadits riwayat Hr Muslim, Rasulullah bersabda , “ Bersungguh-sungguhlah pada hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah serta jangan merasa lemah. Bila kamu ditimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan “ Seandainya (tempo hari) aku melakukan ini, niscaya begini-begini “. Katakanlah “ Allah telah menakdirkan dan apa yang Allah kehendaki maka itu terjadi. “ Sesungguhnya kata seandainya akan membuka pintu perbuatan setan”.

Tidak menyesali masa lalu bukan berarti seseorang tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu yang bermanfaat baginya. Maksud hadits Rasulullah ini adalah membimbing seseorang muslim agar bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu yang bermanfaat baginya lalu agar meminta pertolongan Allah dalam hal ini. Hadits ini juga menjelaskan pula bahwa barang siapa meminta pertolongan allah, maka ia selamanya tidak akan menjadi lemah.
Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka.(Alexander Graham Bell)

Kita berusaha agar menjadi sosok muslim yang ridha dengan ketentuan dan takdir dari Allah SWT. Jika terjadi sesuatu yang tidak kita sukai, katakanlah ,” Semuanya telah menjadi takdir allah, apa yang allah kehendaki pasti terjadi”.

Sumber : dari berbagai sumber ,



terapi Riya'

Telah kita ketahui, bahwa ikhlas berarti memurnikan sesuatu dari kotoran yang mencemarinya. Apabila pemurnian itu tidak dilakukan, maka musnahlah keikhlasan.
Seseorang yang melaksanakan suatu perbuatan kebaikan dan didorong untuk mencari wajah Allah, maka amalannya adalah amalan yang ikhlas. Namun , seringkali apabila keikhlasan dalam amalnya tercemari kotoran seperti riya' dan di dalam hati yang tersembunyi keinginan mencari sanjungan makhluk atau terhadap sesuatu yang ingin dimiliki (harta, kedudukan) , maka amalannya masih belum murni.

Saudaraku , Islam mencela riya' dan membenci pelakunya. Allah ta 'ala berfirman,yang artinya "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna". (QS. Al-Maa'uun : 4-7].

Allah juga mengabarkan bahwa riya' merupakan salah satu sifat orang yang telah jatuh dalam jurang ke-munafik-an,

Firman Allah, yang artinya "..dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebutAllah kecuali sedikitsekali" (QS. An-Nisaa' : 142].

Riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, yang artinya "Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), "Akulah Rabb yang tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa mengerjakan amalan, kemudian dia menyekutukan Aku dengan yang lain dalam amalan itu, maka Aku tinggalkan dia dan amalan syiriknya tersebut".

Saudaraku , ketika kita diuji dengan penyakit hati yang membahayakan ini, maka harus berusaha keras untuk mengobatinya dan diantara terapi penyakit ini adalah, berupaya :

1. zuhud terhadap sanjungan dan pujian dari manusia
2. membiasakan diri untuk menyembunyikan amal

Ibnul Qayyim telah menjelaskan Al Fawaaid hal. 148, beliau berkata,
"Keikhlasan dan keinginan untuk mendapatkan sanjungan dan pujian manusia tidak akan bisa terkumpul dalam hati sebagaimana api dan air yang mustahil untuk bersatu.
Apabila jiwa membisikkan untuk berlaku ikhlas, maka hendaknya yang pertama kali di lakukan adalah menghancurkan ketamakan terhadap segala apa yang dimiliki manusia, kemudian hadapkanlah diri kepada sanjungan dan pujian, dan zuhudlah dari keduanya. Apabila kita telah melakukannya dengan benar, maka akan mudah untuk berlaku ikhlas.
Jika engkau mengatakan, "Apakah yang dapat memudahkanku agar mampu menyembelih ketamakan terhadap kekayaan yang dimiliki manusia serta zuhud terhadap sanjungan dan pujian mereka?".

Maka aku jawab, "Menyembelih ketamakan akan mudah engkau lakukan jika engkau mengetahui secara yakin bahwa hanya di tangan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi, tidak ada seorang pun yang menguasai dan mengaturnya selain Dia, serta tidak seorang pun selain-Nya yang mampu memberikan hal tersebut kepada para hamba-Nya.

Sedangkan zuhud terhadap sanjungan dan pujian manusia akan mudah dilakukan, jika engkau mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang pujiannya paling baik dan celaannya sangat ditakuti dan dijauhi melainkan Allah semata, sebagaimana yang dikatakan oleh seorang Arab Badui, "Sesungguhnya pujiankulah yang paling baik dan manusia takut akan celaanku ",
maka Rasulullah saw bersabda , "Sesungguhnya yang lebih layak untuk hal itu adalah Allah 'Azza wa Jalla".

Zuhudlah engkau dari seseorang yang celaan dan pujiannya tidaklah bermanfaat dan membahayakan dirimu, dan carilah pujian dari Dzat yang seluruh kebaikan akan terkumpul dalam pujian-Nya dan seluruh kejelekan akan terkumpul pada orang yang dicela-Nya.

Yang patut diperhatikan pula hendaknya melakukan semua hal di atas dengan penuh kesabaran dan keyakinan, karena kita tidak akan mampu menempuhnya tanpa diiringi kedua hal tersebut.

Allah Ta'ala berfirman, yang artinya ,”Dan bersabarlah kamu, Sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ay at-ay at Allah) itu menggelisahkan kamu" (Qs. Ar-Ruum : 60].

Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman, yang artinya , "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami" (Qs. As-Sajdah : 24].

Rasulullah saw memerintahkan untuk menyembunyikan ibadah untuk membentengi dari sifat riya', sebagaimana hadits yang menceritakan 7 golongan yang akan dinaungi Allah di hari kiamat kelak, dalam hadits tersebut disebutkan tentang seseorang yang bersedekah
dengan sembunyi-sembunyi hingga seorang pun tidak ada yang mengetahuinya dan juga seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan yang sunyi kemudian mengucurlah air matanya (Muttafaqun 'alaihi).

Saudaraku,amal ibadah menjadi tercela jika ditujukan untuk memperoleh pujian manusia dan mempunyai makud tamak terhadap harta mereka.
Namun, jika seseorang melakukan amal ibadah dengan niat ikhlas kepada Allah. Dan semoga kita selalu mendapat karuni dan hidayay Allah untuk dapat beramal dengan ikhlas dan karena cinta kepada Allah Ta'ala.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hal itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mukmin" (HR. Muslim dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu).

sumber kutipan : Syaikh Abdul Musin Al ‘bbad al Badr, http://www. Wahonot.wordpress.com


Senin, 09 Maret 2009

Jangan Pesimis

Thiyarah (merasa sial) . Ath-Thiyarah secara bahasa berarti at-tasya'um yaitu beranggapan akan datangnya kesialan. At-Tasya'um dinamakan thiyarah (merasa sial) , diceritakan orang Arab Jahiliyah dulu bila di antara mereka keluar untuk tujuan tertentu, maka mereka mencari seekor burung dan melepaskannya. Jika burung tersebut terbang ke arah kanan, maka mereka berharap kebaikan darinya dan melanjutkan perjalanannya. Atau sebaliknya.

Islam melarang melakukan seperti ini dan mencela pelakunya. Islam mengembalikan segala permasalahan kepada sunnatullah (ketentuan-ketentuan Allah subhaanahu wata'ala) yang pasti dan kepada kekuasaanNya yang mutlak.
Lawan dari tathayyur adalah tafa'ul yaitu merasa optimis dengan mendengar kalimat yang baik. Hal ini mencakup juga semua perkataan atau perbuatan yang menggembirakan.


Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Adapun syariat mengkhususkan thiyarah dengan sesuatu yang jelek dan tafa'ul untuk sesuatu yang menggembirakan dengan syarat dia tidak bermaksud melakukan itu, sehingga menjadi thiyarah." (Fathul Bari, 10/215).

Rasulullah saw senantiasa optimis dan tidak pernah merasa sial. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ahmad Syakir).
Rasulullah saw apabila keluar dari rumahnya, beliau senang untuk mendengar kalimat,

يَا رَاشِدُ يَا نَجِيْحُ .

"Wahai orang yang cerdas, wahai orang yang sukses." (HR. at-Tirmidzi dan beliau menshahihkannya).

Perasaan sial (tathayyur) sudah ada semenjak dulu pada sejumlah umat. Allah Subhaanahu Wata'ala memberitahukan kepada kita bahwa Fir'aun dan kaumnya merasa sial dengan Musa as dan pengikutnya. Allah berfirman,

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ


"Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata:"Ini adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui". (Qs .Al-A'raf: 131)

Sebelum itu kaum Nabi Shalih as juga merasa sial, Allah subhaanahu wata'ala berfirman,

قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ

"Mereka menjawab:"Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu". Shaleh berkata:"Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji". (Qs. An-Naml: 47)

Begitu juga penduduk sebuah kampung yang merasa sial dengan utusan Allah subhaanahu wata'ala yang datang kepada mereka, sebagaimana firman Allah subhaanahu wata'ala,

قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ

"Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu." (Qs. Yasin: 18)

Adapun jawaban kepada mereka semua adalah bahwa apa yang mereka dapatkan berupa keburukan atau hukuman yang diturunkan kepadanya, semua itu karena ulah mereka sendiri yang ingkar dan sombong,
Allah subhaanahu wata'ala berfirman,

إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

"Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui". (Qs. Al-A'raf: 131)

Ketiga utusan Allah Subhaanahu Wata'ala yang dikirim ke penduduk kampung berkata

طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ

"Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu mengancam kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas." (Qs. Yasin: 19)

Hingga kini diantara kita masih banyak yang bertathayyur. Perasaan sial (tathayyur) bisa menghapus rasa tawakkal kepada Allah SWT . Kalau tidak demikian, maka apa hubungan antara seekor burung dengan masa depan dan takdir manusia?

Contoh lain , dikisahkan orang-orang Rafidah (salah satu sekte syi'ah) membenci angka 10. Hingga tidak membolehkan membangun bangunan dengan 10 tiang atau dengan 10 penyangga dan lain-nya. Hal ini disebabkan karena kebencian mereka kepada sahabat-sahabat terbaik yang berjumlah 10 orang dan sudah disaksikan sebagai penghuni surga." (Minhajus Sunnah, Ibnu Taimiyah, 1/10).

Banyak orang merasa sial dengan nomor 13. Yang lainnya merasa sial dengan mendengar suara burung hantu dan burung gagak.

Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin berkata, "Seseorang apabila membuka pada dirinya perasaan sial, maka dia akan merasakan dunia yang sempit. Mereka selalu membayangkan bahwa setiap sesuatu itu akan membawa sial. Sehingga ada salah seorang yang apabila di waktu pagi keluar dari rumahnya kemudian bertemu dengan seorang yang matanya buta sebelah, maka dia merasa sial dan berkata, 'hari ini adalah hari yang jelek', dan ia segera menutup tokonya. Dia tidak melakukan jual beli pada hari itu –na’udzu billah-."

tathayyur (perasaan sial) hukumnya haram dan bisa merusak tauhid. Rasulullah saw telah menafikan pengaruhnya, menjadikannya sebagai perbuatan syirik serta memberitahukan bahwa dia tidak akan mendatangkan sesuatu kepada orang muslim juga beliau menganggapnya sebagai jibt (sihir).

[1].Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menafikan pengaruhnya, sebagaimana sabda beliau,

لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَهَامَةَ وَلاَ صَفَرَ .

"Tidak ada adwa, thiyarah, hammah dan shafar." (HR. al-Bukhari, 10/206 dan Muslim, no. 2220).

Adwa: Penjangkitan atau penularan penyakit. Maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di sini ialah untuk menolak aggapan mereka ketika masih hidup di zaman Jahiliyah bahwa penyakit berjangkit atau menular dengan sendirinya, tanpa kehendak dan takdir Allah subhanahu wata’ala. Anggapan inilah yang ditolak oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bukan keberadaan dan penularannya, sebab dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menjauh dari orang yang terkena penyakit kusta (lepra) sebagaimana menjauh dari singa (HR. al-Bukhari), -pent.

[2].Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjadikan thiyarah sebagai perbuatan syirik. Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ.

"Thiyarah (kesialan) adalah syirik, thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik." (HR. Abu Daud, no. 3910 di kitab al-Thibb, at-Tirmidzi, no. 1614 di dalam kitab al-Siyar dan berkata, "Hadits Hasan Shahih”).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu,

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ عَنْ حَاجَتِهِ فَقَدْ أَشْرَكَ.

"Barangsiapa yang diurungkan dari hajatnya karena thiyarah (kesialan) maka dia telah melakukan kesyirikan." (HR. Ahmad, 2/220, Ibnu as-Sunni, no. 287 dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, no. 1065).
Thiyarah dianggap syirik karena keyakinan mereka bahwa ia bisa mendatangkan manfaat atau menolak mudharat. Mereka seakan-akan menjadikannya sebagai sekutu Allah subhaanahu wata'ala.
Keyakinan seperti ini bertentangan dengan firman Allah subhaanahu wata'ala,

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

"Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Yunus: 107)

Dialah Allah subhaanahu wata'alayang memberi karunia dan menimpakan kemudharatan. Adapun seekor burung, maka ia tidak mengetahui sesuatu yang ghaib dan sedikit pun tidak bisa memberitahukan atas sesuatu yang tersembunyi. Imam Ibnul Qayyim berkata, "Thiyarah adalah merasa sial dengan sesuatu yang dilihat atau sesuatu yang didengar. Apabila seseorang memanfaatkannya sehingga ia mengurungkan diri dari kepergiannya atau tidak jadi melakukan sesuatu yang dia telah tekadkan sebelumnya, maka dia telah membuka pintu kesyirikan, bahkan telah memasukinya. Dia telah melepaskan diri dari tawakkal kepada Allah Subhaanahu Wata'ala dan membuka dalam dirinya pintu takut dan bergantung kepada selain Allah Subhaanahu Wata'ala.

Perasaan sial dengan apa yang dilihat dan didengar, akan memutuskan dari maqam (tingkatan):

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

"Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (Qs. Al-Fatihah: 5)

Juga firman Allah subhaanahu wata'ala,

فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ

"Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya." (Hud: 123)

Juga firman Allah subhaanahu wata'ala,

عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

"Kepada-Nyalah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali." (Asy-Syura: 10)

Hatinya akan senantiasa bergantung kepada selain Allah subhaanahu wata'ala dalam ibadah dan tawakkal. Ia akan merusak hatinya, imannya dan keadaannya serta akan menjadi sasaran dari panah kesialan, akan menuntunnya menuju pintu keraguan, dikuasai oleh setan yang akan merusak agama dan dunianya. Berapa banyak orang yang binasa karena sebab itu sehingga merugi di dunia dan akhirat."

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, "Apabila seseorang merasa sial dengan apa yang dia lihat dan dia dengar, maka mereka tidak dianggap melakukan syirik yang dapat mengeluarkannya dari agama, namun dia syirik karena dia menjadikannya (perasaan sial) itu sebagai sebab yang tidak pernah dijadikan oleh Allah subhaanahu wata'ala sebagai sebab. Ini dapat melemahkan perasaan tawakkal kepada Allah Subhaanahu Wata'ala dan mengurangi semangat. Dari segi ini, maka ia dianggap syirik. Sebuah kaidah menyebutkan bahwa setiap orang yang bersandar kepada sebab yang syariat tidak pernah menjadikannya sebab, maka dia telah berbuat syirik."

Syirik kepada Allah subhaanahu wata'ala semacam ini, bisa terjadi pada tasyri' (penetapan hukum) apabila sebab tersebut adalah syariat, dan pada takdir apabila sebab tersebut adalah kauni (alami). Tetapi seandainya orang yang merasa sial ini berkeyakinan bahwasanya kesialan dengan sendirinya yang menjadikannya, bukan karena Allah subhaanahu wata'ala, maka dia telah melakukan syirik besar. Karena telah membuatkan untuk Allah subhaanahu wata'ala sekutu dalam penciptaan dan pengadaan." (Al-Qaulul Mufid 'Ala Kitabut Tauhid, 2/93).
[3].Pemberitahuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa at-thathayyur menafikan hakikat Islam dan dikhawatirkan kepada pelakunya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ، أَوْ تَكَهِّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ، أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ، وَمَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَبِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

"Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan atau meminta dilakukan tathayyur, meramal atau minta diramalkan, menyihir atau meminta disihirkan. Barangsiapa mendatangi tukang ramal lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad." [HR. al-Baz-zar. Al-Mundziri berkata, "Sanadnya baik" (Tar-ghib, 4/33). Al-Hafizh Ibnu Hajar juga meng-anggap baik sanadnya (Fathul Bari, 10/213). Ath-Thabrani meriwayatkan awal hadits dengan sanad yang hasan dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahihul Jami'].

Dari Urwah bin Amir al-Qurasyi ia berkata, "Thiyarah disebutkan di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau kemudian bersabda,

أَحْسَنُهَا الْفَأْلُ وَلاَ تَرُدُّ مُسْلِمًا.
"Yang paling baik adalah optimis, Ia tidak akan mengurungkan (niat) seorang muslim." (HR. Abu Daud di ath-Thib, no. 3919. Urwah bukan seorang sahabat. Hadits ini dishahihkan oleh Imam an-Nawawi di dalam kitab Riyadush Shalihin dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam Kitabut Tauhid)

[4].Pemberitahuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwasanya tathayyur termasuk sihir, sebagaimana sabda beliau,

الْعِيَافَةُ وَالطِّيَرَةُ وَالطَّرْقُ مِنَ الْجِبْتِ.
"Iyafah, thiyarah dan thurq termasuk sihir." (HR. Ahmad, 3/477, Abu Daud, no. 3904 dengan sanad jayyid (baik) dan dihasankan oleh Imam an-Nawawi).
(Al-Jibt adalah sihir sebagaimana yang ditafsirkan oleh Umar bin Khattab. Iyyafah: menerbangkan burung dan optimis dengannya. Thurq: Memukul dengan tongkat, atau membuat garis di pasir sebagaimana yang dilakukan oleh tukang tenung untuk mengeluarkan sesuatu yang tersembunyi dan lainnya.)
Hal ini disebabkan karena orang yang melakukan kesialan bersandar kepadanya untuk mengetahui sesuatu yang ghaib sebagaimana yang dilakukan oleh tukang sihir yang bersandar kepada pembalikan hakikat sesuatu dengan sesuatu yang tersembunyi


Dalam menghadapi kesialan manusia dibagi menjadi tiga kelompok:



  1. Pertama, Orang yang merasa sial dan mengikuti konsekwensinya. Mereka tidak urung melakukan sesuatu atau terus melakukannya karena didorong oleh perasaan sialnya. Orang ini telah melakukan sesuatu yang haram dan memasuki salah satu pintu syirik, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

  2. Kedua, Orang yang apabila terjadi sesuatu yang membuat orang lain sial, maka dia tidak bisa mening-galkan sesuatu yang harus dia kerjakan, namun dia tetap bingung dan susah, dia takut dengan pengaruh kesialan. Orang ini lebih baik dari yang pertama karena dia tidak mengikuti perasaan sialnya, namun tersisa dalam dirinya pengaruhnya. Hendaknya dia melanjutkan (pekerjaannya) dengan bertawakkal kepada Allah Subhaanahu Wata'ala dan memasrahkan semua urusannya kepadaNya. Al-Hulaimi berkata, "Jika dia mengetahui bahwasanya Allah subhaanahu wata'ala Yang Maha Mengatur, namun dia khawatir dengan kejahatan, karena pengalaman membuktikan bahwa suara atau keadaannya sudah diketahui akan diikuti dengan kejahatan, jika dirinya tetap berperasangka demikian maka dia telah bersalah. Apabila dia memohon kepada Allah subhaanahu wata'ala kebaikan dan berlindung kepadaNya dari kejelekan dan melanjutkan pekerjaannya dengan bertawakkal kepada Allah subhaanahu wata'ala, maka apa yang ada pada dirinya tidak berpengaruh kepadanya. Kalau tidak demikian, maka dia akan dibalas dengannya. Terkadang apa yang dibenci tersebut terjadi pada dirinya sebagai hukuman bagi dirinya, sebagaimana yang banyak terjadi pada orang-orang Jahiliyah, wallahu a'lam." (Fathul Bari, 10/ 215).

  3. Ketiga, Tingkatan yang paling tinggi yaitu orang yang tidak melakukan tathayyur dan tidak memperdulikan pengaruh tathayyur. Bukan berarti tidak ada perasaan di dalam hatinya sedikit pun. Tetapi apabila ada perasaan sial di dalam hatinya, maka dia segera menolaknya dengan tawakkal kepada Allah Subhaanahu Wata'ala dan memasrahkan segala urusannya kepadaNya.

Mu'awiyah bin Hakam berkata, "Saya berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, 'Di antara kami ada orang yang merasa sial,


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


ذلِكَ شَيْءٌ يَجِدُوْنَهُ فِي صُدُوْرِهِمْ فَلاَ يَصُدَّنَّهُمْ .


"Itu adalah sesuatu yang terlintas di hatinya, maka jangan dia terpengaruh dengannya." (HR. Muslim, 4/1748).


Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,



الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ وَماَ مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.



"Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik, thiyaroh adalah syirik, tidak ada di antara kita kecuali dia seorang manusia (yang memiliki perasaan itu) namun Allah menghilangkannya dengan tawakkal."


Kata "illa" maksudnya tidak ada seorang manu-sia yang selamat darinya (perasaan sial), namun Allah subhaanahu wata'ala menghilangkannya dengan tawakkal. Kalimat dalam hadits ini tambahan dari Abdullah bin Mas'ud ra sebagaimana yang disebutkan oleh beberapa ulama`. [Hadits ini telah disebutkan perawinya sebelumnya. At-Tirmidzi berkata, "Saya mendengar Muhammad bin Ismail (al-Bukhari) berkata, " Sulaiman bin Harb berkata tentang hadits ini, menurutku ini adalah perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu."

Dari Buraidah bahwasanya Rasulullah saw tidak pernah merasa sial karena sesuatu. Apabila mengutus seorang pekerja, beliau bertanya tentang namanya. Jika namanya mengherankan beliau, maka beliau berbahagia dengannya dan hal itu tergambar di wajahnya. Apabila beliau membenci namanya, maka hal itu pun terlihat di wajahnya. Jika memasuki sebuah perkampungan beliau bertanya tentang nama kampung tersebut, jika namanya mengherankan beliau, maka kegembiraannya itu tergambar di wajahnya. Apabila beliau membenci namanya, maka hal itu akan terlihat di wajahnya. (HR. Ahmad, 5/347, Abu Daud di ath-Thib, no. 3920 dan dihasankan sanad-nya oleh al-Hafiz Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10/215).

Rasulullah saw menjelaskan bahwa seorang muslim tidak boleh memperdulikan perasaan sialnya sehingga mengurungkan dirinya dari keperluannya. Hendaknya dia meneruskannya sembari bertawakkal kepada Allah subhaanahu wata'ala dan membaca dzikir yang diajarkan (oleh Rasulullah saw) tentang hal itu. Dari Abdullah bin Amru, ia berkata bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang diurungkan dari keperluannya oleh perasaan sialnya, maka dia telah melakukan kesyirikan.
Para sahabat bertanya, ’Apa kafarahnya?’ Beliau bersabda, "Hendaknya membaca,



اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.


"Ya Allah tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tidak ada kesialan kecuali kesialan dari Engkau dan tidak ada Sesembahan yang haq kecuali Engkau." (HR. Ahmad, 2/220, Ibnu as-Sunni, no. 293 dan ath-Thabrani di al-Majma', 5/105).
Di dalam hadits Urwah terdahulu disebutkan bahwa perasaan sial disebut di hadapan Rasulullah saw, lalu beliau bersabda, "Paling baik adalah fa'l, tidak boleh menggagalkan niat seorang muslim.


Apabila salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang dia benci, maka hendaklah membaca,


اَللَّهُمَّ لاَ يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ يَدْفَعُ السَّيْئَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ.


"Ya Allah, tidak ada yang bisa mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tidak ada yang bisa menolak kejelekan kecuali Engkau. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan (pertolongan) Engkau." (HR. Abu Daud di al-Thib, no. 3919. Urwah bukan seorang sahabat. Hadits ini dishahihkan oleh Imam an-Nawawi di dalam kitab Riyadush Shalihin dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam Kitabut Tauhid)


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,


لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وِإِنَّمَا الشُّؤْمُ فِي ثَلاَثٍ: فِي الْفَرَسِ وَالْمَرْأَةِ وَالدَّارِ.


"Tidak ada adwa (penularan penyakit) dan thiyarah, sesungguhnya kesialan itu ada pada tiga hal; kuda tunggangan, wanita dan rumah."


Dalam riwayat lain disebutkan,
إِنْ كَانَ الشُّؤْمُ فَفِي الدَّارِ وَالْمَرْأَةِ وَالْفَرَسِ.
"Jika ada kesialan maka pada rumah, wanita dan kuda." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Para ulama` berselisih tentang maksud hadits ini. Imam Malik dan pengikutnya berkata bahwa ia sesuai dengan dzahirnya. Terkadang Allah subhaanahu wata'ala menjadikan rumah memberikan kemudharatan dan kebinasaan kepada penghuninya. Begitu juga dengan mengambil seorang wanita sebagai pembantu atau kuda atau pekerja. Kadang-kadang semua itu bisa mendatangkan kemudharatan dengannya atas takdir Allah subhaanahu wata'ala.


Maksudnya kesialan bisa terjadi pada tiga hal tersebut.
Al-Khathabi dan banyak yang lainnya berkata, "Bahwasanya ia merupakan pengecualian dari thiyarah. Maksudnya kesialan dilarang kecuali pada rumah yang dia diami, wanita yang dia tidak suka bergaul dengannya, atau kuda dan pembantu, maka hendaklah berpisah dengan semuanya."


Imam Ibnul Qayyim berkata, "Pemberitahuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang kesialan pada tiga hal tersebut, bukan berarti menetapkan adanya kesialan. Tetapi maksudnya adalah Allah subhaanahu wata'ala terkadang menjadikan sesuatu membawa kesialan kepada orang yang mendekatinya atau menempatinya. Atau sesuatu yang barakah dan tidak memberi kesialan dan kejelekan kepada orang yang mendekatinya."
Sebagaimana Allah subhaanahu wata'ala memberikan orang tua seorang anak yang barakah, keduanya bisa melihat kebaikan pada wajahnya, dan memberikan yang lainnya anak yang membawa kesialan dan melihat kejelekan di wajahnya. Begitu juga yang terjadi pada seorang budak dengan majikannya dan lainnya. Demikian pula halnya dengan rumah dan tunggangan. Allah subhaanahu wata'ala menjadikan kebaikan dan kejelekan juga kebahagiaan dan penderitaan. Sebagian dari benda ini dijadikan oleh Allah subhaanahu wata'ala membawa kebahagiaan dan keberkahan dan memberikan kebahagiaan kepada orang yang mendekatinya dan memberikan keberkahan dan keberuntungan kepadanya. Dan yang lain Allah subhaanahu wata'ala ciptakan membawa sial dan mem-berikan kesialan kepada orang yang mendekatinya. Semuanya itu atas qada' dan qadar Allah subhaanahu wata'ala. Sebagaimana Allah subhaanahu wata'ala menciptakan sebab dan mengikatnya dengan penyebabnya yang berbeda dan beragam. Perbedaan antara kedua hal ini bisa ditangkap dengan indera. Begitu juga halnya dengan rumah, wanita dan kuda. Ia merupakan satu masalah dan kesialan masalah yang lain."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memberikan tuntunan berupa do’a yang bermanfaat kepada seorang muslim untuk menolak kemudharatan ketika menikahi seorang wanita atau membeli budak (mendatangkan pembantu) dan tunggangan. Dari Abdullah bin Umar, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Apabila salah satu di antara kalian menikahi seorang wanita atau mem-beli budak, maka hendaklah membaca,



اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَمَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّمَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ.


"Ya Allah, aku memohon kepadamu kebaikannya dan kebaikan yang diberikan kepadanya. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan yang diberikan kepadanya."
Apabila membeli onta, maka hendaklah memegang ubunnya dan mengucapkan yang demikian itu." (HR. Abu Daud, no. 2160, an-Nasa'i di Amalul Yaum wal Lailah, no. 240, Ibnu Majah, no. 1918 dan al-Hakim dan menshahihkannya. Ia disepakati oleh adz-Dzahabi dan dishahihkan oleh an-Nawawi di al-Adzkar)

Kami telah menjelaskan sebelumnya makna fa'l (perasaan optimis) dan perbedaannya dengan perasaan sial. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu merasa optimis dan tidak pernah merasa sial. Diriwayatkan oleh Anas bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,



لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ قَالُوْا وَمَا الْفَأْلُ؟ قَالَ: ((كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ)).

"Tidak ada adwa dan tidak ada thiyarah, tetapi fa'l menyenangkan diriku. Para sahabat bertanya, ‘Apakah fa'l itu?’ Beliau menjawab, "Yaitu kalimat thayibah (kata-kata yang baik)."

Dalam riwayat lain disebutkan,

اَلْكَلِمَةُ الْحَسَنَةُ، اَلْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ.

"Kalimat yang baik dan kalimat yang tayyibah."

Al-Hulaimi berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senang kepada fa'l (optimistis), karena kesialan adalah buruk sangka kepada Allah subhaanahu wata'ala tanpa sebab yang pasti. Sementara optimistis adalah berbaik sangka kepada-Nya. Seorang mukmin diperintahkan untuk berbaik sangka kepada Allah subhaanahu wata'ala dalam segala hal."
Ath-Thibi berkata, "Maksud pembolehan fa'l dan larangan kepada kesialan bahwa seseorang seandainya melihat sesuatu dan menyangkanya baik dan bisa mendorongnya untuk mendapatkan hajatnya, maka hendaklah dia melakukannya. Apabila melihat kebalikan dari hal itu, maka janganlah dia memperdulikannya, tetapi dia melanjutkannya untuk mendapatkannya. Jika dia memperdulikannya dan berhenti untuk mendapatkan (hajatnya), maka itulah thiyarah yang dipergunakan untuk kesialan." (Fathul Bari, 10/215).
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, "Kata-kata yang baik menyenangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, karena ia bisa menyenangkan jiwa dan membahagiakannya, serta melanjutkan sesuatu yang ingin dilakukan oleh manusia. Hal ini bukanlah kesialan, tetapi termasuk sesuatu yang bisa memotivasi seseorang, karena ia tidak mempengaruhinya. Bahkan dia menambah ketenangan, semangat dan kemajuan." (Al-Qaulul Mufid, 2/88).
Ibnul Atsir berkata, "Fa'l merupakan sesuatu yang diharapkan datangnya berupa kebaikan, dzahirnya baik dan menyenangkan. Kesialan tidak terjadi kecuali pada sesuatu yang menyakitkan. Rasulullah a senang kepada kata-kata yang baik, karena manusia apabila menginginkan keutamaan dari Allah subhaanahu wata'ala dan mengharapkan kembalinya pada setiap sebab yang lemah atau yang kuat, maka dia berada dalam kebaikan. Jika dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, maka dia telah mendapatkan pahala raja' (berharap) kepada Allah subhaanahu wata'ala dan meminta apa yang ada di sisiNya. Dalam raja' ada kebaikan yang segera untuk mereka. Bukankah ketika mereka terputus keinginan dan harapannya kepada Allah subhaanahu wata'ala, mereka berada dalam kejelekan?
Adapun kesialan, maka ia termasuk buruk sangka kepada Allah subhaanahu wata'ala, terputusnya harapan, berharap datangnya bala' dan putus asa dari kebaikan. Semuanya itu tercela oleh semua orang yang berakal dan terlarang dalam agama. Di dalam hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika disebutkan kesialan di sisinya, beliau bersabda, "Yang paling baik adalah fa'l (kata-kata yang baik)."


Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, "Telah dijelaskan sebelumnya bahwasanya fa'l tidak termasuk thiyarah (kesialan), namun mirip dengan thiyarah dari segi kelangsungan. Ia akan menambah semangat dan motivasi kepada seseorang atas apa yang sedang dihadapinya. Dia menyerupai kesialan dari segi ini. Kalau tidak, maka antara keduanya terdapat perbedaan yang besar. Thiyarah membuat seseorang bergantung kepada apa yang membuatnya sial, melemahkan tawakkal kepada Allah subhaanahu wata'ala dan mengurungkan diri melakukan sesuatu disebabkan karena apa yang dia lihat. Adapun fa'l, akan menambah kekuatan, ketetapan hati dan semangat. Kesamaannya adalah pada pengaruh yang diberikan oleh kedua-nya." (Al-Qaulul Mufid, 2/89).


Peringatan!
Sebagian orang apabila selesai melakukan sesuatu di bulan Shafar dia istirahat dan berkata, "Telah selesai dari bulan Shafar yang baik." Ini termasuk mengganti bid'ah dengan bid'ah dan kejahilan dengan kejahilan. Ia bukanlah bulan baik atau jelek. Adapun bulan Ramadhan kita mengatakan bahwa ia bulan baik, maksudnya adalah kebaikan ibadah. Perkataan mereka "Bulan Rajab yang diagungkan" karena ia termasuk salah satu Asyhurul Hurum (bulan-bulan yang diharamkan). Itulah sebabnya ulama Salaf mengingkari orang yang ketika mendengar suara burung hantu dia mengatakan, "Khairan insya Allah." Jangan mengatakan khairan (baik) atau jelek. Burung hantu bersiul seperti burung-burung yang lain." (Al-Qaulul Mufid, 2/85).
Sebagian orang ada yang membuka mushaf al-Qur'an untuk mencari keberuntungan. Apabila dia melihat kalimat an-nar (neraka), dia merasa sial. Jika dia mendapatkan kalimat al-jannah (surga), maka dia merasa beruntung. Perbuatan ini mirip dengan perbuatan orang jahiliah yang melakukan undian dengan panah. (Al-Qaulul Mufid, 2/86).


Sebagian yang lain apabila berusaha melakukan sesuatu berulang kali, mereka merasa sial dan gagal kemudian meninggalkannya. Hal ini adalah salah, karena segala sesuatu yang anda anggap ada maslahatnya, maka jangan menyerah pada awal usaha. Ulangi lagi berkali-kali hingga Allah subhaanahu wata'ala memberikan kepada anda kemudahan. (Al-Qaulul Mufid, 2/32).
Sebagian ulama memakruhkan untuk memberikan anak nama yang membuatnya sial ketika menafikan atau menetapkannya, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Samurah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

لاَ تُسَمِّ غُلاَمَكَ يَسَارًا وَلاَ رَبَّاحًا وَلاَ نَجِيْحًا وَلاَ أَفْلَحَ فَإِنَّكَ تَقُوْلُ : أَثِمَ هُوَ؟ فَلاَ يَكُوْنُ، فَتَقُوْلُ: لاَ.

"Janganlah menamakan anak anda dengan Yasar (mudah), Rabbah (beruntung), Najih (sukses) dan Aflah (beruntung), karena anda akan berkata, ‘Apa-kah dia bersalah?’ Hal itu tidak terjadi dan anda akan berkata, 'Tidak'." (HR. Muslim, No. 2137 di al-Adab).
Namun hal tersebut (menamakan anak dengan nama-nama seperti di atas) tidak diharamkan, berda-sarkan hadits Umar yang menyebutkan adanya seorang hamba yang disuruh mengajak orang lain untuk meminum minuman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dia bernama Rabbah (orang yang beruntung). (HR. al-Bukhari, Fathul Bari, 9/278 dan Muslim, no. 1479 dalam ath-Thalaq).

Untuk menambah pengetahuan seputar tathayyur bisa merujuk kepada kitab:
1. Kitabut Tauhid dan penjelasannya.
2. Al-Qaulul Mufid 'ala Kitabut Tauhid, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.
3. Al-Mausu'ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 5/328 dan seterusnya; 12/182 dan seterusnya.
4. Jami'ul Ushul, Ibnul Atsir, 7/628 dan seterusnya.
5. Ilmu al-Sihr wal Sya'wazah, Syaikh Sulaiman al-Asyqar.
Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan sahabatnya.

sumber kutipan : http://www.alsofwah.or.id , Dr. Muhammad bin Abdul Aziz Al-Khudhairi , "Khatharut tathayyur wat Tasyaa'um (Edisi Bahasa Indonesia, “Bahaya Sikap Pesimis”)".



Aktifkan perasaan positif

Banyak diantara kita merasakan kesedihan (sadness), kesendirian (loneliness) maupun rasa kehampaan (emptiness) walaupun sebenarnya kita berkelimpahan dalam keseharian kita. Kita sering terbelenggu yang menghimpit dan membatasi potensi diri untuk berkembang. Kebahagiaan bisa kita dapatkan dengan belajar mengenal lebih jauh diri kita sendiri.
Bagaimana kita harus mengelola hati , mengelola nafsu menjadi lebih ikhlash.
Dalam Quantum Ikhlas ,Erbe Entanu, dikatakan bahwa yang dimaksudkan ketika kita mengatakan seeorang menggunakan hatinya (perasaanya) dalam pikiran bawah sadarnya. Kapasitas pikiran bawah sadar atau perasaan mencakup lebihkurang 90% dari total kapasitas pikiran kita. Dimana pikiran sadar kita hanyalah mencakup 10% dari total kapasitas.

Dalam ilmu psikologi , pikiran dapat didefinisikan sebagai perpaduan mental dari citra, konsep , aturan, symbol dan instruksi-instruksi. Pikiran bias mencakup lamunan, khayalan, pemecahan persoalan, dan segala hal yang kita ucapkan secara batin kepada diri kita sendiri, da bias juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan asosiasi bebas (Lynn wincox).
Erbe Sentanu, menyatakan bahwa software manusia meliputi semua pikirannya-perasaanya dan berbagai pendapat, keyakinan serta prasangkanya tentang dirinya sendiri, orang lain, alam dan Tuhan-nya.

Selanjutnya bagaimana kita men-setting software ini menjadi cerminan kebaikan dalam kehidupan kita.
Secara umum , manusia hanya memanfaatkan pikiran sadarnya yang hanya memiliki kekuatan 10% dari keseluruhan kekuatan pikirannya. Pikiran sadar inilah yang sering dimaksudkan ketika kita menyebut seseorang sedang menggunakan otaknya, sedangkan yang 90% lainnya merupakan kekuatan bawah sadar yang secara umum dikenal sebagai bentuk lain dari perasaanya.

Dari sinilah kita memulai untuk mensetting keharmonisan diri kita. Bagaimana kita menyelaraskan dan menyeimbangkan perasaan (posistif) kita dengan pikiran (akal, positif’) kita.

Dengan melatih atau menciptakan pikiran yang bisa membuat hati kita lebih bahagia , damai , lega dan nyaman. Memang suatu permulaan yang tidak mudah. Mungkin kita memang belum terbiasa untuk merasa puas dan merasa nyaman dengan segala sesuatu yang telah kita miliki. Misalnya , kita mulai berlatih mengubah kalimat-kalimat, “saya ingin kaya” menjadi kalimat “ saya sudah merasa kaya”.

Allah telah menganugerahkan kebahagiaan kepada hamba-Nya semenjak lahir. Kadang kita sering lupa untuk menyetelnya, masuk ke frekuensi iklash atau syukur. Saudaraku, yakinlah, selama perasaan di hati kita adalah ikhlas, tenang, dan syukur, maka kehidupan kita akan menjadi nyaman . Dengan positive feeling ini kesuksesan anda akan datang dengan sendirinya.

Dalam kondisi ikhlas, menurut Erbe Sentanu, alam vibrasi melalui mekanika kuantum akan berkolaborasi membantu mewujudkan niat-niat baik anda. Semakin sering kita melatih perasaan syukur ini, maka akan semakin berkurang perasaan yang menyiksa, mengganjal kita, tekanan hati.

Memang benar , ketika kita menginginkan sesuatu yang belum terjadi, meski disertai doa-doa yang hati-hati. Seringkali masih terbersit keraguan atau ketidakyakinan apakah kita bisa mendapatkannya. Justru keraguan inilah yang akan menghancurkan doa-doa kita.

Saudaraku, prioritaskan diri anda untuk merasa positif sebelum melakukan aktivitas apa saja (dalam kebaikan). Anda akan menemui hasil kerja anda menjadi lebih efektif, dan urusan-urusan anda menjadi lebih lancar.

Sumber :Quantum Ikhlash , Erbe Sentanu



Kamis, 05 Maret 2009

Mudah diucap , tapi sulit dilakukan


Setiap kebaikan adalah merupakan sedekah. Bahkan Rasulullah bersabda ,” Barang siapa menunaikan hajat (keperluan) saudaranya yang muslim, maka Allah SWT akan menyempurnakan tujuh puluh dua hajatnya, yang paling ringan adalah diampuni segala dosanya “ . (Kanzul ‘Ummal).
Abu Hurairah ra bertanya ,” Ya Rasulullah , sedekah manakah yang paling baik?” Rasulullah SAW menjawab ,” Sedekah yang dikeluarkan oleh seorang yang tidak mampu. Dan mulailah dari orang-orang yang menjadi tanggunganmu.” (Abu Dawud, misykat).

Seandainya ada orang yang miskin, sangat memerlukan bantuan dan tidak mempunyai apa-apa akan tetapi ia berusaha mencari nafkahnya sendiri, serta berusaha bersedekah maka sedekah itu lebih utama.

Menurut Basyar ra, ada tiga amalan yang sulit dilakukan :
1. Dermawan ketika miskin
2. taqwa dan takut kepada allah SWT ketika sendiri,
3. berkata benar dihadapan orang yang ditakuti atau diharapkan.

Firman Allah SWT, yang artinya,” ... Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka , dan mereka lebih mengutamakan (kaum muhajirin) daripada diri sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran darinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung .” (Qs al-Hasyr : 9).

Dengan sedikit saja kita ambil dari rezeki itu untuk kebaikan, dan dengan keikhlasan hati maka Allah SWT akan memberikan derajat pahala yang besar. Mengenai firman Allah ini , Rasulullah bersabda , “ Bersedekah satu dirham dapat menjadi seratus dirham dari segi pahalanya “. Jelaslah bahwa , sedekah tidak diukur hanya dari banyaknya saja , tetapi dari kesungguhan dalam bersedekah.

Ada hadits yang menyatakan bahwa ,” Sebagian orang ada yang menyedekahkan seluruh hartanya, lalu ia duduk meinta-minta kepada manusia. Sebaik-baik sedekah adalah sedekah dengan perasaan cukup “. Bersedekah tanpa perasaan cukup akan menjadi sia-sia karena tidak dapat dikatakan telah bersedekah. Perlu menjadikan perhatian kita agar apa yang kita lakukan ini menjadi kerugian.

Firman Allah SWT, yang artinya ,” Hendaklah orang yang mampu memberikan nafkah menurut kemampuannya. Dan barang siapa yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari apa yang diberikan Allah SWT, kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (sekedar kemampuan) yang diberikan Allah SWT kepadanya. Kelak, Allah SWT akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan ,”. (Qs. Ath-Thalaq : 7).

Namun , bagi kita yang lebih meyakini apa yang ada dalam genggaman Allah SWT daripada apa yang ada didalam genggamannya sendiri, maka menyedekahkan seluruh hartanya tidak menjadi masalah (diperbolehkan). Menurut ‘allamah Thabari ra, berkata ,”Inilah pendapat jumhur ulama bahwa seseorang dapat menyedekahkan seluruh hartanya dengan syarat ia tidak berutang, sanggup menahan kesusahan, dan tidak ada keluarga yang menjadi tanggungannya.Namun seandainya ada keluarga yang ditanggungnya, tetapi mereka juga memiliki kesabaran yang sama, maka men-sedekah-kan hartanya tidak menjadi masalah. Apabila salah satu dari syariat itu tidak terpenuhi, maka menyedekahkan seluruh hartanya makhruh hukumnya”. (Fathul Basri).

Hal ini dapat disimpulkan bahwa syarat mutlak dari sedekah adalah niat ikhlash dengan perasaan cukup kaya. yaitu kaya hati.

Tawakal kepada Allah SWT merupakan syarat mutlak untuk men-sedekah-kan seluruh harta. Sifat tawakah ini pernah dilakukan oleh sahabat Abu Bakar ra ketika hendak menyedekahkan seluruh hartanya di jalan Allah SWT. Sehingga Rasulullah SAW bertanya ,” Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu .”

Ia menjawab ,” Allah SWT dan Rasul-Nya”.

Sumber kutipan : Sugeng D Triswanto, Keajaiban shodaqoh.


Rabu, 04 Maret 2009

Afirmasi menuju rasa syukur

Setiap kali kita berpikir negative atau membuat komentar yang mencela diri sendiri, sesungguhnya kita menguatkannya sebagai kebenaran pribadi kita. Dan tentu saja, prinsip yang sama berlaku untuk pikiran dan pernyataan positif.
Afirmasi yang kuat dan positif adalah alat yang sangat efektif dalam pengubahan diri sendiri dan unsure penting dalam menciptakan warna kehidupan yang kita inginkan. Semua itu bekerja dengan tujuan mengganti ide-ide yang membatasi, keyakinan negative, dan persepsi diri yang kita miliki dan pertahankan selama bertahun-tahun. Dengan pernyataan positif yang menegaskan ingin menjadi apa yang kita inginkan dan bagaimana kita ingin menjalani hidup.

Tujuannya disini adalah untuk
- menciptakan pernyataan positif, menguatkan diri sendiri & menginspirasi diri
- meninggikan titik pengaturan emosional kita.

Ada beberapa afirmasi yang ada, misalnya :

a. Afirmasi positif ,
Secara sederhana pemerupakan dasar penguatan keyakinan positif anda tentang diri sendiri dan kehidupan anda. , misalnya
- Aku berhasil memenuhi semua hal yang kulakukan
- Aku bersyukur atas setiap kejadian dalam hidupku
- Aku bisa melakukan apapaun
- Aku merasa dicintai
- Aku mendapat keberlimpahan kasih saying Allah
Pernyataan sederhana tentang ingin menjadi apa anda dan begaimana anda ingin berbuat penguatan. Ini semua membantu anda mengganti keyakinan negative yang membatasi anda dimasa lalu.
Pikiran bawah sadar yang negative dan kolot , sesungguhnya diubah dengan manfaat afirmasi positif sehingga makin menimbulkan kesan dan perasaan positif yang makin kuat. Semua afirmasi anda akan bekerja denganmaksimal saat semuanya dibaca dan diulangi beberapa kali dalam sehari. Untuk itu dituntut kita konsisten (umumnya perlu waktu 30 hari untuk memprogram ulang pola piker kita). Ucapkanlah afirmasi positif anda keras-keras dengan perasaan dan rasakan emosi yang muncul dalam diri.
Menurut Robert Collier , dikatakan bahwa pengulangan yang terus menerus menghasilkan keyakinan.
Untuk hasil yang lebih kuat, anda bisa mengulanginya sambil membuat kontak mata dengan anda sendiri anda didepan cermin. RAsakanlah , percayailah dan teriama ia dengan sepenuh apapaun keadaan anda saat ini. Anda sedang menciptakan kembali kesan diri anda, membangun perilaku positif dan memasukkan keyakinan yang lebih positif.


b. Afirmasi dengan tujuan khusus,
Afirmasi ini, mebguatkan mimpi , keinginan dan tujuan khusus anda seolah-olah semuanya sudah tercapai.
Afirmasi-afirmasi ini adalah pernyataan-pernyataan yang menggambarkan sebuah tujuan seolah-olah sudah tercapai dan kita sedang merasakannya. Hal ini akan membantu kita menciptakan pengalaman emosional atas keberhasilan kita, dan menarik apa yang kita inginkan.
Perasaan riang, senang, bahagia , semangat, lega , percay adiri, damai dalam diri dst, adalah merupakan kesesuaian getaran untuk perwujudan fisik yang ingin anda tarik. Louise L Hay menyatakan bahwa, “ setiap pikiran yang terlintas dalam benak kita menciptakan masa depan kita ,”

Afirmasi ini, menciptakan harapan positif bahwa anda akan segera mencapai tujuan-tujuan itu dan menambah keinginan dan motivasi anda untuk bertindak menuju tujuan dan mimpi-mimpi anda.

Melakukan afirmasi ini, sebenarnya kita telah melakukan sesuatu yang luar biasa. Dimana secara science, mulai memprogram ulang system reticular aktifasi dalam otak kita, sehingga kita seperti mendapatkan sumber daya baru yang akan mendapatkan ide-ide untuk meraih tujuan.

Dr Wayne Dyer , menyatakan bahda “Bukanlah apa yang berlaku atau tidak berlaku yang menentukan tingkat kesuksesan dam kebahagiaan anda, yang menentukan kesuksesan anda adalah apa yang anda yakini sebagai kebenaran”.

Salah satu Teknik Afirmasi modern yang diperkenalkan kepada umum , sebagaimana diajarkan dalam teknik Reiki. Prinsip Reiki dikembangkan oleh Master Mikao Usui.
Kalimat-kalimat yang digunakan merupakan sebuah afirmasi yang diucapkan untuk memotivasi seorang praktisi maupun pasien guna membantu dalam proses penyembuhan.
Kalimat-kalimat tersebut diucapkan pada saat proses sesi penyembuhan dilakukan. Inilah sebenarnya kunci dari bekerjanya sebuah “teknik afirmasi”. Afirmasi mulai bekerja pada saat seseorang tersebut dalam keadaan fokus. Fokus disini bukalah fokus seperti melihat ke suatu titik, namun fokus merupakan sebuah kesadaran dimana seseorang lebih memusatkan diri kepada suatu hal tanpa berpikir banyak terhadap hal yang lain.

Teknik ini untuk memperbaiki kekurangan sebuah afirmasi yang diucapkan selama bertahun-tahun, namun tidak kunjung hasilnya. Namun ada pula afirmasi yang baru diucapkan beberapa hari langsung dapat berefek terhadap orang yang mengucap kannya. Kunci teknik ini adalah “fokus”. Fokus yang dilakukan pada saat penyem buhan Reiki, sebenarnya melakukan sebuah teknik relaksasi untuk menurunkan ketegangan-ketegangan agar pikiran dapat lebih nyaman sehingga pikiran-pikiran lain yang membebani pikiran utama, dapat lebih nyaman, tenang dan terfokus sehingga afirmasi positif diperlukan untuk memotivasi pikiran bawah sadar seseorang agar dapat merubah pola-pola pikir nagatif menjadi pola-pola pikir positif.
Secara umum Kalimat Afirmasi , menurut Master Mikao Usui sebagai bentuk afirmasi yang dapat membantu proses penyembuhan Reiki tersebut.



  1. Hari ini saat ini, aku tenang : Kalimat ini berarti sebuah self programming, yang bersifat present (waktu sekarang) sehingga seolah-olah si pengucap afirmasi langsung merasakan sebuah ketenangan yang telah ia rasakan khususnya untuk hari ini. Afirmasi ini diperlukan bagi pasien yang didera penyakit yang dapat mengganggu ketenangan jiwanya. Kalimat ini berarti memupuk keyakinan kepada pasien bahwa hari ini saat ini saja seseorang merasakan lebih tenang dan lebih nyaman. Afirmasi ini merupakan sebuah bentuk pengulangan yang harus secara continue dilakukan oleh pasien.

  2. Hari ini saat ini , aku bahagia : Makna kata bahagia disini sama sekali tidak berhubungan dengan bentuk-bentuk materialisme. Karena konsep materialisme sebenarnya justru membuat seseorang menjadi “Capital Minded”, sehingga jika kita mengacu kepada konsep kesembuhan maka istilah kesembuhan hanya diukur dari bentuk dan kuantitas semata.
    Sebagai contoh banyak orang yang menderita penyakit hanya memikirkan bagaimana penyakitnya sembuh secara tuntas. Pemikiran ini mendorong untuk mencari sebuah bentuk penyembuhan ajaib, miracle dan “instant” agar penyakit yang ada di dalam dirinya hilang .
    Afirmasi Usui lebih menekankan kata ” Bahagia”, bahagia disini merupakan sebuah bentuk imaginer yang harus benar-benar dirasakan secara holistik/totalitas. Disinilah kunci penyembuhan yang sesungguhnya. Seorang manusia yang merasakan kebahagiaan dari hati lubuk yang paling dalam, sesungguhnya telah melakukan penyembuhan terhadap diri sendiri ” Self Healing” secara ” Automatic”. Dengan bahagia yang diwakili dengan senyuman secara ikhlas maka secara otomatis penyembuhan secara holistik terjadi semaksimal mungkin.

  3. Aku Bebas dari perasaan sedih, gelisah, amarah dan takut. Usui afirmasi point ke-3 ini sebenarnya lebih mengedepankan kata-kata bebas. Bebas disini berarti suatu proses keluarnya atau hijrah dari perasaan terbelenggu menuju ke suatu proses yang lebih baik.
    Bebas disini adalah bebas dari perasaan sedih, gelisah , amarah dan takut. Ke-4 perasaan tersebut seringkali kita temui disetiap aktivitas kita sehari-hari, hal inilah yang membuat diri kita terkadang menjadi tidak maksimal. Perasaan-perasaan tersebut memang tidak dapat kita hilangkan di dalam setiap kehidupan kita sehari-hari, namun perasaan itu dapat kita bebaskan setiap saat, setiap hari.
    Ini berarti kalaupun suatu saat kita dalam keadaan sedih, maka kesedihan tersebut harus segera dibebaskan, jangan terbelenggu dalam suatu kesedihan yang berkepanjangan. Afirmasi mengajarkan bagaimana sebuah pembebasan diri dari hal yang negatif sangat berdampak terhadap emosional seseorang yang pada akhirnya berpengaruh kepada fisik seseorang.
    Apakah Sehat secara jasmani dan Rohani, atau Sakit secara Jasmani dan Rohani.

  4. Aku berkarya dengan penuh ketulusan dan kesungguhan. Afirmasi ini dapat bermakna aktivitas yang harus kita lakukan sehari-hari, berproses untuk mengisi waktu kita menuju kesebuah “Improvement” yang berkelanjutan. Setiap manusia memiliki aktivitasnya masing-masing. Karena arti berkarya mencakup” ketulusan ” ataupun ” Kesungguhan”.
    Banyak penyakit yang diderita seseorang karena stress dan depresi di dalam kegiatannya merasa terbelenggu dalam rutinitas pekerjaannya , bahkan ada yang frustasi terhadap pekerjaannya setiap hari.
    Afirmasi ini merupakan sebuah konteks yang mengajarkan bahwa sebaiknya seseorang tersebut berkerja dan berkarya dengan sebuah ketulusan , keikhlasan disertai” kesungguhan”.
    Karena keikhlasan merupakan awal dari usaha menuju rasa syukur.

  5. Aku bersyukur akan nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada diriku.
    maka poin 5 merupakan akumulasi dari seluruh afirmasi yang ada. Untuk bersyukur maka seseorang memerlukan proses, proses menuju ke arah yang lebih baik.
    Bersyukur akan nikmat dan karunia merupakan hal yang dapat menyejukkan hati, bersyukur akan nikmat Tuhan bukan sekedar mengucapkan kata syukur, namun benar-benar dapat merasakan arti kata syukur tersebut.
    Bersyukur dikala kita dalam posisi senang, mungkin akan jauh lebih mudah dibandingkan saat kita berusaha bersyukur dalam keadaan menderita. Namun dalam afirmasi ini merasakan syukur sebaiknya dilakukan setiap hari karena dengan bersyukur maka kita merasakan hal yang lebih tenang, lebih nyaman dan lebih damai.

Saudaraku, benarlah Firman Allah , yang atinya ,” Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu “ Bersyukurlah kepada Allah . Dan Barang-siapa bersyukur , maka ia bersyukur kepada dirinya sendiri dan barang siapa tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji “. (Qs. Luqman : 12).

Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui”. (Qs. An-Nisa’:147)

Berkaitan dengan bersyukur, seperti dalam firman Allah, yang artinya, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku”. (Qs. Al-Baqarah: 152),

Firman Allah , yang artinya, “Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Qs. Az-Zumar: 66)

Redaksi seperti dalam ayat di atas menunjukkan bahwa esensi syukur ada pada perbuatan dan tindakan nyata sehari-hari.
Ibnul Qayyim merumuskan tiga faktor yang harus ada dalam syukur , yaitu
• dengan lisan dalam bentuk pengakuan dan pujian,
• dengan hati dalam bentuk kesaksian dan kecintaan, serta
• dengan seluruh anggota tubuh dalam bentuk amal perbuatan.

Sehingga bentuk implementasi dari rasa syukur bisa beragam; shalat seseorang merupakan bukti syukurnya, puasa dan zakat seseorang juga bukti akan syukurnya, segala kebaikan yang dilakukan karena Allah adalah implementasi syukur. Syukur adalah takwa kepada Allah dan amal shaleh (Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi).

Az-Zamakhsyari memberikan penafsirannya atas petikan ayat, “Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah” bahwa ayat ini memerintahkan untuk senantiasa bekerja dan mengabdi kepada Allah swt dengan semangat motifasi mensyukuri atas segala karunia nikmat-Nya.
Ayat ini juga menjadi argumentasi yang kuat bahwa ibadah hendaklah dijalankan dalam rangka mensyukuri Allah swt.

Setiap hari , mari kita berusaha mengawali hari dengan doa bangun tidur , wudhu, mendirikan shalat malam, shalat subuh, tilawah dsb. Semua itu sungguh akan memberikan energi yang lebih untuk mebuka lembaran hari dengan bersyukur. Rasa syukur yang kita persembahkan kepada Allah , itu menghampiri kita dalam wujud energi untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas ibadah yang indah


Dalam Your Infinite Power To be Rich (Joseph R Murphy), menyatakan bahwa ‘Seluruh proses menuju kekayaan mental, material dan spiritual dapat diringkas dalam satu kata, yaitu syukur’.

Syukur adalah jalan terbaik untuk menghindarkan dari kejahatan diri sendiri. Memang benar, adalah suatu perjuangan yang tidak ringan untuk selalu menanamkan rasa syukur dalam hati , dalam benak dalam perasaan kita. Lisan kita bisa lebih mudah mengucapkan Alhamdulillah, namun seringkali perbuatan-perbuatan kita masih jauh dari hakikat rasa syukur, seperti yang kita pikirkan. Atau bisa juga sebaliknya.

Bersyukur kepada Allah adalah bentuk dari penyerahan atau kepasrahan diri dari seorang hamba kepada Allah. Syukur adalah tempat persinggahan paling tinggi dalam perjalanan menuju Allah dan lebih tinggi daripada ridha. Ridha merupakan salah satu tahapan dalam syukur. Sebab mustahil ada syukur tanpa ada ridha.

Sumber : dari beberapa sumber bacaan